Senin, 27 Oktober 2014

BOS PT TIRAN DAN RAJA PESTISIDA JADI MENTERI PERTANIAN

Profil Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman

Minggu, 26 Oktober 2014 18:32 WIB
Profil Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman
Tribun Timur
CEO PT Tiran Group Andi Amran Sulaiman MP (46), yang dikabarkan diplot menjadi Menteri Pertanian di Kabinet Jokowi-JK, Minggu (26/10/2014) pagi, bertolak ke Jakarta.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo menunjuk Andi Amran Sulaiman sebagai Menteri Pertanian dalam Kabinet Kerja periode 2014-2019. Pengumuman dilakukan di halaman Istana Negara, Minggu (26/10/2014).
Berikut ini sosok Amran.
Nama
DR. IR. H. Andi Amran Sulaiman, MP
Tempat, Tanggal Lahir
Bone, 27 April 1968
Jabatan terakhir
CEO PT Tiran Group
Pendidikan:
SD Impres 10 Mappesangka, Bone
SMP Negeri Ponre, Bone
SMA Negeri Lappariaja, Bone
Fakultas Pertanian Unhas 1988-1993 (Penerima Hak Paten/Penemu)
Pasca Sarjana Pertanian Unhas 2002-2003 (Cum laude)
Program Doktor Ilmu Pertanian Unhas 2008-2012 (Cumlaude)
Kursus dan Seminar:
- Presentase Pengendalian Hama Tikus di Istana Presiden, Jakarta 1996
- SUSKALAK-PIM di Pakkatto, Gowa, Sulsel, 1997
- Presentase Pengendalian Hama Tikus untuk Kalteng di Istana presiden, Jakarta, 1999
- Studi Banding di Singapura, 2002
- Seminar Internasional Palm Oil Belt di Malaysia 2002
- Studi Banding di Bangkok, Thailand, 2009
- Kunjungan ke Sutech Engineering Co. Ltd (Perusahaan perakitan mesin pabrik gula) untuk transaksi pembelian Pabrik Gula dan Erawan Power (Pabrik Gula Terbesar di Thailand), 2014
Surat Penghargaan:
- Hak Paten Alat Empos Tikus “Alpostran” dari Menteri Kehakiman RI, 1995
- Surat Izin Khusus Pestisida Tiran 58PS dari Menteri Pertanian RI, 1997
- Surat Izin Tetap Pestisida Tiran 58PS dari Menteri Pertanian RI, 1998
- Tanda Kehormatan Satyalancana Pembangunan di Bidang Wirausaha Pertanian dari Presiden RI, 2007
- Penghargaan FKPTPI Award tahun 2011 di Bali.
- Surat Izin Tetap Pestisida, Ammikus 65PS dari Menteri Pertanian RI, 2011
- Surat Izin Tetap Pestisida Ranmikus 59PS dari Menteri Pertanian RI, 2012
- Surat Izin Tetap Pestisida Timikus 64PS dari Menteri Pertanian RI, 2012
- Hak Paten Alpostran (Alat Empos Tikus modifikasi) dari Menteri KehakimaN 2014
Keluarga:
Istri: IR. Hj. Martati
Anak:
Andi Amar Ma’ruf,
Andi Athira,
Andi Muh. Anugrah,

Ini Sosok Mentan Amran Sulaiman, Pengusaha Gula dari Makassar

Dewi Rachmat Kusuma - detikfinance,Minggu, 26/10/2014 21:27 WIB
//images.detik.com/content/2014/10/26/4/212308_mentanamran320.jpg
Jakarta -Amran Sulaiman resmi sebagai menteri pertanian (Mentan) Kabinet Kerja Jokowi-JK. Ia selama ini berkutat dalam bisnis pertanian, beberapa lini usahanya antar lain bisnis pabrik gula, kebun kelapa sawit, dan pembangunan industri pestisida.

"Beliau praktisi pemikir dan wirausaha muda, ini sosok petani muda yang berhasil membangun sebuah model wirausaha muda," kata Presiden Jokowi saat mengumumkan Kabinet di Istana Negara, Minggu (26/10/2014)

Dihimpun dari berbagai sumber, Amran Sulaiman merupakan lulusan S1, S2, S3 Pertanian Universitas Hasanuddin dan bekerja sebagai Pegawai PTPN XIV, Dosen Universitas Hasanuddin, Makassar, Direktur dan Founder Tiran Group.

10 Perusahaan yang masuk dalam unit bisnis Tiran Group adalah sebagai berikut: PT Tiran Indonesia (tambang emas), PT Tiran Sulawesi (perkebunan tebu dan sawit), PT Tiran Makassar (distributor Unilever), PT Tiran Bombana (emas, timah hitam), PT Tiran Mineral (tambang nikel), PT Amrul Nadin (SPBU percontohan Maros), CV Empos Tiran (produsen rodentisida), CV Profita Lestari (distributor pestisida), CV Empos (distributor Semen Tonasa), PT Bahteramas (pabrik gula di Konawe Selatan).

PT Tiran Group bekerjasama dengan perusahaan Timur Tengah akan membangun dua unit pabrik gula di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara untuk menjawab kekurangan kebutuhan gula khususnya di wilayah kawasan Indonesia Timur yang mencapai 240 ribu ton gula per tahun.

Sementara kemampuan untuk menyuplai kebutuhan gula hanya ada di empat pabrik, yakni Bone, Camming, Takalar dan Gorontalo.

Sedangkan kemampuan produksinya sekitar 40 ribu ton, sehingga masih kekurangan sekitar 200 ribu ton untuk kawasan Timur Indonesia, akibatnya pemerintah mengimpor gula

Tidak ada komentar: