Selasa, 17 September 2013

Asosiasi produsen kopi jawab liputan BBC

Ilustrasi (Foto: Thinkstock)

Liputan BBC menemukan bahwa luwak yang dipakai untuk produksi kopi luwak kondisinya menyedihkan. Tidak liar

Asosiasi Produsen Kopi Bantah Menyiksa Luwak

Asosiasi Produsen Kopi Bantah Menyiksa Luwak  TEMPO.CO, Bener Meriah - Ketua Asosiasi Produsen Kopi Fair Trade Indonesia mengatakan tidak semua petani atau penghasil kopi luwak di Dataran Tinggi Gayo menyiksa binatang luwak sebagaimana dituduhkan.
"Produser Fair Trade Indonesia menawarkan kopi organik dan kopi luwak liar, bukan tangkaran," ujar Mustawalad, Ketua Asosiasi Produser Kopi Fair Trade Indonesia.
BBC melansir hasil investigasi mereka di pusat perkebunan kopi di Takengon, Aceh, Sidikalang dan perusahaan pengekspor kopi luwak di Medan, Sumatera Utara. Dari hasil investigasi itu, mereka menemukan bahwa kopi luwak yang dijual dengan promosi dihasilkan dari musang liar itu ternyata merupakan musang yang diternakkan. Menurut mereka, kondisi kandang musang itu amat memprihatinkan dan kotor.
Mustawalad tidak menafikan dari petani kopi ada yang mengkandangkan musang. "Tapi tidak semua sangkar musang dengan kondisi sempit dan buruk."
Ia memberi contoh, di Desa Hutapea Bener Meriah ada 70 ekor musang. Kandangnya berukuran lebar 1 meter, tinggi 1,5 meter, dan bersih. Musang juga diberikan makanan aneka buah, seperti apel dan pisang.
Dia menambahkan, saat melakukan pengecekan ke tempat itu, ia tidak menemukan luwak dalam kondisi terluka. "Kalau disangkarkan, ya musang tidak sebebas di alam, itu pasti."
Menurut Mustawalad, Asosiasi Produser Kopi Fair Trade Indonesia menampung 23 ribu petani kopi organik yang tersebar di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah. Mereka memproduksi kopi biasa dan kopi luwak. "Tetapi produk kami hanya kopi luwak alam atau liar," katanya menjamin.
Ia menyatakan, masalah tudingan BBC ini akan dibicarakan dengan para petani anggota asosiasi. "Tudingan itu tidak boleh disamaratakan untuk seluruh produksi kopi dari Aceh Tengah dan Bener Meriah. Ini sangat merugikan kami," ujarnya.

Tidak ada komentar: