Sabtu, 10 Mei 2014

Elektabilitas Prabowo-Hatta tertinggi, jangan terlena

Pengamat: Prabowo-Hatta Jangan Terlena Hasil Survei
Kamis, 05 Juni 2014, 10:06 WIB
Warga pendukung pasangan capres-cawapres, Prabowo-Hatta menandatangani petisi dukungan di Pekanbaru, Riau, Senin (2/6).
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pengamat hukum dan politik Universitas Nusa Cendana Kupang Nicolaus Pira Bunga mengingatkan pasangan capres dan cawapres nomor urut satu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa untuk tidak terlena dengan hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI).

"Hingga Mei 2014 hasil survei Lingkaran Survei Indonesia lebih menggunggulkan pasangan ini, jangan sampai terlena akan menang dalam Pilpres ini sehingga lupa memaksimalkan kinerja dan straqtegi baru untuk terus menarik simpati pemilih," katanya di Kupang, Kamis.

Hasil survei LSI Mei 2014 pasangan capres dan cawapres nomor urut satu Prabowo Subianto -Hatta Rajasa mengungguli Jokowi-Jusuf Kalla di DKI Jakarta dan Banten.

Keunggulan ini jangan sampai membuat lengah pasangan ini, karena dalam dunia politik terlebih politik praktis pemilu segala hal yang terjadi bisa saja berubah setiap saat dan dapat saja berbalik arah.

"Di DKI Jakarta, pasangan Prabowo-Hatta memperoleh dukungan 35,0 persen, sementara pasangan Jokowi-JK memperoleh dukungan sebesar 30,66 persen," ujar Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Rully Akbar dalam pemaparan hasil survei LSI di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, di Provinsi Banten, Prabowo-Hatta memperoleh dukungan 33,53 persen sementara pasangan Jokowi-JK mendapatkan dukungan sebesar 26,25 persen.

Untuk memenangi Pilpres yang tinggal 33 hari lagi, tim sukses dan pasangan capres-cawapres harus menguasai aneka wilayah teritori strategis.

"Dari 33 provinsi, LSI mengidentifikasi tujuh provinsi strategis yang akan menjadi 'the real battle field 'yakni, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara," ujar dia.

Survei nasional diselenggarakan di awal Mei 2014 dengan total responden 2400, dengan margin of error sekitar dua persen. Wawancara dilakukan tatap muka di 33 provinsi dengan metode multistage random sampling, survei dilengkapi riset kualitatif melalui focus group discussion, in dept-interview dan media analisis.

Menurut Pira Bunga, peringatan agar pasangan Prabowo-Hatta tidak terlena tidak saja semata-mata didasarkan pada hasil survei LSI hingga Mei itu yang menggungulkan pasangan ini di DKI dan Banten, tetapi juga berdasarkan hasil survei yang sama terhadap pasangan Jokowi-JK.

Dosen Hukum Tata Negara dan Adminsitrasi Pemerintahan di Undana Kupang itu menyebut pasangan Prabowo-Hatta bisa saja unggul sementara di DKI dan Banten, tetapi di wilayah dan kawasan lain bisa saja diunggulkan pasangan Jokowi-JK karena faktor keterwakilan pasangan ini.

Misalnya hasil survei LSI itu menyebut kehadiran Jusuf Kalla (JK) sebagai cawapres Jokowi menambah dukungan pasangan Jokowi-JK di Indonesia timur, namun mengurangi dukungan pasangan ini di teritori barat.

Sementara efek JK di teritori tengah, populasi pemilih terbesar (mencapai 60 persen) atau cenderung stabil.

Menurut dia, hadirnya JK menambah dukungan pasangan Jokowi-JK dari 37,66 persen menjadi 42,35 persen di teritori Timur.

Sementara hadirnya JK sebagai cawapres Jokowi justru mengurangi dukungan pasangan ini dari 36,12 persen menjadi 32,97 persen di teritori barat.

Sebaliknya, hadirnya Hatta Rajasa sebagai cawapres Prabowo ternyata mampu menaikkan elektabilitas pasangan ini di teritori Barat.

Namun menurunkan elektabilitas pasangan ini di teritori Timur. Elektabilitas pasangan Prabowo-Hatta naik dari 21,70 persen menjadi 24,61 persen di teritori Barat. Elektabilitas pasangan ini pun turun dari 21 persen menjadi 15,33 persen di teritori timur.

Jadi menurut Pira Bunga dari hasil tersebut berdasarkan keterwakilan teritori barat dan timur secara umum, pasangan Jokowi-JK masih unggul dari pasangan Prabowo-Hatta di ketiga wilayah teritori tersebut.
Jumat, 9 Mei 2014 16:37 WIB | Dilihat 6382 Kali
Elektabilitas Prabowo-Hatta tertinggi
Prabowo Subianto-Hatta Rajasa (ANTARANews/Grafis)
Jakarta (ANTARA News) - Hasil survei lembaga Survei & Polling Indonesia (SPIN) tentang peluang calon presiden yang akan terpilih pada Pemilu Presiden nanti menunjukkan elektabilitas pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa tertinggi bila dibandingkan jika Prabowo dipasangkan dengan cawapres lain, bahkan Prabowo diperkirakan menang dalam satu putaran.

"Siapa pun Cawapres pendamping Prabowo Subianto sebagai Capres nanti dalam Pilpres 9 Juli 2014 diprediksi bisa menang satu putaran," kata Direktur Eksekutif SPIN Igor Dirgantara dalam ekspos publik di Jakarta, Jumat.

Hasil survei tersebut menunjukan bila Prabowo berpasangan dengan Ketua Umum PAN Hatta Rajasa mendapat persentase tertinggi 20,1 persen, disusul Prabowo-Aburizal 19,2 persen, Prabowo-Kalla 18,3 persen, Prabowo-Mahfud MD 16,9 persen, sedangkan Prabowo-Dahlan Iskan 14,5 persen, dan Prabowo-Aher 11 persen.

"Pasangan tiga teratas, yakni Prabowo-Hatta, Prabowo -Aburizal, dan Prabowo-Kalla memenuhi syarat komposisi ideal dari aspek jawa-non jawa, sipil-militer, dan eligibilitas presidential threshold," katanya.

Menurut dia, kejelian memasangkan duet pasangan capres-cawapres akan menjadi penentu pemenangan pada Pilpres 9 Juli nanti lantaran orientasi publik atas figur di atas partai politik masih menjadi rumus politik pemenangan Pilpres.

Ia menyebut tiga alasan Prabowo dan cawapresnya akan memenangkan Pilpres. Pertama, perolehan suara Partai Gerindra melonjak drastis (12 persen) dibandingkan dengan hasil pemilu 2009 (4,4 persen). PDIP pada 2009 mendapat 14 persen suara, sekarang diprediksi mendapat 19 persen suara.

"Perolehan suara Partai Gerindra melonjak mendekati 170 persen, sedangkan PDIP cuma naik 35 persen bila dibandingkan dengan hasil Pemilu 2009. Artinya, Prabowo dianggap lebih mampu mendongkrak perolehan suara Gerindra, dibanding efek Jokowi terhadap PDIP di Pileg 9 April 2014," paparnya.

Saat ini lanjut Igor, Jokowi mengalami penurunan elektabilitas, sementara Prabowo merambat naik, dan Aburizal cenderung stagnan.

Kedua, salah satu alasan parpol berkoalisi adalah kalkulasi dari kemenangan yang mungkin diraih dari komposisi jitu pasangan Capres-Cawapres yang diusung, efektivitas strategi komunikasi, pilihan isu dan program yang tepat, serta bekerja maksimalnya mesin parpol pendukung.

"Prabowo dinilai unggul pada sisi elektabilitas yang terus meningkat, tingginya soliditas partai Gerindra, isu dan program pro rakyat, serta efektivitas tim komunikasinya," jelasnya.

Alasan ketiga karena semakin luasnya dukungan terhadap pencapresan mantan Danjen Kopassus itu, mulai dari pengusaha, buruh, mahasiswa, akademisi sampai pengusaha. "Bahkan ada sejumlah relawan dari kompetitornya yang sekarang beralih menjadi pendukung Prabowo," imbuhnya.

Terkait wacana koalisi Golkar-Gerindra, kelegowoan Aburizal menurunkan posisi cawapres jika berduet dengan Prabowo bisa meredam dinamika internal dalam tubuh Golkar pasca Pemilu Legislatif untuk mengevaluasi pencapresannya yang dinilai memaksakan diri.

"Komposisi Prabowo sebagai capres dengan ARB (Aburizal Bakrie) sebagai cawapresnya dilandasi pada soal elektabilitas kedua figur tersebut dari hasil survei," tambahnya.

Igor menjelaskan, Aburizal bisa mengikuti langkah Jusuf Kalla pada Pemilu 2004 yang menjadi cawapres SBY kendati perolehan suara Golkar di atas Partai Demokrat.

Survei dilakukan pasca Pileg tanggal 15-30 April 2014, melibatkan 1.070 responden berusia 17 tahun ke atas di 33 provinsi dengan metode multistage random sampling. Margin of error 3 persen disertai tingkat kepercayaan 95 persen.
Editor: Jafar M Sidik

Tidak ada komentar: