Anjloknya kurs rupiah terhadap dolar bisa berakibat fatal pada dua kandidat presiden ini.
Alasannya
Kalau Sampai Krisis, Ical dan Prabowo Ikut Terpukul
Akan tetapi, Dradjad menegaskan kembali, apakah harus rakyat yang kemudian dikorbankan karena persaingan politik dalam situasi makin melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat? Contohnya, lanjut Dradjad, daging impor apabila rupiah anjlok terus, maka harga daging tetap mahal.
Bawang, kedele, sekarang jagung, gandum (bahan mie dan kue-kue), susu, hingga komponen motor, handphones dll, Dradjad mengingatkan, semuanya impor. "Kasihan rakyat karena semua menjadi super mahal," imbuhnya.
Lalu soal bursa saham. Dradjad menegaskan, apakah para pekerja tidak terkena kalau perusahaan-perusahaan yang go public itu anjlok harganya? Debt to equity ratio mereka, kata Dradjad, melonjak drastis, akibatnya pasti akan ada penghematan dan seterusnya. Sementara para supplier mereka juga akan terkena.
Kemudian, banyak pengusaha menengah yang menyimpan aset di saham. "Kalau mereka terkena, apa pegawainya tidak ikut menjadi korban? Apalagi kalau nanti merembet ke properti. Padhal sekarang harga properti sudah sangat kemahalan. Ujung-ujungnya, rakyat yang kena," tegas Dradjad.
Kemudian soal obligasi pemerintah. Karena yield-nya naik terus, artinya obligasi baru dari negara tambah mahal dan APBN makin terbebani.
"Jadi karena hal-hal di atas, mumpung belum meledak menjadi krisis, terpaksa saya ngomong apa adanya. Taruhannya terlalu mahal, dibanding sekedar menjaga etika sebagi mitra koalisi. Dan mudah-mudahan sadar," pungkas Dradjad Wibowo yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (DPP PAN) ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar