MERDEKA.COM. Dalam acara International Symposium
on Biomedical Imaging diselenggarakan Institute of Electrical and
Electronics Engineers (IEEE) di Kota San Francisco, Amerika Serikat,
7-13 April lalu, Warsito Purwo Taruno adalah satu-satunya ilmuwan dari
Indonesia. Pertemuan bergengsi para ahli itu didominasi peserta dari
Amerika Serikat, Eropa, dan sebagian kecil asal Asia.
Sebanyak 700 peneliti sejagat mengajukan diri, namun panitia hanya menerima 371 ilmuwan dianggap memiliki kapasitas dan riset mereka di bidang kesehatan diyakini paling berkualitas.
Warsito menampilkan alat pemindai kegiatan otak berbasis Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) atau tomografi kapasitansi listrik berbasis medan listrik statis. Perangkat pertama di dunia ini dipatenkan tujuh tahun lalu di lembaga paten dunia WIPO/PTO.
Tomografi adalah teknologi buat memindai berbagai macam objek dari luar hingga kondisi dalam tanpa harus merusak objek. Alat ini terdiri dari sistem sensor, elektronika, dan komputer.
Peranti buatan Warsito itu mampu memindai kegiatan otak manusia dalam tampilan empat dimensi. “ECVT itu untuk mengukur sinyal-sinyal listrik dari aktivitas otak manusia dan merekonstruksi citra volumetrik dan kegiatan otak,” kata Warsito saat ditemui merdeka.com di kantornya di bilangan Alam Sutera, Tangerang Selatan, Banten, Jumat pekan lalu.
Warsito menjelaskan otak merupakan pusat perintah untuk semua gerakan organ tubuh manusia. Mulai dari berinteraksi, komunikasi, dan merespon rangsangan dari luar. Soal memindai otak, menurut dia, seperti miniatur gempa, terus menghasilkan gelombang.
“Gelombang dalam otak itu kemudian ditangkap sensor. Kemudian direkonstruksi dari mana sumber gelombang ini dan divisualisasikan dalam bentuk empat dimensi,” tuturnya. Alat pemindai otak rancangan Warsito berbentuk helm dipasangi seperangkat sensor dan disambungkan dengan monitor komputer.
Secara sederhana, alat itu memindai aktivitas semua bagian otak dan bisa ditampilkan seusia waktu nyata. Hasilnya untuk mengetahui bagian otak mana bekerja saat berbicara, berpikir, dan kegiatan otak lainnya.
Menurut Warsito, dari hasil visual aktivitas otak dan besaran gelombang muncul, bisa diketahui apakah orang itu cenderung rasional, emosional, pendendam, dan lainnya. Di masa depan, alat itu bisa memetakan minat dan bakat seseorang berdasarkan tinggi dan rendah gelombang aktivitas otaknya.
Dia menambahkan data pemindaian otak dapat digunakan buat mengetahui perkembangan fungsi otak, baik bagian yang bekerja atau mati. Dari situ diketahui apakah seseorang memiliki penyakit, seperti kanker otak, tuli, kurang penglihatan, pendengaran, dan gangguan lainnya.
Warsito mengklaim penemuannya merupakan alat pemindai otak terbaik sejagat. Dia menyebutkan peranti serupa menggunakan Functional Magnetic Resonance Imaging (FMRI) hanya mampu mendeteksi jumlah aliran darah ke otak. Tapi tidak bisa mendeteksi kegiatan otak sesungguhnya terkait rangsangan ke syaraf.
Alat pemindai otak lainnya adalah Electroencephalography (Eeg). Alat ini memasang sensor di kepala dalam jumlah banyak dengan kabel menjuntai dan tersambung dengan komputer, persis cerita film-film fiksi ilmiah. Namun, menurut Warsito, Electroencephalography hanya bisa mendeteksi permukaan otak saja, bukan bagian dalam dan kegiatannya.
“Kalau alat saya ini bisa. Kelebihannya pada teknologi Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) atau tomografi kapasitansi listrik berbasis medan listrik statis, mampu menembus tanpa merusak objek akan dipindai,” kata Warsito.
Alat itu kini difungsikan di lembaga riset dia pimpin, yakni CTECH (Center for Tomography Research Laboratory ) Labs Edwar Technology, berlokasi di Alam Sutera, Tangerang Selatan. Dia akan terus menyempurnakan perangkat itu.
Dia berencana tahun depan alat buatannya itu akan mampu membaca gambar dipikirkan seseorang saat dilakukan pemindaian. “Puluhan tahun ke depan, teknologi ini akan mampu membaca mimpi seperti dalam film Inception besutan Christofer Nolan itu."
Sumber: Merdeka.com
Sebanyak 700 peneliti sejagat mengajukan diri, namun panitia hanya menerima 371 ilmuwan dianggap memiliki kapasitas dan riset mereka di bidang kesehatan diyakini paling berkualitas.
Warsito menampilkan alat pemindai kegiatan otak berbasis Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) atau tomografi kapasitansi listrik berbasis medan listrik statis. Perangkat pertama di dunia ini dipatenkan tujuh tahun lalu di lembaga paten dunia WIPO/PTO.
Tomografi adalah teknologi buat memindai berbagai macam objek dari luar hingga kondisi dalam tanpa harus merusak objek. Alat ini terdiri dari sistem sensor, elektronika, dan komputer.
Peranti buatan Warsito itu mampu memindai kegiatan otak manusia dalam tampilan empat dimensi. “ECVT itu untuk mengukur sinyal-sinyal listrik dari aktivitas otak manusia dan merekonstruksi citra volumetrik dan kegiatan otak,” kata Warsito saat ditemui merdeka.com di kantornya di bilangan Alam Sutera, Tangerang Selatan, Banten, Jumat pekan lalu.
Warsito menjelaskan otak merupakan pusat perintah untuk semua gerakan organ tubuh manusia. Mulai dari berinteraksi, komunikasi, dan merespon rangsangan dari luar. Soal memindai otak, menurut dia, seperti miniatur gempa, terus menghasilkan gelombang.
“Gelombang dalam otak itu kemudian ditangkap sensor. Kemudian direkonstruksi dari mana sumber gelombang ini dan divisualisasikan dalam bentuk empat dimensi,” tuturnya. Alat pemindai otak rancangan Warsito berbentuk helm dipasangi seperangkat sensor dan disambungkan dengan monitor komputer.
Secara sederhana, alat itu memindai aktivitas semua bagian otak dan bisa ditampilkan seusia waktu nyata. Hasilnya untuk mengetahui bagian otak mana bekerja saat berbicara, berpikir, dan kegiatan otak lainnya.
Menurut Warsito, dari hasil visual aktivitas otak dan besaran gelombang muncul, bisa diketahui apakah orang itu cenderung rasional, emosional, pendendam, dan lainnya. Di masa depan, alat itu bisa memetakan minat dan bakat seseorang berdasarkan tinggi dan rendah gelombang aktivitas otaknya.
Dia menambahkan data pemindaian otak dapat digunakan buat mengetahui perkembangan fungsi otak, baik bagian yang bekerja atau mati. Dari situ diketahui apakah seseorang memiliki penyakit, seperti kanker otak, tuli, kurang penglihatan, pendengaran, dan gangguan lainnya.
Warsito mengklaim penemuannya merupakan alat pemindai otak terbaik sejagat. Dia menyebutkan peranti serupa menggunakan Functional Magnetic Resonance Imaging (FMRI) hanya mampu mendeteksi jumlah aliran darah ke otak. Tapi tidak bisa mendeteksi kegiatan otak sesungguhnya terkait rangsangan ke syaraf.
Alat pemindai otak lainnya adalah Electroencephalography (Eeg). Alat ini memasang sensor di kepala dalam jumlah banyak dengan kabel menjuntai dan tersambung dengan komputer, persis cerita film-film fiksi ilmiah. Namun, menurut Warsito, Electroencephalography hanya bisa mendeteksi permukaan otak saja, bukan bagian dalam dan kegiatannya.
“Kalau alat saya ini bisa. Kelebihannya pada teknologi Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) atau tomografi kapasitansi listrik berbasis medan listrik statis, mampu menembus tanpa merusak objek akan dipindai,” kata Warsito.
Alat itu kini difungsikan di lembaga riset dia pimpin, yakni CTECH (Center for Tomography Research Laboratory ) Labs Edwar Technology, berlokasi di Alam Sutera, Tangerang Selatan. Dia akan terus menyempurnakan perangkat itu.
Dia berencana tahun depan alat buatannya itu akan mampu membaca gambar dipikirkan seseorang saat dilakukan pemindaian. “Puluhan tahun ke depan, teknologi ini akan mampu membaca mimpi seperti dalam film Inception besutan Christofer Nolan itu."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar