Pengamat: Prabowo-Hatta Jangan Terlena Hasil Survei
Kamis, 05 Juni 2014, 10:06 WIB
Warga pendukung pasangan capres-cawapres, Prabowo-Hatta menandatangani petisi dukungan di Pekanbaru, Riau, Senin (2/6).
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pengamat
hukum dan politik Universitas Nusa Cendana Kupang Nicolaus Pira Bunga
mengingatkan pasangan capres dan cawapres nomor urut satu Prabowo
Subianto-Hatta Rajasa untuk tidak terlena dengan hasil survei Lingkaran
Survei Indonesia (LSI).
"Hingga Mei 2014 hasil survei Lingkaran
Survei Indonesia lebih menggunggulkan pasangan ini, jangan sampai
terlena akan menang dalam Pilpres ini sehingga lupa memaksimalkan
kinerja dan straqtegi baru untuk terus menarik simpati pemilih," katanya
di Kupang, Kamis.
Hasil survei LSI Mei 2014 pasangan capres dan
cawapres nomor urut satu Prabowo Subianto -Hatta Rajasa mengungguli
Jokowi-Jusuf Kalla di DKI Jakarta dan Banten.
Keunggulan ini
jangan sampai membuat lengah pasangan ini, karena dalam dunia politik
terlebih politik praktis pemilu segala hal yang terjadi bisa saja
berubah setiap saat dan dapat saja berbalik arah.
"Di DKI
Jakarta, pasangan Prabowo-Hatta memperoleh dukungan 35,0 persen,
sementara pasangan Jokowi-JK memperoleh dukungan sebesar 30,66 persen,"
ujar Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Rully Akbar dalam
pemaparan hasil survei LSI di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, di
Provinsi Banten, Prabowo-Hatta memperoleh dukungan 33,53 persen
sementara pasangan Jokowi-JK mendapatkan dukungan sebesar 26,25 persen.
Untuk
memenangi Pilpres yang tinggal 33 hari lagi, tim sukses dan pasangan
capres-cawapres harus menguasai aneka wilayah teritori strategis.
"Dari
33 provinsi, LSI mengidentifikasi tujuh provinsi strategis yang akan
menjadi 'the real battle field 'yakni, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat,
Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara," ujar dia.
Survei
nasional diselenggarakan di awal Mei 2014 dengan total responden 2400,
dengan margin of error sekitar dua persen. Wawancara dilakukan tatap
muka di 33 provinsi dengan metode multistage random sampling, survei
dilengkapi riset kualitatif melalui focus group discussion, in
dept-interview dan media analisis.
Menurut Pira Bunga, peringatan
agar pasangan Prabowo-Hatta tidak terlena tidak saja semata-mata
didasarkan pada hasil survei LSI hingga Mei itu yang menggungulkan
pasangan ini di DKI dan Banten, tetapi juga berdasarkan hasil survei
yang sama terhadap pasangan Jokowi-JK.
Dosen Hukum Tata Negara
dan Adminsitrasi Pemerintahan di Undana Kupang itu menyebut pasangan
Prabowo-Hatta bisa saja unggul sementara di DKI dan Banten, tetapi di
wilayah dan kawasan lain bisa saja diunggulkan pasangan Jokowi-JK karena
faktor keterwakilan pasangan ini.
Misalnya hasil survei LSI itu
menyebut kehadiran Jusuf Kalla (JK) sebagai cawapres Jokowi menambah
dukungan pasangan Jokowi-JK di Indonesia timur, namun mengurangi
dukungan pasangan ini di teritori barat.
Sementara efek JK di teritori tengah, populasi pemilih terbesar (mencapai 60 persen) atau cenderung stabil.
Menurut dia, hadirnya JK menambah dukungan pasangan Jokowi-JK dari 37,66 persen menjadi 42,35 persen di teritori Timur.
Sementara
hadirnya JK sebagai cawapres Jokowi justru mengurangi dukungan pasangan
ini dari 36,12 persen menjadi 32,97 persen di teritori barat.
Sebaliknya,
hadirnya Hatta Rajasa sebagai cawapres Prabowo ternyata mampu menaikkan
elektabilitas pasangan ini di teritori Barat.
Namun menurunkan
elektabilitas pasangan ini di teritori Timur. Elektabilitas pasangan
Prabowo-Hatta naik dari 21,70 persen menjadi 24,61 persen di teritori
Barat. Elektabilitas pasangan ini pun turun dari 21 persen menjadi 15,33
persen di teritori timur.
Jadi menurut Pira Bunga dari hasil
tersebut berdasarkan keterwakilan teritori barat dan timur secara umum,
pasangan Jokowi-JK masih unggul dari pasangan Prabowo-Hatta di ketiga
wilayah teritori tersebut.
Jumat, 9 Mei 2014 16:37 WIB | Dilihat 6382 Kali
Syaiful Hakim
Prabowo Subianto-Hatta Rajasa (ANTARANews/Grafis)
Jakarta (ANTARA News) - Hasil survei lembaga Survei & Polling
Indonesia (SPIN) tentang peluang calon presiden yang akan terpilih pada
Pemilu Presiden nanti menunjukkan elektabilitas pasangan Prabowo
Subianto dan Hatta Rajasa tertinggi bila dibandingkan jika Prabowo
dipasangkan dengan cawapres lain, bahkan Prabowo diperkirakan menang
dalam satu putaran.
"Siapa pun Cawapres pendamping Prabowo Subianto sebagai Capres
nanti dalam Pilpres 9 Juli 2014 diprediksi bisa menang satu putaran,"
kata Direktur Eksekutif SPIN Igor Dirgantara dalam ekspos publik di
Jakarta, Jumat.
Hasil survei tersebut menunjukan bila Prabowo
berpasangan dengan Ketua Umum PAN Hatta Rajasa mendapat persentase
tertinggi 20,1 persen, disusul Prabowo-Aburizal 19,2 persen,
Prabowo-Kalla 18,3 persen, Prabowo-Mahfud MD 16,9 persen, sedangkan
Prabowo-Dahlan Iskan 14,5 persen, dan Prabowo-Aher 11 persen.
"Pasangan tiga teratas, yakni Prabowo-Hatta, Prabowo
-Aburizal, dan Prabowo-Kalla memenuhi syarat komposisi ideal dari aspek
jawa-non jawa, sipil-militer, dan eligibilitas
presidential threshold," katanya.
Menurut dia, kejelian memasangkan duet pasangan
capres-cawapres akan menjadi penentu pemenangan pada Pilpres 9 Juli
nanti lantaran orientasi publik atas figur di atas partai politik masih
menjadi rumus politik pemenangan Pilpres.
Ia menyebut tiga alasan Prabowo dan cawapresnya akan
memenangkan Pilpres. Pertama, perolehan suara Partai Gerindra melonjak
drastis (12 persen) dibandingkan dengan hasil pemilu 2009 (4,4 persen).
PDIP pada 2009 mendapat 14 persen suara, sekarang diprediksi mendapat 19
persen suara.
"Perolehan suara
Partai Gerindra melonjak mendekati 170 persen, sedangkan
PDIP cuma
naik 35 persen bila dibandingkan dengan hasil Pemilu 2009. Artinya,
Prabowo dianggap lebih mampu mendongkrak perolehan suara Gerindra,
dibanding efek Jokowi terhadap PDIP di Pileg 9 April 2014," paparnya.
Saat ini lanjut Igor, Jokowi mengalami penurunan
elektabilitas, sementara Prabowo merambat naik, dan Aburizal cenderung
stagnan.
Kedua, salah satu alasan parpol berkoalisi adalah kalkulasi
dari kemenangan yang mungkin diraih dari komposisi jitu pasangan
Capres-Cawapres yang diusung, efektivitas strategi komunikasi, pilihan
isu dan program yang tepat, serta bekerja maksimalnya mesin parpol
pendukung.
"Prabowo dinilai unggul pada sisi elektabilitas yang terus
meningkat, tingginya soliditas partai Gerindra, isu dan program pro
rakyat, serta efektivitas tim komunikasinya," jelasnya.
Alasan ketiga karena semakin luasnya dukungan terhadap
pencapresan mantan Danjen Kopassus itu, mulai dari pengusaha, buruh,
mahasiswa, akademisi sampai pengusaha. "Bahkan ada sejumlah relawan dari
kompetitornya yang sekarang beralih menjadi pendukung Prabowo,"
imbuhnya.
Terkait wacana koalisi
Golkar-Gerindra,
kelegowoan Aburizal menurunkan posisi cawapres jika berduet dengan
Prabowo bisa meredam dinamika internal dalam tubuh Golkar pasca Pemilu
Legislatif untuk mengevaluasi pencapresannya yang dinilai memaksakan
diri.
"Komposisi Prabowo sebagai capres dengan ARB (Aburizal Bakrie)
sebagai cawapresnya dilandasi pada soal elektabilitas kedua figur
tersebut dari hasil survei," tambahnya.
Igor menjelaskan, Aburizal bisa mengikuti langkah Jusuf Kalla
pada Pemilu 2004 yang menjadi cawapres SBY kendati perolehan suara
Golkar di atas Partai Demokrat.
Survei dilakukan pasca Pileg
tanggal 15-30 April 2014, melibatkan 1.070 responden berusia 17 tahun ke
atas di 33 provinsi dengan metode multistage random sampling. Margin of
error 3 persen disertai tingkat kepercayaan 95 persen.
Editor: Jafar M Sidik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar