Senin, 22 Mei 2017

Serangan Pilpres 2019 Dimulai, Ambisi Prabowo, Sandiaga Kirim Sinyal, Begini Katanya!


Sandiaga Uno-Detik.com
Ternyata benar sekali apa yang sering saya dengar sewaktu remaja, bahwa kekuasaan itu sangat mengoda dan mampu menutup mata, sehingga untuk membedakan mana yang putih dan hitam pun rasanya begitu sulit sekali. Mungkin inilah salah satu faktor yang membuat Prabowo begitu bernafsu untuk merasakan empuknya kursi RI 1 tanpa memikirkan hajat orang banyak.
Selain faktor nafsu diatas tentu faktor sakit hati hingga dendam yang belum terbalaskan, rasanya masih menjadi ganjalan bagi Prabowo untuk bisa tersenyum lepas menikmati Indonesia dengan macan asianya. Kemenangan Anies-Sandi di Pilkada DKI bisa jadi penambah rasa optimisme Prabowo untuk bisa menyikut Jokowi di Pilpres 2019 mendatang. Ini bukan sekedar omong kosong, pasalnya semangat dendam ini sudah lebih dulu ditunjukkan oleh Prabowo sewaktu berorasi pada kampanye Anies-Sandi beberapa bulan yang lalu.“Saudara-saudara, kalau kalian ingin saya jadi presiden di 2019, kalian harus memenangkan Anies-Sandi menjadi gubernur dan wakil gubernur. Kalian harus kerja keras,” kata Prabowo dalam orasinya di Lapangan Banteng.
Ucapan ini dulunya dianggap tak lebih dari penyemangat bagi para simpatisan untuk memberi semua tenaga mereka dalam memenangkan Anies-Sandi. Namun setalah dinyatakan menang lewat hitungan cepat, Prabowo mulai menimbang kembali ucapannya, bahkan sekarang Prabowo terlihat begitu siap untuk Pilpres 2019 mendatang.
Prabowo siap maju di Pilpres 2019
Sangat dipastikan, dan untuk mencapai tujuan politik mereka, yakni menjadikan Gerindra sebagai partai penguasa. Sepekan yang lalu strategi sudah dimainkan, Anies-Sandi dijadikan bak sapi perah sekaligus tunggangan bagi Prabowo untuk mendudukan pantatnya .
Di salah satu Masjid di Bukit Duri, Anies sudah melakukan serangan kepada Jokowi dengan mengatakannya sebagai orang yang suka ingkar janji. “Saya memilih untuk salat Jumat di sini, karena ini adalah tempat di mana rakyat persis lima tahun yang lalu, disebut terbuka dalam kampanye tidak digusur.”
Ia menyentil janji Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ketika kampanye untuk mengikuti Pilkada tahun 2012. Ketika itu, mereka berjanji tidak akan menggusur Kampung Duri.
“Tapi dalam kenyataannya, mereka (warga) harus pindah ke Rawa Bebek. Bagi warga Bukit Duri, kampanye pemilu diiringi dengan perasaan, ini (digusur) berulang nggak ya? karena mereka pernah merasakan,” beber Anies.
Ini yang menjadi pertanyaannya, mengapa Anies mengeluarkan statement seperti itu, padahal sudah dinyatakan menang versi hitungan cepat tiga hari yang lalu. Tentu tujuannya menyasar kepada Jokowi, sesuai komando dari atasan mereka, Prabowo. Kemenangan Anies-Sandi adalah jalan bagi Prabowo, tidak hanya digunakan sebagai alat untuk menyerang Jokowi, Prabowo juga memanfaatkan Anies-Sandi layakanya bank pribadi mengingat APBD DKI yang sangat besar itu rasanya tidak nampak jika mengambil secuil untuk biaya Pilpres 2019 nanti.
Sandiaga: Jika Ingin Prabowo Presiden, Menangkan Pilkada Jateng
Setelah pekerjaan Anies menjelekkan Jokowi dinilai sukses, kali ini Sandiaga yang beraksi. Hadir tasyakuran kemenangan Anies – Sandi yang digelar DPD Partai Gerindra Jawa Tengah. Sandi memberikan semangat bagi Gerindra dalam menghadapi Pemilihan Gubernur Jawa Tengah pada 2018. Bahkan dia berpesan, jika menginginkan Prabowo menjadi Presiden pada 2019, Gerindra harus memenangkan Pilkada Jateng. (sumber)
Perkataan Sandiaga mirip sekali dengan perkataan Prabowo sewaktu ikut kampanyekan Anies-Sandi. Jadi semuanya sudah jelas, mereka sudah bahu membahu untuk menggulingkan Jokowi. Tentu hal ini sah-sah saja, namun kita lihat orang-orang dibalik Prabowo siapa? Disana ada Tommy Soeharto sang diktator, Anies yang pernah menghamburkan uang negara di Jerman, ormas-ormas radikal seperti HTI, FPI, dan banyak lagi. Tentu ini yang kita takutkan, karena Indonesia akan dikuasai oleh setan-setan berdasi yang ujungnya adalah kemunduran dan yang dirugikan siapa lagi kalau bukan kita.
Biar bagaimana pun kata-kata ini masih menjadi rhema bagi saya, “orang baik pasti pengikutnya orang baik.” Tidak ada sejarahnya gelap bisa bersatu dengan terang. Jadi tentukan pilihan!

Tidak ada komentar: