TRIBUNNEWS.COM - Dua tokoh ini sama-sama membuka polling untuk memilih siapa presiden yang diinginkan netizen.
Yakni Plt Ketua DPR RI Fadli Zon dan penulis Denny Siregar.
Awalnya polling yang menyebutkan pilihan pada Joko Widodo (Jokowi) atau Prabowo Subianto jika pemilihan presiden digelar hari ini.
Hal itu dibuat oleh Fadli Zon dan hasilnya Jokowi menang dengan 55% sementara ketua umum Partai Gerindra mendapat suara 45%.
Terlihat ada sebanyak 30.336 voter di Twet Fadli Zon tersebut. "Jika pemilihan Presiden dilakukan hari ini, siapa yang akan anda pilih ...," tulis @fadlizon.
Melihat hasil polling yang dibukan Fadli Zon, nama Prabowo kalah, Denny Siregar juga membuka polling.
Masih dengan dua pilihan yakni Jokowi atau Prabowo, hasilnya justru berbeda.
Dari 44.141 votes, Prabowo lebih unggul 66% daripada Jokowi dengan 34%. "Masak sih @prabowo kalah sama Jokowi di polling @fadlizon ? Itu pasti hoax. Coba kita polling disini, siapa yang menang jika pilpres berlangsung hari ini ?" tulis @Dennysiregar7.Melihat hasil polling Denny Siregar, Fadli Zon pun meresponsnya."Hasilnya ternyata @prabowo menang ya?" tulis @fadlizon.
Netizen pun langsung mengomentari beragam melihat Fadli Zon me-retweet kicauan Denny Siregar. @Shd_Agatha: @prabowo memang selevel
dng @jokowi ( krn mereka sama" berkelas & tdk bnyk bicara ), tp saya
rasa sulit pak prabowo utk mematahkan pak jokowi di pilpres lg krn
pemilu yg nyata tdk di twitter. Rakyat yg tdk main twitter justru lbh
sering lihat Jokowi di lapangan. @gerakanmudaindo: Iya menang bro..tapi
di poling. Yg vote hanya sekitar 44 ribu...bikin poling saja trs, sy
yakin prabowo akn sllu menang dipoling. @ilhambale11: Akhirnya pak prabowo menang pak semoga jadi presiden tahun 2019. @AliimKusuma: Si denny udah yakin
banget jokowi menang polling, niatnya mau makin ngejatuhin tapi malah
jatuhin diri sendiri. 30rb pemilih 45-55%, 44rb pemilih 34-66% HAHAHA. @putrakara: Baru tau pak jaman skrg org itu ngefollow kebanyakan karena benci bukan karena care,polling2an ini sbnrnya cmn buktiin itu.(*)
Ketua Fraksi PDI Perjuangan di DPR, Puan Maharani (kanan)
menjawab pertanyaan wartawan bersama Direktur Eksekutif Charta Politika
Yunarto Wijaya di ruang fraksi PDI Perjuangan, DPR, Jakarta, (7/9).
ANTARA/Rosa Panggabean
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan, bila melihat tren elektabilitas berdasarkan sejumlah survei, peluang Presiden Joko Widodo atau Jokowi sebagai calon inkumben terpilih kembali sangat besar.
Peluang Jokowi terpilih kembali kian menguat, menurut Yunarto, jika
melihat pertarungan di 2019 tak lebih sebagai kelanjutan rivalitas pada
pemilihan presiden 2014. “Peluang Jokowi sangat besar. Kalau pertarungan
hanya berujung pada kelanjutan 2014, saya pikir Jokowi akan sulit
dikalahkan," kata Yunarto kepada Tempo, Selasa, 10 Oktober 2017.
Yunarto menilai sejauh ini lawan politik Jokowi gagal memainkan
pertarungan isu. Menurut dia, politik identitas yang menyangkut suku,
ras, agama, dan antargolongan (SARA) tidak berhasil menaikkan tingkat
elektabilitas lawan Jokowi.
Yunarto menyarankan lawan politik
Jokowi sebaiknya belajar memainkan strategi lain. “Bagaimana kemudian
pertarungan isu bisa lebih substansial. Membahas masalah pemerataan,
kesenjangan, kemiskinan, dan kegagalan mencapai target. Kalau itu
terjadi, menurut saya, pertarungan akan positif," ujarnya.
Menurut Yunarto, bila tingkat kepuasan publik terhadap calon inkumben
masih di atas 60 persen, peluangnya memenangi pertarungan terbuka
lebar. “Dan hal itu linear dengan tingkat elektabilitas," katanya.
Kendati hasil hasil survei tiga lembaga menunjukkan elektabilitas
Jokowi masih di bawah 50 persen, menurut Yunarto, hal itu disebabkan
oleh adanya responden yang belum menentukan pilihan atau undecided voter. Adapun ketika di tempat pemilihan suara (TPS), undecided voter dianggap tidak ada.
"Undecided voter
dianggap hilang, kemudian yang dibilang 100 persen itu hanya suara sah.
Jadi otomatis biasanya angkanya akan naik," kata Yunarto.
Yunarto mengatakan angka kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi sebenarnya mengalami tren peningkatan dibanding survei sebelumnya. Dia mencontohkan, survei Saiful Mujani Research Center (SMRC)
pada 2015 menyebut angka kepuasan publik sebesar 49 persen. Dalam rilis
SMRC terbaru, tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi sebesar
61 persen.
Tren ini juga diikuti peningkatan elektabilitas. Elektabilitas Jokowi
meningkat dari 25,5 persen pada 2015 menjadi 38,9 persen. Sebaliknya,
kata Yunarto, elektabilitas Prabowo Subianto justru mengalami penurunan. Dalam periode yang sama, elektabilitas Prabowo turun dari 13,6 persen menjadi 12 persen.
"Jadi yang harus dilihat adalah data longitudinal atau tren
dibandingkan dengan periode sebelumnya. Jokowi naik dalam tingkat
kepuasan publik dan elektabilitas, Prabowo turun," ujar Yunarto.
Berdasarkan tren ini, Yunarto mengatakan Jokowi masih calon kuat dalam pilpres 2019.