Sabtu, 27 April 2013

PRESIDEN iNDONESIA 2014/2019 ........................?


Survei: Megawati Paling Berpeluang Jadi Presiden 2014



Ditulis oleh Yeni   
Rabu, 15 Pebruari 2012 16:44

alt
Starberita - Jakarta, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri masih berpeluang mendapat dukungan dari masyarakat untuk maju sebagai presiden mendatang.

Berdasarkan hasil survei Centre for Strategic and Internasional Studies (CSIS), Megawati merupakan figur yang paling dikenal di masyarakat dibandingkan tokoh politik lainnya dengan meraup sekira 91,6 persen. 

Diurutan kedua, yang paling dikenal ada nama Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla dengan raupan suara sebanyak 84,6 persen. Disusul Ketua Umum Partai Hanura Wiranto sebanyak 73,9 persen dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebanyak 65,9 persen.

Sementara, petinggi partai politik yang tergabung dalam Sekretariat Gabungan justru popularitasnya jauh di bawah elite partai politik oposisi. Sebut saja nama Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie. Hanya 61,4 persen masyarakat yang mengenal pria yang disapa Ical ini. 

Kemudian, dalam survei CSIS juga mencantumkan nama istri Presiden SBY, Ani Yudhoyono. Masyarakat yang mengenalnya hanya sebanyak 62 persen. Nama lainnya ada Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Masyarakat yang mengenal anas hanya 41,4 persen. Kemudian masyarakat yang mengenal Ketua Umum PAN Hatta Radjasa hanya sebanyak 50,6 persen dan tokoh PKS Hidayat Nurwahid sebanyak 41,8 persen.

Tokoh nasional lainnya yang sering disebut-sebut layak masuk dalam bursa capres yakni Hamengkubuwono X dikenal masyarakat sebanyak 62,5 persen, Ketua MK Mahfud MD yang dikenal masyarakat sebanyak 28,8 persen kemudian di susul Menteri BUMN Dahlan Iskan sebanyak 12,8 persen.

Sementara itu, dari segi kecenderungan masyarakat menentukan pilihannya, Megawati juga sangat di unggulkan untuk dipilih. Ketua Departeman Politik dan Hubungan Internasional CSIS Philips J. Vermote mengatakan bila pemilihan presiden diadakan hari ini, Megawati akan mendapat dukungan dari 10 persen pemilih, sementara Prabowo akan mendapat 6,7 persen.

"Sementara, figur-figur yang diasosiasikan dengan partai koalisi atau incumbent, mendapat dukungan yang lebih rendah," kata dia saat jumpa pers di kantor CSIS, Jakarta, Rabu (15/2).

Hasil survei CSIS menyebutkan, Aburizal Bakrie hanya mendapat 5,2 persen pemilih, Anas Urbaningrum 1,2 persen, Ani Yudhoyono 3 persen, Hatta Radjasa 2,3 persen, Dahlan Iskan 1,2 persen, Hidayat Nurwahid 2,2 persen, Wiranto 1,7 persen, Hamengkubuwono X 3,1 persen, Jusuf Kalla 5,6 persen dan Mahfud MD sebanyak 2 persen pemilih.

"Situasi ini sejatinya menunjukkan bahwa pemilih memperlihatkan tanda-tanda bahwa mereka bersedia menghukum partai atau figur incumbent," tambahnya.

Kecewa Kinerja SBY

Menurutnya, preferensi masyarakat untuk calon presiden tak terlepas oleh penilaian terhadap kinerja Presiden SBY sebagai incumbent dan figur-figur penopang koalisi.

Kata dia, masyarakat menilai bahwa kinerja pemerintah di tiga bidang yang menjadi perhatian yakni penegakan hukum, pengentasan kemiskinan dan pemberantasan korupsi sangat lemah.

Kurang dari seperlima masyarakat yang menganggap bahwa ada perbaikan di tiga masalah tersebut, sementara sisanya beranggapan bahwa tidak banyak kemajuan. Masalah ekonomi, hari ini dibandingkan dengan tiga tahun lalu, kurang dari seperlima yang merasa bahwa ada perbaikan. Mayoritas merasakan bahwa ada stagnasi dan bahkan kemunduran.

"Pendapat yang sama juga ditemukan terkait persepsi tentang kepemimpinan SBY. Secara umum masyarakat menilai tidak ada kemajuan," tandasnya.

Dalam situasi seperti ini, figur dari partai oposisi relatif menangguk dukungan dari masyarakat yang kecewa terhadap kinerja pemerintahan.

"Survei ini memperlihatkan bahwa dua figur (Megawati dan Prabowo) yang memimpin partai oposisi, relatif mendapat dukungan lebih kuat dibandingkan dengan figur lain yang dilihat sebagai refrensentasi dari partai incumbent," paparnya.

Kendati demikian, walaupun kinerja dan kepemimpinan SBY dinilai buruk, masih banyak masyarakat yang belum melihat figur yang ada sebagai alternatif yang lebih layak untuk dipilih.

"Sedikit banyak menjelaskan bahwa dari 2117 responden, kurang lebih 47 persen menyatakan belum menetapkan pilihan atas calon presidennya," ungkapnya. (okz/YEZ)
 



Tribunnews.com - Minggu, 14 April 2013 13:43 WIB
Oleh: Alex Palit*
Kenapa Harus Prabowo SubiantoPrabowo Subianto TRIBUNNEWS.COM - Saya sempat ditanya, di antaranya oleh teman wartawan generasi angkatan saya yang masih  bekerja di Tribunnews.com, dulu Persda Kompas - Gramedia. Mereka agak kaget juga, karena selama ini saya dikenal sebagai penulis musik, kok belakangan ini lebih banyak menulis soal politik. Apalagi kalau sudah menyoal Calon Presiden Indonesia 2014, tulisan saya dinilai Prabowo Subianto banget!
“Lex, kamu orangnya Prabowo atau tim suksesnya?” tanya teman si wartawan Tribunnews.com. Memang kenapa?! Bagaimana saya bisa dibilang sebagai orangnya atau tim suksesnya Prabowo Subianto, kenal saja tidak. Dari pertanyaan ini, saya tahu dan paham betul akan mengarah ke mana pertanyaan berikutnya. Sebelum jurus pertanyaan lanjutan itu dilontarkan langsung saya jawab alasan kenapa tulisan saya bernilai Prabowo Subianto banget!
Karena, dalam penilaian saya yang kebetulan banyak menulis tentang musik dalam perspektif kebangsaan dan kebudayaan, di antara bursa nama-nama tokoh nasional yang memunculkan diri Calon Presiden Indonesia 2014 belum satupun tampil dengan gagasan visioner terutama dalam hal menyangkut visi kebangsaan dan kebudayaan, selain Prabowo Subianto. Sementara lainnya lebih bersimulasi pada pencitraan diri.
Saya pun tidak peduli dan tidak pula mempersoalkan siapa itu sosok Prabowo Subianto. Ketertarikan saya terhadap capres yang diusung oleh Partai Gerindra ini lantaran paparan gagasan visoner tentang visi kebangsaan dan kebudayaannya, mengembalikan kejayaan dan martabat Indonesia sebagai bangsa besar dan berdaulat. Visi ini mengingatkan kita pada spirit yang dibangun oleh leluhur founding father kita yaitu semangat Sumpah Palapa – Mahapati Gajah Mada dan doktrin Trisakti – Bung Karno, mengembalikan kejayaan dan martabat Indonesia sebagai bangsa yang besar dan berdaulat.  
Kita pun tidak bisa berandai-andai siapa bakal capres 2014. Tapi setidaknya kita dapat berasumsi bagaimana kejayaan dan martabat Indonesia sebagai bangsa besar dan berdaulat bisa diraih kembali kalau calon atau presidennya tidak memiliki gagasan visioner, tidak punya visi kebangsaan, tidak punya visi dan strategi kebudayaan. Dari bursa nama-nama tokoh nasional atau partai politik yang memunculkan diri ke permukaan sebagai Calon Presiden Inonesia 2014, gagasan kepemimpinan yang visioner ini baru saya temui ada di diri Prabowo Subianto. Belum dijumpai pada yang lain.
Itu alasan kenapa tulisan saya bernilai Prabowo Subianto banget. Alasan ini pula, begitu di Tribunnews terpampang iklan caleg Partai Gerindra, langsung melamar jadi caleg Partai Gerindra, siapa takut! Saya akui, bonek – bondo nekad dengan cuma bermodal spirit, komitmen, integritas kok ingin jadi caleg. Sebagaimana dilansir dari hasil penelitian Pramono Anung Wibowo untuk nyaleg harus punya modal miliaran rupiah, paradigma ini harus dicoba dipatahkan. Soal apakah saya akan masuk daftar caleg atau tidak, dibikin enjoy aja. Kalau masuk  alhamdullilah, kalau tidak lolos bukan jodohnya.
Soal penjagoan capres 2014, artikel ini jawaban atas tulisan saya yang Prabowo Subianto banget. Tulisan ini hanyalah pengantar soal pilihan memilih jelang Pilpres 2014; Kenapa Harus Prabowo Subianto.

*Alex Palit, citizen jurnalis “Jaringan Pewarta Independen”, pelamar iklan caleg Partai Gerindra – Dapil Jawa Timur II.

Tidak ada komentar: