Rabu, 08 Oktober 2014

Mayang Prasetyo, korban mutilasi di Australia, apa profesi pembunuh? chef atau gigolo


Rahasia Kelam 'Kehidupan Ganda' Pembunuh Mayang Prasetyo



Mayang Prasetyo, WNI yang dimutilasi di Australia.
WNI Mayang Prasetyo, yang dimutilasi dan dimasak kekasihnya di Australia. (Facebook)
Liputan6.com, Brisbane - Konon cinta Mayang Prasetyo dan pasangannya, Marcus Volke bersemi di sebuah kapal pesiar bertaraf internasional. Di mana sang pria bekerja sebagai koki. Keduanya kemudian menikah dan hidup bersama di sebuah apartemen eksklusif di Brisbane, Australia. Kisah romantis itu mungkin hanya karangan.

Apapun, kehidupan pasangan itu terlihat baik-baik saja dari luar. Hingga Sabtu malam lalu. Mayang diketahui tewas dibunuh, jasadnya dimutilasi, sebagian bahkan dimasak menggunakan cairan kimia. Pelakunya diduga adalah suaminya sendiri. Volke kemudian bunuh diri.

Polisi yang menyisir tempat tinggal pasangan tersebut menduga, seorang transgender berusia 27 tahun itu diduga tewas beberapa hari sebelumnya. Hari Kamis atau Jumat.

Pembunuhan sadis tersebut menyingkap rahasia kehidupan Mayang Prasetyo dan Marcus Volke.

Courier Mail melaporkan pasangan tersebut diduga pernah bekerja di sebuah rumah bordil di Melbourne, tempat di mana mereka bertemu. Bukan di kapal pesiar. Volke juga punya masa lalu sebagai pekerja seks di Copenhagen, Denmark.

Nama julukannya kala itu adalah 'Heath XL'. Ia mengiklankan diri sebagai 'pemuda seksi dari Australia, ramah dan seksi, (tapi) bisa jaga rahasia dan profesional'.

"Aku membuka diri untuk semua jenis orang, usia, latar belakang. Jika kau keren, serius, dan murah hati, kita mungkin bakal cocok."

Baru-baru ini, Volke pindah ke Brisbane bersama pasangannya yang diduga bekerja sebagai pendamping alias escort transgender 'high class' dengan bayaran yang diduga mencapai 500 dolar Australia per jam.

Hanya sedikit yang mengetahui kehidupan ganda Volke sebagai Heath.

Seorang sahabat pasangan tersebut, Alex Devantier mengatakan, Volke tak pernah jadi koki atau chef -- ia dan Mayang Prasetyo menutupi rahasia kehidupan mereka.

"Marcus bahkan tak akan bilang pada teman terdekatnya soal masa lalunya. Mereka juga berbohong pada keluarga, yang tak tahu fakta sebenarnya," kata dia, seperti Liputan6.com kutip dari News.com.au, Rabu (8/10/2014).

Mayang Prasetyo dan Marcus Volke disebut pernah bekerja di Pleasure Dome, sebuah rumah bordil di Melbourne, sebelum memutuskan untuk bekerja di bisnis yang sama secara pribadi. Namun, informasi tersebut belum terkonfirmasi kebenarannya.

Ibu Marcus Volke, Dorothy Volke mengatakan pada Courier Mail, meski berkomunikasi dengan putranya baru-baru ini, ia tak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengannya. Sudah 18 bulan ibu-anak itu tak bersua.

Sementara Ibu Mayang Prasetyo mengatakan, ia tak tahu dari mana anaknya mendapatkan uang untuk membantu keluarganya.

Perubahan Misterius


Tak ada yang mengira Marcus Volke tega membunuh dan memperlakukan jasad orang yang kasihi secara sadis. Seorang teman sekolahnya mengingatnya sebagai sosok yang populer dan punya banyak teman. Namun, sejumlah orang mengaku, ia jadi 'dingin' dan mengisolasi diri belakangan ini.

Salah satu temannya, Rob Sinclair mengatakan kepada Courier Mail bahwa ia menyadari perubahan sikap Volke -- yang hobi karate serta senang belajar kesehatan dan nutrisi.

Menurut Sinclair, temannya itu tidak mengonsumsi narkotika, namun ia diduga depresi.

Marcus Volke punya dua laman Facebook. Dan ada perubahan pada foto-foto yang ia unggah belakangan. "Dua gambar profil terakhir menunjukkan sinar matanya yang kosong," kata dia. "Aku tak tahu apa yang terjadi dengannya, seakan kehidupannya telah direnggut."

Sinclair sempat mengkhawatirkan rekannya yang mengisolasi diri saat tinggal di luar negeri. Ia juga tak pernah bicara soal pacarnya.

Ibu Mayang Prasetyo, Nining Sukarni mengatakan Marcus Volke pernah meminta restunya sebelum menikahi anaknya. Sejumlah rekan menyebut pernikahan itu digelar di Denmark Agustus lalu.

Bagi Nining, Marcus adalah sosok yang lembut dan baik. "Aku memaafkan Marcus untuk apapun yang telah ia lakukan pada Febri (Mayang)."

Nining berharap, jasad anaknya bisa dipulangkan ke Bali. Untuk dimakamkan di Pulau Dewata.

Kini setelah Mayang pergi, keluarga, sahabat, dan rekan mengingat hal-hal baik yang pernah dilakukan mendiang. Ucapan duka cita mengalir ke Facebook.

Salah satunya komunitas transgender di Brisbane. Yang tak pernah menyangka hidup Mayang berakhir tragis.

Seorang mantan kekasihnya mengungkapkan, Mayang adalah sosok pemimpin dan berani. "Saya telah bertemu dengan seseorang yang mengagumkan, menjalin persahabatan baru yang kuharap tak pernah berakhir...,"tulis Brad Whitehouse.

Dalam postingan yang sama Whitehouse juga menyebut, Mayang punya mimpi: menjadi ibu.

"Mayang hidup sebagai wanita dan ia berharap suatu hari bisa membuat lompatan besar, menjadi perempuan seutuhnya, mengadopsi anak, menjadi ibu sekaligus pebisnis sukses."

Penghormatan juga diberikan pada pasangan Mayang dan Markus, sejumlah rekan mengingat mereka sebagai 'pasangan suami-istri yang bahagia'. Tak ada tanda-tanda masalah dalam hubungan keduanya beberapa minggu sebelum ajal menjemput mereka dengan tragis.

Polisi Queensland membuka pintu bagi siapapun yang punya informasi berharga soal keduanya. Untuk mengetahui motif dan latar belakang kejadian menghebohkan itu.

Untuk sementara, juru bicara Kepolisian Brisbane mengatakan, investigasi masih berpusat pada dugaan "kekerasan rumah tangga yang di luar batas." Apa yang sebenarnya alasan menghabisi Mayang Prasetyo masih misterius. (Riz)

Ini foto-foto seksi Mayang Prasetyo, korban mutilasi di Australia

Seorang wanita WNI di Austraia, Mayang Prasetyo, menjadi korban pembunuhan sadis oleh Marcus Volke, suaminya sendiri.  Kabar pembunuhan brutal itu pun menyebar di dunia maya. Akun Facebook Mayang pun dibanjiri ucapan duka dari teman dan kerabatnya. (Baca: WNI Australia dimutilasi pacarnya)
Ini foto-foto Mayang Prasetyo, korban mutilasi di Australia
Mayang Prasetyo/Daily Mail

“Rest in peace mayang,moga allah memberikan tempat yg indah disisinya, amin,” tulis teman Mayang, pemilik akun Joan Alexander Fraser, seperti dikutip Daily Mail.
Kabar kematian Mayang ini pun membuat kaget beberapa temannya. Bahkan ada yang tidak percaya karena pekan lalu masih berkomunikasi dengan Mayang. (Baca: Inilah pertengkaran terakhir Mayang Prasetyo dengan suaminya)
“Dy di bunuh ama suami nya kak…Trus suami nya bunuh diri… Bantu doa nya aja ya kak.. Semoga amal di ksh t4 sebaik2 nya disana…,” tulis akun Priska Geraldin memberikan penjelasan mengenai riuh kabar kematian Mayang. (Baca: Inilah obrolan terakhir Mayang Prasetyo dengan ibunya)
Dalam akun Facebooknya, Mayang memasang banyak koleksi foto seksinya. Mayang banyak memajang foto yang hanya berbikini dengan latar pantai. (Baca: Mayang Prasetyo nama aslinya Febri Andriansyah)
Berikut ini foto-foto Mayang Prasetyo:

Mayang Prasetyo//Facebook
Mayang Prasetyo//Facebook

Mayang Prasetyo/Facebook
Mayang Prasetyo/Facebook

Mayang Prasetyo/Facebook
Mayang Prasetyo/Facebook

Marcus Volke dan Mayang Prasetyo/Facebook
Marcus Volke dan Mayang Prasetyo/Facebook

Mayang Prasetyo/Facebook
Mayang Prasetyo/Facebook

Mayang Prasetyo/Facebook
Mayang Prasetyo/Facebook

Mayang Prasetyo/Facebook
Mayang Prasetyo/Facebook

Mayang Prasetyo/Facebook
Mayang Prasetyo/Facebook



Curhat Terakhir Mayang Prasetyo pada Sang Ibunda



Ini Wajah WNI yang Dimutilasi dan Direbus Sang Pacar di Australia
Sebelumnya, seorang chef Marcus Peter Volke, 28 diketahui memutilasi dan merebus istrinya, WNI transgender asal Lampung, Mayang Prasetyo, Australia, (6/10/14). (Dailymail)


Liputan6.com, Jakarta - Hidup Mayang Prasetyo berakhir tragis. Warga negara Indonesia (WNI) transgender itu tewas dibunuh pasangannya sendiri, Marcus Peter Volke di Australia. Dimutilasi lalu dimasak.

Ibunda Mayang, Nining Sukarni sangat terpukul atas kepergian anaknya untuk selama-lamanya. Dia tak menyangka bila pada akhirnya, Mayang dibunuh oleh Marcus.

Di mata Nining, Mayang yang sebelumnya bernama Febri itu adalah sosok anak yang baik. Sedangkan Marcus, bagi Nining, merupakan seorang pria yang kalem dan terlihat penurut. Namun dia tak menyangka ternyata koki itu tega membunuh buah hatinya.

Sang ibu mengungkapkan, Mayang terakhir kali berbicara padanya pekan lalu. Ketika itu, transgender berusia 27 tahun tersebut mencurahkan isi hatinya bahwa ia tak betah tinggal di Australia. Mayang ingin kembali ke Bali.

"Febri (Mayang) tak nyaman tinggal di Brisbane (Australia), namun dia mencoba untuk beradaptasi di sana, seperti misalnya mulai memelihara anjing agar memiliki kesibukan yang bisa membuatnya betah di sana," ujar Nining, seperti Liputan6.com kutip dari Daily Mail, Selasa (7/10/2014).

"Kemudian saya menasihatinya untuk menjaga sikap dan baik-baik di sana. Dan jangan pernah membuat konflik," imbuh dia.

Nining juga menuturkan, bahwa dalam pembicaraan yang terakhir kalinya itu, Mayang yang merupakan anak pertama berkata akan mengirimkan uang untuk biaya sekolah kedua adiknya.

Mayang dibunuh secara sadis oleh Marcus pada pekan lalu. Sejumlah potongan tubuhnya ditemukan di apartemen Teneriffe, Queensland pada Sabtu 4 Oktober lalu. Bagian tubuh lainnya dilaporkan dimasak oleh Marcus.

Marcus sendiri kemudian bunuh diri setelah melakukan aksinya. Polisi baru berhasil menguak pembunuhan tersebut setelah mendapat laporan dari penghuni apartemen lain bahwa ada bau menyengat dari unit pasangan tersebut.

Mayang sebelumnya dikabarkan berprofesi sebagai wanita penghibur. Menurut laman Courier Mail, perempuan asal Indonesia itu berpenghasilan sampai 500 dolar Australia atau sekitar Rp 5,3 juta per jam.

Berdasarkan akun Facebooknya, Mayang tengah menempuh pendidikan di RMIT University dan pernah mengemban studi di Ghetto University, dan BPI 1 Bandung. Lalu ia menuliskan sedang bekerja di Le Femme Garcon.

Mayang kemudian menikah dengan chef Peter Volke tahun 2013 setelah bertemu di sebuah kapal pesiar dan pindah ke Brisbane. Pasangan itu sebelumnya terlihat hidup harmonis di apartemen berdesain modern Ternerrife selama tiga bulan.

Apa yang dilakukan Marcus sangat bertolak belakang dengan kampanye yang ia lakukan sebelumnya. Lelaki yang berprofesi sebagai koki itu sebelumnya dikenal sebagai seorang yang gencar menyuarakan anti-kekerasan terhadap wanita.

Melalui akun Facebook-nya, pria 28 tahun itu pernah melontarkan kecaman keras atas kasus dua gadis di India yang digantung setelah diperkosa, beberapa bulan lalu. (Ein)
Credit: Rizki Gunawan

Pemutilasi Mayang Prasetyo Berprofesi sebagai PSK Pria

Rabu, 8 Oktober 2014 | 09:21 WIB
Facebook Salah satu foto Marcus Volke yang diunggah ke akun Facebooknya.

BRISBANE, KOMPAS.com — Marcus Volke, tersangka pembunuh Mayang Prasetyo, ternyata tidak pernah bekerja sebagai koki di kapal pesiar. Dia pernah bekerja di Kopenhagen, Denmark, sebagai pekerja seks komersial (PSK) pria dan mengiklankan dirinya sebagai "Young sexy Australian boy".
Marcus, yang ditemukan bersama potongan tubuh Mayang di apartemen mereka di Brisbane, Australia, Sabtu (4/10/2014) malam lalu, diduga memiliki kehidupan ganda.
Hal ini diungkapkan Alex Devantier, seorang desainer yang dekat dengan Marcus dan Mayang. Alex menyesali pemberitaan media dalam menggambarkan Mayang Prasetyo yang justru merupakan korban dalam kasus ini.
Menurut catatan ABC, sebelumnya pemberitaan yang beredar menggambarkan Mayang sebagai PSK kelas atas bertarif mahal, sementara Marcus digambarkan sebagai sosok yang antikekerasan.
Kepada surat kabar lokal, Alex Devantier menyatakan bahwa Marcus sama sekali tidak pernah bekerja sebagai koki di kapal pesiar.
"Itu hanya dalih kepada keluarga dan teman dekatnya untuk menutupi pekerjaan dia yang sebenarnya sebagai PSK pria," ujar Alex seperti dilaporkan Daily Mail Australia.
Alex Devantier mengungkapkan, dia bertemu Marcus dan Mayang empat tahun silam di Melbourne. "Keduanya bekerja di tempat hiburan malam bernama Pleasure Dome di Melbourne tahun 2009 sebagai PSK sekitar dua bulan," jelasnya.
"Mayang kemudian harus berhenti karena dia begitu populer di tempat itu sehingga PSK trans-seksual lainnya membenci Mayang," kata Alex. "Ia kemudian meminta saya mendesain situs web sendiri untuk mengiklankan diri."
"Pasangan ini kemudian bekerja sendiri. Saya yang membantu Marcus mendaftarkan usahanya sebagai PSK privat di Melbourne dan membantunya membuat iklan," tambah Alex.
Alex Devantier yang berasal dari kota Townsville mengaku terpukul sekali atas tragedi ini. "Saya yang mengurusi situs web Mayang dan selalu berkomunikasi dengannya setiap saat," katanya.
Informasi lainnya menyebutkan, setelah pindah ke Brisbane, Marcus bekerja sebagai PSK pria dengan nama Heath XL.
Ketika masih bekerja di Kopenhagen, pria kelahiran Ballarat 28 tahun lalu ini mengiklankan diri sebagai "Young sexy Australian boy, very friendly and easy going, discreet and professional".
Ia juga mendeskripsikan dirinya dalam iklan itu sebagai orang yang terbuka dan menerima semua jenis orang dengan latar belakang apa pun.
Sementara itu, pemilik usaha PSK Le Femme Garcon di Melbourne membantah bahwa Mayang Prasetyo pernah bekerja di tempat itu. Dalam laman Facebook-nya, Mayang menyebut tempat itu sebagai tempat kerjanya.

Wajah Mayang Prasetyo Semakin Ayu Setelah Operasi di Thailand

Rabu, 8 Oktober 2014 08:34 WIB
Wajah Mayang Prasetyo Semakin Ayu Setelah Operasi di Thailand
Tribun Lampung/Wakos Gautama
Febri Andriansyah alias Mayang Prasetyo sebelum menjalani operasi kelamin atau transgenjer (kiri), dan setelah operasi.
TRIBUNNEWS.COM, BANDARLAMPUNG - Kematian Febri Andriansyah alias Mayang Prasetyo (27) bagai petir pada siang bolong. Keluarga tidak menyangka Febri pergi selamanya begitu cepat dengan cara tragis. Kini keluarga kehilangan tumpuan hidup, mengingat Febri adalah tulang punggung keluarga.
Febri terlahir sebagai pria pada 13 Februari 1987 lalu. Sejak kecil Febri sudah bertingkah seperti perempuan. Nining Sukarni (45), ibu Febri, mengatakan, anaknya itu sejak kecil hanya ingin bermain boneka.
"Setiap dibelikan mainan laki-laki dia tidak mau menggunakannya," ujar Nining saat diwawancara wartawan di rumahnya di Jalan Panglima Polim, Gang Star, Kelurahan Sukamenanti, Kedaton, Selasa (7/10/2014).
Pihak keluarga sering memarahi Febri bahwa dia adalah lelaki. Tetapi Febri tetap percaya diri bahwa dirinya adalah perempuan. Teman sebayanya pun sering mengejeknya. Febri tak menggubris dan tetap kemayu.
Nining menceritakan, ia berpisah dengan Febri sejak anak pertamanya tersebut masih berusia satu tahun. Perceraian Nining dengan Nuryanto, ayah Febri lah penyebabnya. Nining kemudian menitipkan anak sulungnya itu tinggal bersama Rumani, neneknya.
"Saya titip Febri sama neneknya. Saya pergi ke Palembang, Sumatera Selatan," kata Nining. Di Palembang, Nining menikah kembali dan memiliki dua anak. Mereka adalah Gebby Jendriawan dan Jenny Gusti Anggraini.
Biarpun begitu, Nining tetap sering menjenguk anaknya untuk memantau perkembangannya. Nining juga rajin menjalin komunikasi lewat telepon dengan Febri. "Hubungan saya dengan Febri dekat. Kami biasa komunikasi pakai bahasa lu, gue," terangnya.
Febri melewatkan masa sekolah dasarnya di SDN 5 Penengahan. Ia kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Wiyatama dan menamatkan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas (SMA) Bina Mulya. Ketiga sekolah itu terletak di Lampung.
Sejak ditinggal ibunya, Febri menjadi pribadi mandiri. Sejak SMP, Febri sudah berdagang dan ikut arisan. Uang hasil berdagang dan arisan dipakai untuk biaya sekolah dan uang jajan sekolah.
Nining berkumpul kembali dengan Febri tahun 2005. Ketika itu, Febri sudah tamat SMA. "Kumpul hanya sebentar. Febri lalu izin pergi merantau ke Bali. Saya izinkan dia untuk pergi ke sana," ucap Nining. Selama di Bali, Febri membuka usaha jual beli anjing. Menurut Nining, dia pun pernah tinggal di Bali sejak tahun 2008 hingga 2011 bersama Febri dan mantan pacar Febri bernama Prasetyo.
Pada tahun 2009, Febri memutuskan untuk berganti kelamin. Sesaat sebelum operasi ganti kelamin pada 19 Maret 2009 di Thailand, Febri sempat menelepon untuk memberitahu akan menjalani operasi payudara dan wajah.
"Saya bilang, 'apa kamu sudah pikir panjang?' Dia (Febri) jawab sudah bulat karena dia adalah perempuan," tuturnya. Perubahan kelamin membuat Febri mengganti namanya menjadi Mayang Prasetyo.
Pascamenjalani operasi, pipi Mayang terlihat semakin tipis, tidak lagi tampak tonjolan pipi khas laki-laki, seperti saat dia remaja. Wajah Mayang pun semakin feminin, dan ayu. Bibir mengecil, tebal, dan hidung makin mancung. Saat mengenakan pemoles wajah dan bibir, dia seakan-akan 100 persen wanita.
Febri Andriansyah alias Mayang Prasetyo (27) tewas diduga dibunuh Marcus Volke (28) di Brisbane, Australia. Setelah dibunuh, tubuh Mayang lantas dimutilasi. Sebagian potongan tubuhnya ditemukan polisi berada di dalam panci yang terletak di atas kompor.
Potongan tubuh Mayang dimasak Volke, yang adalah seorang laki-laki tukang masak di kapal pesiar. Mayang diduga dibunuh pada Sabtu (4/10/2014) sekitar pukul 21.00 waktu setempat.
Seusai memutilasi tubuh pacar sejenisnya itu, Volke ditemukan bunuh diri dengan luka sayatan di leher. Volke bunuh diri di apartemennya.
Mayang Prasetyo, warga negara Indonesia yang menjadi korban pembunuhan dan mutilasi di Brisbane, Australia, adalah seorang transgender. Dia menjalani operasi kelamin dari laki-laki menjadi perempuan di Thailand tahun 2009. Mayang dan Marcus Volke (28), kekasihnya, telah melangsungkan pernikahan di Denmark tahun 2013.
Kepolisian Australia menggerebek Volke setelah para tetangga melaporkan adanya bau tak sedap dari kediaman pria yang berprofesi sebagai juru masak itu. (tribun lampug/tpj)

Selama Hidupnya, Mayang Prasetyo adalah Tulang Punggung Keluarga

Selasa, 7 Oktober 2014 | 13:13 WIB
FACEBOOK Mayang Prasetyo.

KOMPAS.com
 — Selama ini, Mayang Prasetyo, korban pembunuhan dengan mutilasi di Brisbane, Australia, adalah tulang punggung bagi keluarga. Kematian Mayang membuat keluarga sangat kehilangan.

Ibu Mayang, Nining Sukarni, mengaku sangat terpukul karena kehilangan anak sulungnya yang punya nama asli Febri itu. Menurut Nining, Mayang rutin mengirim uang ke Indonesia untuk membantu keluarganya di Indonesia, termasuk biaya pendidikan dua saudara perempuannya yang berusia 18 tahun dan 15 tahun.

"Dia membiayai sekolah kedua saudara perempuannya," kata Nining Sukarni kepadaThe Courier-Mail Australia, di Lampung, Senin (6/10/2014) kemarin.

Sukarni mengatakan, Mayang terakhir menghubunginya pada Kamis pekan lalu. Saat itu, Mayang mengaku baik-baik saja dan tidak ada tanda-tanda masalah yang dihadapinya.

Selain itu, Sukarni tak menyangka pasangan Mayang tega melakukan perbuatan itu. Menurut dia, Marcus Volke telah mengunjungi Indonesia tahun lalu. Dia tampak berperilaku tenang dan baru saja mulai bekerja di sebuah restoran Brisbane.

Sebelum menikah dengan Volke di luar negeri bulan Agustus tahun 2013, Mayang meminta restu kepada ibunya Sukarni.

Namun, kata Sukarni, belakangan ini Mayang mengeluh mulai bosan dan ingin pulang ke Bali, di mana pasangan itu memiliki rumah.

Kata Sukarni, Mayang pernah bercerita bahwa suaminya pencemburu. Volke juga temperamental setiap kali Mayang mengutarakan keinginannya meninggalkan Brisbane.

"Febri tidak merasa betah tinggal di Brisbane. Bagaimanapun ia berusaha, namun rasa tidak betahnya tidak hilang," kata Sukarni. "Saya mengatakan kepadanya untuk bersabar satu sama lainnya, bukan malah bertengkar," tambahnya.

Namun, kisah Mayang dan Volke berakhir tragis. Polisi menemukan Mayang tewas dalam kondisi mengenaskan, Minggu (5/10/2014). Bagian tubuhnya dimutilasi dan sebagian sedang direbus di atas kompor. Volke sempat melarikan diri saat apartemennya digerebek polisi. Namun, tak lama kemudian ia tewas diduga bunuh diri.

Tidak ada komentar: