KOTAK PERSON : Sugianto email: sugianto.gik256@gmail.com,phone:0813-1343-0785, whatsapp 0813-1343-0785
Kamis, 12 Oktober 2017
Charta Politika: Jokowi Akan Sulit Dikalahkan
Reporter:Budiarti Utami Putri
Editor:Iqbal Muhtarom
Rabu, 11 Oktober 2017 15:31 WIB
Ketua Fraksi PDI Perjuangan di DPR, Puan Maharani (kanan)
menjawab pertanyaan wartawan bersama Direktur Eksekutif Charta Politika
Yunarto Wijaya di ruang fraksi PDI Perjuangan, DPR, Jakarta, (7/9).
ANTARA/Rosa Panggabean
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan, bila melihat tren elektabilitas berdasarkan sejumlah survei, peluang Presiden Joko Widodo atau Jokowi sebagai calon inkumben terpilih kembali sangat besar.
Peluang Jokowi terpilih kembali kian menguat, menurut Yunarto, jika
melihat pertarungan di 2019 tak lebih sebagai kelanjutan rivalitas pada
pemilihan presiden 2014. “Peluang Jokowi sangat besar. Kalau pertarungan
hanya berujung pada kelanjutan 2014, saya pikir Jokowi akan sulit
dikalahkan," kata Yunarto kepada Tempo, Selasa, 10 Oktober 2017.
Yunarto menilai sejauh ini lawan politik Jokowi gagal memainkan
pertarungan isu. Menurut dia, politik identitas yang menyangkut suku,
ras, agama, dan antargolongan (SARA) tidak berhasil menaikkan tingkat
elektabilitas lawan Jokowi.
Yunarto menyarankan lawan politik
Jokowi sebaiknya belajar memainkan strategi lain. “Bagaimana kemudian
pertarungan isu bisa lebih substansial. Membahas masalah pemerataan,
kesenjangan, kemiskinan, dan kegagalan mencapai target. Kalau itu
terjadi, menurut saya, pertarungan akan positif," ujarnya.
Menurut Yunarto, bila tingkat kepuasan publik terhadap calon inkumben
masih di atas 60 persen, peluangnya memenangi pertarungan terbuka
lebar. “Dan hal itu linear dengan tingkat elektabilitas," katanya.
Kendati hasil hasil survei tiga lembaga menunjukkan elektabilitas
Jokowi masih di bawah 50 persen, menurut Yunarto, hal itu disebabkan
oleh adanya responden yang belum menentukan pilihan atau undecided voter. Adapun ketika di tempat pemilihan suara (TPS), undecided voter dianggap tidak ada.
"Undecided voter
dianggap hilang, kemudian yang dibilang 100 persen itu hanya suara sah.
Jadi otomatis biasanya angkanya akan naik," kata Yunarto.
Yunarto mengatakan angka kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi sebenarnya mengalami tren peningkatan dibanding survei sebelumnya. Dia mencontohkan, survei Saiful Mujani Research Center (SMRC)
pada 2015 menyebut angka kepuasan publik sebesar 49 persen. Dalam rilis
SMRC terbaru, tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi sebesar
61 persen.
Tren ini juga diikuti peningkatan elektabilitas. Elektabilitas Jokowi
meningkat dari 25,5 persen pada 2015 menjadi 38,9 persen. Sebaliknya,
kata Yunarto, elektabilitas Prabowo Subianto justru mengalami penurunan. Dalam periode yang sama, elektabilitas Prabowo turun dari 13,6 persen menjadi 12 persen.
"Jadi yang harus dilihat adalah data longitudinal atau tren
dibandingkan dengan periode sebelumnya. Jokowi naik dalam tingkat
kepuasan publik dan elektabilitas, Prabowo turun," ujar Yunarto.
Berdasarkan tren ini, Yunarto mengatakan Jokowi masih calon kuat dalam pilpres 2019.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar