Jumat, 18 Oktober 2013

Indra Sjafri, Pelatih Timnas Garuda Jaya dan pendampingnya

Indra Sjafri. (Foto: Feri Usmawan/Okezone)4 Poin Indra Sjafri Bentuk Tim Garuda Jaya

Alfa Mandalika - Okezone, Minggu, 13 Oktober 2013 08:08 wib

JAKARTA - Atraktif, Mengusai pertandingan, skill mumpuni, ketenangan, mental kuat dan mematikan itulah mungkin gambaran yang cocok untuk disematkan kepada skuad Timnas Indonesia U-19.

Kata-kata itu tidak berlebihan jika Anda menyaksikan pertandingan antara Indonesia kontra Korea Selatan, Sabtu (12/10/2013). Bagaimana tidak, tim yang disebut-sebut sebagai tim Garuda Jaya mampu mematahkan tanggapan dan prediksi banyak orang! Indonesia mampu menundukkan juara bertahan dengan skor 3-2.

Yang lebih mentereng lagi, Evan Dimas Darmono mampu menciptakan hattrick ke gawang Taeguk Warriors! Sungguh merupkan prestasi jempolan yang harus terus dijaga.

Jangan dilupakan juga, juru taktik dibalik kesuksesan Garuda Jaya, Indra Sjafri. Ya, pelatih berdarah Minang itu mengungkapkan bahwa ada empat poin dasar untuk membentuk skuad seperti ini.

"Para pemain ini dipilih dengan standar yang tinggi. Ada empat poin; skill bermain, kemampuan taktik, kecerdasan bermain dan mental. Mereka militan semua, mereka tidak mau bangsanya diinjak-injak di depan bangsanya sendiri," tegas Indra usai pertandingan.

Indra juga menambahkan bahwa misinya belum usai sampai di sini. Indra masih mau blusukan ke pedalaman-pedalaman untuk mencari bakat-bakat terpendam di pelosok-pelosok negeri.

"Kami akan berbenah dan kami akan terus menggali lagi pemain-pemain yang terpendam di daerah yang saat ini belum muncul. Waktu kejuaraan masih panjang dan kami harus terus berbenah," ujar Indra. (dit)

TEMPO/Seto Wardhana

Orang-orang di Belakang Indra Sjafri dan Suksesnya Timnas U-19

Indra Sjafri di ruang ganti Stadion GBK. (TEMPO/Seto Wardhana)

Ditulis oleh: Sirajudin Hasbi


Bulan April hingga Mei 2013 lalu, di lapangan kampus STTA Lanud Adisutjipto Yogyakarta dihelat After School League (ASL). Liga itu merupakan musim kedua ASL yang punya format lain dari pada kompetisi sepak bola untuk anak-anak lainnya. ASL menerapkan sistem liga dan penentuan juara yang diberi gelar The Best Team melalui akumulasi jumlah gol yang dicetak. Setiap tim yang berlaga harus memainkan semua pemainnya agar setiap pemain punya kesempatan bertanding.

ASL memang punya keunikan dan itu semua bertujuan untuk membina bibit pemain dengan lebih baik. Setidaknya begitu harapan dari penyelenggaranya. ASL ini diselenggarakan oleh Atlantis Football Academy (AFA) yang berada di Yogyakarta.

Direktur dari AFA ini merupakan salah satu orang yang berperan penting dalam kesuksesan timnas U-19 dalam ajang Piala AFF U-19 sekaligus Pra Piala Asia U-19 lalu. Beliau adalah Guntur Cahyo Utomo.

Guntur merupakan pelatih mental timnas U-19. Dia menjadi asisten Indra Sjafri yang fokus membentuk mental bertanding pemain timnas U-19. Hasilnya, pemain U-19 memiliki semangat pantang menyerah sekaligus mental juara yang dibuktikan dalam ajang Piala AFF U-19 dan PPA U-19.

Guntur merupakan alumni S2 Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Dia memiliki kecintaan yang besar terhadap sepak bola. Bersama rekannya Hysa Ardianto, yang bertindak sebagai salah satu pendiri AFA, mereka bahu membahu membina sepak bola usia dini di Yogyakarta.

Dirinya lantas bisa bergabung dengan timnas U-19 berkat kesamaan visi dengan Indra Sjafri. Dalam suatu perjumpaan, Guntur bertukar pikiran dengan Indra Sjafri. Kala itu bahasannya adalah mengenai mental pesepakbola, terutama mental pemain Indonesia. 

Selama ini mental seringkali menjadi masalah dari keringnya prestasi sepak bola Indonesia. Di SEA Games 2011 lalu, timnas gagal meraih medali emas lantaran kalah adu penalti dengan Malaysia. Pemain Indonesia dianggap terbebani dan minim mental juara. Tetapi, seperti yang sudah-sudah, masalah mental hanya menjadi keluhan. Belum ditemukan solusinya yang tepat.

Padahal semua pelatih dan pemerhati sepak bola tahu bahwa ada tiga aspek penting dalam sepak bola. Pertama, teknik olah bola, kemudian kemampuan fisik, dan yang terakhir yang tak kalah penting adalah mental pemain. 

Akhirnya menyadari kebutuhan untuk membangun mental pemain ini, Guntur direkrut oleh Indra Sjafri sebagai pelatih mental. Pria kelahiran 19 September 33 tahun lalu itu kemudian bekerja sama dengan Indra Sjafri membentuk mental pemain timnas U-19.

Mental juara hasil bentukan Guntur terlihat jelas dalam kemenangan adu penalti melawan Vietnam di ajang Piala AFF U-19 lalu. Saat menghadapi Filipina di PPA U-19 yang bertahan total, pemain bisa menahan rasa frustasinya. Dan kemenangan 3-2 atas Korea Selatan jelas menjadi bukti sahih bahwa mental juara telah dimiliki oleh anak-anak timnas U-19.

Analisis Statistik dan Permainan Lawan

Tidak kalah penting, adalah peran High Performance Unit (HPU), yang diemban oleh Rudy Eka Priambada. Dia selalu merekam permainan timnas dan calon lawan. Tugasnya adalah membuat video, kemudian melakukan analisis statistik dan memperbandingkan strategi lawan dengan timnas. Hasilnya akan dibawa ke rapat bersama tim pelatih.

Keberadaan Rudy ini menjawab pernyataan pelatih timnas selama ini yang mengaku buta dengan kekuatan lawan. Dengan adanya HPU, kekuatan lawan bisa diketahui dan dianalisis. Sehingga pelatih bisa menyiapkan strategi untuk mengalahkan lawan-lawannya.

Rudy sendiri telah bergabung dengan timnas U-19 sejak sebelum Piala AFF U-19. Dia ikut menemukan pemain sayap Yabes Roni Malaifani di Alor, Nusa Tenggara Timur. Prestasi pribadinya memang mengkilat dimana dia tercatat sebagai lulusan termuda dalam program beasiswa AFC Project Future Coach 2009 selama tiga tahun di Dortmund, Jerman.

Seperti halnya Indra Sjafri, Rudy pada awalnya juga harus merogoh koceknya sendiri. Untuk membeli kamera dan peralatan penunjang lainnya dia mengeluarkan uangnya sendiri, tidak ada bantuan dari PSSI. Namun, setelah melihat buah kerjanya yang membantu tim, nampaknya PSSI akan berpikir untuk memfasilitasi Rudy ke depannya.

Nur Saelan, Orang Di Balik Fisik Prima Timnas U-19

Selain mental, faktor fisik menjadi sangat penting. Kelelahan fisik bisa membuat tim sepak bola gagal menerapkan strategi yang diinstruksikan oleh pelatih. Fisik yang kendur juga bisa berpengaruh pada mental yang biasanya membuat pemain jadi berlaku kasar. Oleh karenanya, kehadiran pelatih fisik untuk membentuk fisik prima pemain timnas U-19 sangat penting.

Indra Sjafri memilih Nur Saelan untuk menjadi pelatih fisik timnas U-19. Nur dipilih lantaran dia sudah berpengalaman selama 26 tahun menjadi pelatih fisik sepak bola serta punya program yang menarik untuk meningkatkan kemampuan fisik pemain-pemain muda. 

Nur Saelan menerapkan program Fun Conditioning agar suasana latihan fisik menyenangkan. Biasanya pesepakbola Indonesia malas melakukan latihan fisik karena melelahkan. Nur Saelan kemudian membuatnya menjadi menyenangkan sehingga pemain semangat dan berpikir bahwa latihan fisik merupakan kebutuhan untuk mereka.

Tidak hanya latihan fisik, dalam setiap program latihan fisik, pemain dilatih responsnya. Salah satunya dengan menjawab pertanyaan dasar matematika. Aturannya dalam adu lari, pemain baru boleh berlari setelah menjawab pertanyaan dari sang pelatih. Ini membuat suasana latihan menjadi menyenangkan sekaligus melatih pemain untuk merespons dengan cepat. Latihan respons ini penting dalam pertandingan yang seringkali membutuhkan pengambilan keputusan yang cepat.

Nur Saelan ini sudah membantu Indra Sjafri sejak melatih timnas U-16 pada 2011. Dia mengaku, dia jugalah yang menemukan gelandang Muhammad Hargianto.  

Dan yang tidak kalah penting dalam tim sepak bola adalah peran Kitman, yang bertugas untuk menyiapkan perlengkapan latihan dan pertandingan. Timnas U-19 memiliki Muhni dan Ade Ali untuk mengurusi semua urusan perlengkapan timnas U-19 ini.

Muhni jauh lebih berpengalaman karena pernah menjadi Kitman untuk timnas senior dan sudah bersama dengan Indra Sjafri sejak di HKFA Hongkong 2013. Sementara Ade Ali bertemu dengan Indra Sjafri ketika masih bekerja di Bina Putera Cirebon, tim Divisi III (U-19). Dia kemudian mulai bergabung saat persiapan Piala AFF U-19. Keberadaan Kitman ini membantu terselenggaranya semua program kepelatihan timnas U-19 selama ini.

Sinergi antar setiap aktor di timnas U-19 ini membuat suasana timnas U-19 harmonis dan semua program yang disusun oleh Indra Sjafri, selaku pelatih kepala, bisa berjalan. Hasilnya sejauh ini sudah ada Piala AFF U-19 dan lolos ke Piala Asia U-19 tahun depan. Semoga ke depan ada lebih banyak prestasi yang bisa ditorehkan sekaligus menginspirasi pihak lain untuk meniru langkah serupa demi prestasi sepak bola Indonesia.

Tidak ada komentar: