Senin, 26 Mei 2014, 09:39 WIB
Jusuf Kalla
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --
Beredarnya kampanye negatif berupa kutipan Ketua Majelis Pertimbangan
Partai (MPP) Partai Amanat Nasional (PAN)
Amien Rais - saat reformasi - yang meminta calon presiden Prabowo Subianto harus diadili karena pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di media sosial, juga menimpa kubu Joko Widodo.
Kini, giliran capres yang diusung oleh poros Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDIP) tersebut yang 'diserang' isu tak sedap di
media sosial.
Di You Tube, beredar wawancara calon wakil presiden
Muhammad Jusuf Kalla tentang capres muda saat Jokowi masih menjadi
Gubernur DKI Jakarta.
JK ketika itu berpendapat, Jokowi jangan tiba-tiba dicalonkan sebagai
capres hanya karena terkenal. Menurutnya, mantan wali kota Solo
tersebut harus membuktikan sukses sebagai Gubernur DKI Jakarta baru
dapat dicalonkan menjadi presiden.
Berikut transkrip wawancara lengkap
JK dari You Tube yang diunggah oleh BangOchidChannel pada 25 Mei 2014.
Apa pendapat Anda soal capres dari kaum muda?
Presiden
Republik Indonesia cuma satu. Bangsa ini 240 juta. Jangan presiden itu
dipilih karena pikiran mau uji coba, dengan pikiran karena umur. Harus
karena kemampuan. Ada kemampuan, dengan kemampuan itu, hampir semua
kemampuan itu diperoleh dengan pengetahuan dan pengalaman.
Kalau
hanya sekadar umur, itu sangat berbahaya itu karena bisa diuji coba.
Kalau menteri ya, 100 persen kita dukung. Karena kalau menteri itu hari
ini tidak cocok, besok kita ganti. Tapi kalau presidennya tidak cocok,
ndak ada pengalaman, berbahaya. You lima tahun negeri itu menderita.
Dan
lihatlah semua negara, negara apapun. Selalu presiden atau perdana
menterinya melalui tahap-tahap. Lihat Singapur (Singapura). Dia menteri,
Wakil Perdana Menteri, baru Perdana Menteri—Lim Siu Liong itu, walaupun
bapaknya perdana menteri. Lihat Malaysia. Selalu menteri Pendidikan,
Menteri Keuangan—baru Wakil Perdana Menteri, baru Perdana Menteri. Lihat
India. Perdana Menterinya bertahun-tahun jadi menteri, baru Perdana
Menteri. Lihat Amerika, Amerika itu kalau bukan Gubernur, dia Senator.
Jadi bukan karena dia umur.
Bagaimana peluang mereka pada 2014?
Kalau
dia muda, ok. Tapi syaratnya punya pengalaman. Jangan karena dia muda,
ah ini harus orang muda, akhirnya jadi uji coba negeri ini. Berapa
risikonya 240 juta orang jadinya kalau gagal, gitu kan. Jadi harus orang
yang punya track record. Sangat baik kalau dia muda, tapi yang lebih
penting dari pada umur ialah track record dan pengalaman.
Siapa
bilang Jokowi tidak punya pengalaman. Dia kan Gubernur DKI,
pengalamannya Wali Kota Solo. Tapi jangan tiba-tiba karena dia terkenal
di Jakarta tiba-tiba dicalonkan presiden. Bisa hancur negeri ini, bisa
masalah negeri ini.
Ya kalau sukses di DKI ya silakan. Saya
sendiri yang mengusulkan dia. Supaya satu tingkat di atasnya. Karena
saya anggap baik di Solo, maka bisa naik di atasnya, yaitu DKI. Biarlah
dia DKI dulu. Itu kan hanya masalah popularitas. Belum membuktikan bahwa
dia mampu mengurus Jakarta. Kalau dia mampu mengurus Jakarta dengan
sangat baik, otomatis punya kemampuan untuk mengurus negeri ini.
Saya
kira kita tidak bicara seperti itu. Janganlah dicampur-adukkan Jokowi
itu. Biarlah dulu dia fokus sebagai Gubernur DKI! Jangan tiba-tiba
dicampur aduk, nanti negeri ini tidak punya nilai. Nanti ini kacau
negeri ini!
Persiapan Anda menjadi capres, dan partai mana yang sudah melamar Anda?
Saya kira bukan lamar-melamar (suara tertawa). Kita lihat pada waktunya nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar