Selasa, 03 Oktober 2017

Super Big Match Gus Ipul vs Khofifah di PIlkada Jatim

Gus Ipul Tak Menyangka Golkar akan Memilih Mengusung Orang Lain
Dokumentasi Tribunnews.com
Saifullah Yusuf dan Khofifah Indar Parawansa dicalonkan sebagai gubernur di Pilkada Jawa Timur oleh ratusan kiai yang tergabung dalam Forum Komunikasi Kiai Kampung Jawa Timur (FK3JT) di sebuah rumah makan di Surabaya, Selasa (28/3/2017). 

Potensi Duel Gus Ipul vs Khofifah, Akar Rumput NU Diprediksi Terbelah

Budi Hartadi - detikNews
Potensi Duel Gus Ipul vs Khofifah, Akar Rumput NU Diprediksi Terbelah Foto: Agung Pambudhy
Surabaya - Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) Jawa Timur (Jatim) 2018 tak lepas dari nama Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan Khofifah Indar Parawansa. Dua tokoh Nahdlatul Ulama itu mendominasi pusaran isu sekitar Pilgub Jatim 2018.

Lantas bagaimana dengan kandidat lain seperti Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, dan Bupati Banyuwangi Abdulah Azwar Anas? Apakah kedua kepala daerah dengan segudang prestasi baik nasional maupun internasional ini tidak layak maju Pilgub Jawa Timur?

Merujuk hasil survei beberapa lembaga riset seperti Poltracking, Indikator, Charta Politika dan SSC (Surabaya Survey Center), memang selalu menempatkan, Gus Ipul, Risma, Khofifah, dan Anas di posisi empat besar sebagai kandidat kuat. Namun persoalannya, dalam berbagai kesempatan secara tegas Risma sudah menyatakan kalau dia tidak akan maju di Pilgub Jawa Timur. Dia juga tidak mendaftar di penjaringan partainya, yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Begitu juga dengan Anas. Meski ikut penjaringan via PDIP, dari hasil survei, sejauh ini Anas hanya potensial maju sebagai wakil gubernur. Alhasil, nama Risma dan Anaspun mulai menjauh dari bursa bakal calon gubernur (Cagub). Sehingga menyisakan Gus Ipul dan Khofifah yang santer disebut-sebut sebagai calon kuat dan siap head to head di Pilgub Jawa Timur 2018.

Kecenderungan rivalitas yang makin menguat antara Gus Ipul dan Khofifah inilah yang oleh banyak kalangan dikhawatirkan akan membuat Pilgub Jatim menjadi seperti Pilgub Jakarta, riuh dengan pertentangan dan polarisasi.

Menurut Mochtar W Oetomo, Direktur SSC, polarisasi dua kutub yang berlawanan mengandung risiko besar melahirkan konflik horizontal di antara pendukung seperti yang terjadi di Jakarta.

"Di Jatim memang kecil kemungkinan terjadi polarisasi politik yang dibumbui isu SARA seperti di Pilgub Jakarta. Tapi dengan rivalitas yang semakin menguat antara Gus Ipul dan Khofifah, jika tidak terkelola dan terkendali dengan baik, bisa saja polarisasi itu justru muncul di akar rumput NU, sebagai basis utama kedua kandidat. Konflik antarsaudara kerapkali justru malah lebih keras dan sulit sembuhnya," jelas Mochtar yang juga pengajar di Universitas Trunojoyo Madura, Jumat (4/8/2017).

Gus IpulGus Ipul. Foto: Rahma Lillahi Sativa

Sebagaimana dirilis beberapa waktu lalu, hasil survei SSC periode Juni 2017 mengungkap bahwa sebagian besar publik Jatim merasa tidak nyaman dan tidak suka jika polarisasi politik seperti yang terjadi pada Pilgub DKI Jakarta terjadi dalam Pilgub Jatim. Sebagian besar masyarakat Jatim menganggap polarisasi demikian hanya akan menciptakan sesuasana permusuhan dan merusak kebersamaan di wilayah Jatim.

Hasil survei SSC menunjukkan bahwa warga Jatim pemilih yang merasa tidak nyaman dengan polarisasi politik ala Pilgub DKI Jakarta sebanyak 83,40%. Sementara yang mengatakan biasa saja sebanyak 4,20%. Dan yang menyatakan nyaman hanya 2,80%. Adapun alasan warga Jawa Timur tidak merasa nyaman karena 1. bisa menciptakan suasana saling permusuhan 45.60%. 2. bisa merusak persatuan dan kebersamaan 38.20%, 3. membuat saling tidak percaya 10.80%, dan 4. membuat rakyat jadi korban kebohongan 5,40%

Data ini mengonfirmasi konflik di Jakarta membuat warga Jawa Timur merasa gerah dan tidak nyaman dengan polarisasi konflik serta menginginkan situasi kondusif . Pesan ini harus bisa ditangkap oleh para kandidat dan penyelenggara pemilu di Jatim.

"Pilgub Jakarta jelas menjadi pembelajaran untuk masyarakat Jatim. Adanya polarisasi konflik tidak membuat suasana menjadi baik dan juga sesuai dengan apa yang selama ini dikehendaki masyarakat Jatim yang rukun damai dan harmonis. Bisa dipahami kalau sebagian besar masyarakat Jatim menolak dan tidak nyaman jika Pilgub Jatim sampai seperti Pilgub Jakarta. Kita harap ada kesadaran kolektif hingga bisa meminimalisir ketegangan dan rivalitas dua kutub berlawanan antara Gus Ipul dan Khofifah yang mungkin saja makin menguat," jelas Mochtar.
(bdh/tor)

Tidak ada komentar: