Selasa, 28 Oktober 2014

Bagaimana Anies Baswedan untuk Bentuk Siswa berKarakter ? stop Kurikulum 2013 !

Menteri Anies Baswedan Stop Kurikulum 2013  Menteri Anies Baswedan Stop Kurikulum 2013  


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Dasar dan Menengah, Anies Baswedan di halaman Istana Merdeka, Jakarta,26 Oktober 2014. TEMPO/Subekti
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Rasyid Baswedan menarik kurikulum 2013 di sejumlah sekolah yang dinilai belum siap menerima kurikulum baru mulai semester genap 2014/2015. "Kami akan lakukan evaluasi terlebih dahulu sesuai dengan Peraturan Menteri Nomor 159 Tahun 2014," kata Anies dalam konferensi pers di kantornya, Jumat, 5 Desember 2014. (Ombudsman: Kurikulum 2013 Membebani Guru dan Siswa)

Anies meminta evaluasi tersebut dapat dilakukan secara lengkap dan menyeluruh sebelum kurikulum baru diterapkan di seluruh sekolah. Ia menganggap masalah-masalah yang muncul selama ini terjadi karena evaluasi yang belum lengkap. "Masalah-masalah sesungguhnya bisa dihindari jika proses perubahan dilakukan secara lebih saksama dan tak terburu-buru," katanya. (DKI Setuju Menteri Anies Evaluasi Kurikulum 2013)
Kurikulum 2013 diterapkan di 6.221 sekolah sejak tahun ajaran 2013/2014. Pada tahun ajaran 2014/2015, kurikulum ini dilaksanakan di sekolah di 295 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia. Tiga bulan setelah Kurikulum 2013 dilaksanakan di seluruh Indonesia, Anies mengeluarkan Peraturan Menteri Nomor 159 Tahun 2014 tentang Evaluasi Kurikulum 2013. (Kurikulum 2013, Guru Kesulitan Beri Nilai Murid)
Pasal 2 ayat 2 Peraturan Menteri Nomor 159 Tahun 2014 menyebutkan bahwa evaluasi Kurikulum 2013 bertujuan menguji kembali kesesuaian antara ide dan desain kurikulum; antara desain dan dokumen kurikulum; antara dokumen dan implementasi kurikulum; serta antara ide, hasil, dan dampak kurikulum.

PAMELA SARNIA

Ada Sidak Anies Baswedan, Orangtua Siswa Mengeluh Buku Terlambat

Jumat, 14 November 2014 | 11:01 WIB
Shutterstock Ilustrasi.
JAKARTA, KOMPAS.com - Orangtua murid di SD Negeri Sukmajaya, Jalan Tugujaya, Parung Serab, Kelurahan Tirtajaya, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok, mengeluhkan mengenai keterlambatan buku pelajaran untuk anak mereka di sekolah tersebut.

Akibat dari itu, mereka terkadang mesti mengeluarkan biaya untuk membeli buku sendiri atau memfotokopi. Hal ini disampaikan Ndari (37), orangtua salah satu siswa. Menurut Ndari, saat ini seharusnya siswa memakai buku tematik IV.

"Tetapi sekarang masih di Tematik III. Turunnya mungkin terlambat," kata Ndari saat ditemui di sekolah itu, Jumat (14/11/2014).

Ndari mengatakan, untuk solusi dia mencari materi pelajaran anak di internet atau membeli buku sendiri. "Kalau tidak kita fotokopi dari satu buku yang dipinjam dari sekolah," ujar Ndari.

Ia mesti mengeluarkan biaya mulai Rp 8.000 untuk satu buku paket, atau Rp 21.000 sampai dengan Rp 23.000. Ia berpendapat, seharusnya, buku dibagikan gratis dari pemerintah. "Harusnya kan gratis dari pemerintah," ujarnya.

Menurut dia, keterlambatan itu, kadang bisa berbulan-bulan. "Bisa dua sampai tiga bulan," ujarnya.

Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan, pada kesempatan yang sama mengunjungi sekolah itu sudah mendengar mengenai masalah ini. Ia mendengar dari guru-guru saat melakukan pertemuan di salah satu ruangan kelas.

"Bukunya belum sampai?" tanya Anies kepada beberapa guru.

"Iya Pak belum," jawab salah satu guru.

Anies terlihat hanya mengangguk dan mencatat di buku kecil yang dibawanya.

Sebelumnya, Anies melakukan sidak di SD Negeri Sukmajaya Jumat (14/11/2014). Anies dan rombongan Kemendikbud tiba sekitar pukul 08.40 di lokasi. Kedatangan Anis untuk mengecek Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2013 di sekolah tersebut.


Penulis: Robertus Belarminus
Editor : Kistyarini

Apa yang Dilakukan Anies Baswedan untuk Bentuk Karakter Siswa SD dan SMP?

Selasa, 28 Oktober 2014 | 19:01 WIB
TRIBUN NEWS / DANY PERMANA Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan diperkenalkan oleh Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Minggu (26/10/2014). TRIBUN NEWS / DANY PERMANA
JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Joko Widodo memecah Kementerian Pendidikan menjadi dua kementerian, yakni Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah serta Kementerian Pendidikan Tinggi dan Riset Teknologi. Jokowi membentuk dua kementerian untuk menangani pendidikan karena punya tujuan dan target yang ingin dicapai.

Dalam beberapa kesempatan, Jokowi mengatakan, siswa SD dan SMP harus lebih dididik berdasarkan pengembangan karakter. Pada tingkat SMA dan perguruan tinggi, barulah peserta didik lebih dididik untuk orientasi prestasi. Lalu, apa yang akan dilakukan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan untuk membangun karakter peserta didik?

"Ya bagaimanapun juga karakter itu dimulai dengan teladan, bukan semacam materi. Karena itu, konsentrasi harus pada pendidiknya," kata Anies, saat ditemui di kantornya di Jakarta, Selasa (28/10/2014).

Menurut Anies, pendidik utama bagi anak usia SD dan SMP adalah orangtua. Oleh karena itu, pendidikan karakter tersentral di rumah. Sementara itu, guru-guru hingga kepala sekolah berperan ketika si anak ada di sekolah.

Guru, kata Anies, harus mempunyai teladan yang baik sehingga siswa dapat menjadikan mereka sebagai panutan.

"Karakter tidak bisa diajarkan lewat lisan semata dan tulisan, tetapi dengan teladan. Metodenya kira-kira seperti itu. Caranya kita diskusikan lagi," kata Anies.

Anies Baswedan Akan Evaluasi Kurikulum 2013

Rabu, 12 November 2014 | 16:48 WIB
KOMPAS.com/SABRINA ASRIL Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar Menengah

JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar Menengah Anies Baswedan mengatakan akan mengevaluasi kurikulum 2013. Pelaksanaan kurikulum 2013 itu pada awalnya banyak mendapat protes karena ketidaksiapan paket buku hingga beban yang lebih berat bagi siswa. "Nanti saya akan buat evaluasi pada kurikulum 2013," ujar Anies dalam wawancara dengan Kompas dan Kompas.com di kediamannya, Jakarta, Selasa (11/11/2014).
Anies menilai, evaluasi itu akan dilakukannya dengan melibatkan mereka yang menjadi pelaksana dalam kurikulum 2013. "Yang review ini adalah guru, saya ingin komite independen guru-guru," imbuhnya.
Hari ini, Anies juga melakukan kunjungan ke SMAN 87 Jakarta di kawasan Rempoa, Jakarta Selatan. Di sana, Anies meminta pendapat para siswa tentang pelaksanaan kurikulum 2013.
Mantan Rektor Universitas Paramadina tersebut datang ke SMA 87 karena menerima laporan via surat elektronik dari dari lima siswa sekolah tersebut. Laporan tersebut berjudul "Memimpikan Sekolah Menyenangkan". Mereka yang mengirim adalah Ahmad Dhiya, Dinda Putri, Imaduddin Irza, Nadhif Kurniawan, dan Parardhya. Mereka mempertanyakan beban materi yang diberikan kepada siswa.
"Observasi dan pengalaman mereka bisa jadi sebuah gagasan yang sangat sistematis," kata Anies.
Anies yang sempat menggagas gerakan Indonesia Mengajar itu juga akan membawa para murid untuk melakukan presentasi mengenai masukan kurikulum ke tingkat yang lebih luas. "Biar semuanya bisa mendengar, dan jadi masukan bagi peningkatan kualitas pendidikan," tutup Anies.


Penulis: Sabrina Asril
Editor : Fidel Ali Permana

Profil Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar Menengah, Anies Baswedan

Minggu, 26 Oktober 2014, 22:10 WIB
Anies Baswedan
Anies Baswedan
REPUBLIKA.CO.ID,  Anies Rasyid Baswedan lahir di Kuningan, Jawa Barat 7 Mei 1969. Anies adalah cucu dari pejuang kemerdekaan Abdurrahman Baswedan. Ia menginisiasi gerakan Indonesia Mengajar dan menjadi rektor termuda yang pernah dilantik oleh sebuah perguruan tinggi di Indonesia pada 2007. Saat itu, ia telah menjadi rektor Universitas Paramadina pada usia 38 Tahun.

Anak dari pasangan Rasyid Baswedan dan Aliyah Rasyid ini, mulai mengenyam bangku pendidikan padausia 5 tahun di TK Masjid Syuhada. Menginjak usia 6 tahun, Anies kecil melanjutkn pendidikan di SD Laboratori di Yogyakarta.

Setelah SD, Anies diterima di SMP Negeri 5 Yogyakarta dan bergabung dengan Organisasi Siswa Intra Sekolah di SMPnya itu. Ia menduduki jabatan sebagai pengurus bidang humas yang dijuluki sebagai “seksi kematian,” yang tugasnya mengabarkan berita kematian. Anies juga pernah ditunjuk menjadi ketua panita tutup tahun di SMP-nya.

Di Masa SMA, Anies belajar di SMA Negeri 2 Yogyakarta dan ia juga tetap aktif berorganisasi hingga terpilih menjadi Wakil Ketua OSIS dan mengikuti pelatihan kepemimpinan bersama tiga ratus orang ketua OSIS se-Indonesia. Alhasil ia terpilih menjadi Ketua OSIS se Indonesia pada tahun 1985. Pada tahun 1987 ia mengikuti program pertukarana pelajar AFS dan tinggal selama setahun di Milwaukee, Winconsin, Amerika Serikat. Karena program ini, ia harus menempuh masa SMAnya selama empat tahun dan baru lulus pada tahun 1989.

Suami dari Fery Farhati Gani ini pernah berkuliah di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta di Fakultas Ekonomi pada tahun 1989-1995. Ia juga tetap menggeluti dunia organisasi di masa kuliahnya, ia pernah menjabat sebagai Ketua Senat Universitas pada kongres tahun 1992. Anies juga membentuk Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai lembaga eksekutif memosisikan senat sebagai lembaga legislative.

Setelah lulus kuliah, Anies bekerja di Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi UGM, sebelum mendapat beasiswa Fulbright dari AMINEF untuk melanjutkan kuliah masternya dalam bidang keamanan internasional dan kebijakan ekonomi di School of Public Affairs, University of Maryland, College Park pada tahun 1997. Ia juga dianugerahi William P. Cole III Fellow di universitasnya, dan lulus pada bulan Desember 1998.

Pria 45 tahun ini pernah menjadi Peliti Pusat Antar-Universitas Studi Ekonomi UGM, Manajer Riset IPC, Inc, Chicago, Direktur Riset Indonesian Institute Center, Kemitraan Untuk Reformasi Tata Kelola Pemerintahan, Direktur Riset Indonesian Institute Center, Rektor Universitas Paramadina, Ketua Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar.

Setelah bertahun-tahun bergelut dalam gerakan sosial, Anies Baswedan terpanggil untuk memasuki dunia politik. Ia diundang untuk terlibat mengurus negeri dengan mengikuti konvensi Demokrat pada 27 Agustus 2013. Anies menerima undangan tersebut dengan ikhtiar untuk ikut melunasi Janji Kemerdekaan.

Semangat melunasi janji kemerdekaan itulah yang merupakan misi Anies untuk negeri ini. Bagi Anies apa yang tercantum di Pembukaan UUD 1945 bukan sebuah cita-cita melainkan sebuah janji yang harus dilunasi. “Janji itu adalah melindungi, menyejahterakan, mencerdaskan, dan membuat keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” ujarnya.

Ia menilai janji-janji tersebut harus dilunasi oleh seluruh warga negara, termasuk dirinya. Ia meyakini konvensi ini sebagai sebuah panggilan tanggung jawab dan kehormatan. Ia mengatakan bahwa dirinya memilih untuk terlibat dan turun tangan melunasi janji kemerdekaan.

Setelah gagal untuk menjadi calon presiden Konvensi Capres Partai Demokrat, ia berkomitmen Anies Baswedan untuk ikut turun tangan mendorong orang-orang baik ia lanjutkan dengan membantu pasangan capres-cawapres Jokowi-JK dalam pilpres 2014.

Anies membantu pasangan nomor urut dua dalam Pilpres 2014 ini dengan menjadi juru bicara pasangan tersebut. Jokowi mengungkapkan bahwa kehadiran Anies sangat penting dalam tim pemenangannya. Oleh sebab itu ia meminta bantuan Anies untuk bergabung dengan timnya.

Bagi Jokowi, Anies adalah sosok muda yang inspiratif dan dekat dengan kaum muda. Karena alasan tersebut Mantan Walikota Solo ini meminta Anies untuk membantu dirinya dan JK dengan menjadi Juru Bicaranya.

Pasca dinyatakan memenangkan pemilu presiden oleh KPU pada 22 Juli 2014. Pasangan Jokowi-JK meminta Anies untuk menjadi salah satu staf deputi Rumah Transisi Jokowi-JK. Rumah transisi tersebut ditujukan untuk menyiapkan kabinet sebelum pengangkatan resmi Jokowi-JK sebagai capres dan cawapres.

Anies menjadi staf deputi bersama Wakil Sekjen PDIP Hasto Kristianto, Sekretaris Tim Pemenangan I Andi Widjajanto, dan Sekretaris Tim Pemenangan II Fasial Akbar. Staf deputi ini diketuai oleh Rini M.Soemarno yang merupakan Menperindah era pemerintahan Presiden Megawati.

Tidak ada komentar: