Minggu, 31 Mei 2015

Blue Print Dan Road Map Sepak Bola Indonesia

    Foto Sepakbola Indonesia Dan Dunia.
    Seperti biasanya, CN selalu sering mendapat bocoran lebih dulu. Maklum, CN terbiasa melakukan investigasi, dan rutin menulis apa saja dalam artikel di akun komunitas sepak bola di facebook ini. Sehingga, ujug- ujug tanggal 7 Mei, ada yang membocorkan semua “masterplan” Menpora, yang berjudul BluePrint dan RoadMap – Rencana Reformasi Tata Kelola Sepak Bola Indonesia, via email CN. Bahkan, CN juga sudah mendapat kabar, siapa-siapa saja yang menyusun BluePrint dan RodMap. Namun, sepertinya CN tak peduli.
    Bagi CN, semua konsep dan program itu, selalu dilandasi niat baik, punya mimpi yang indah serta menjajikan semua masa depan yang cerah. Contohnya, ketika Kongres Tahunan PSSI tahun 2010, Nurdin Halid memaparkan dalam sebuah bukunya berjudul PSSI Menuju 2020. Begitu pula, menjelang Arifin Panigoro merebut kursi ‘regim’nya, dengan mencetak buku bertajuk ‘Buku Putih”. Dua contoh buku impian membangun sepak bola yang lebih baik dengan segudang prestasi, yang pernah dibangun Nurdin Halid, tersandung ditengah jalan. Pasalnya, baru di launching bukunya tahun 2010, ternyata Nurdin Halid dilengserkan menjelang Kongres PSSI 2011.
    Begitu pula, ketika “Buku Putih” milik Arifin Panigoro sedang ancang-ancang akan direalisasikan, justru pasukan Djohar Arifin – Farid Rahman kocar-kacir dalam hitungan bulan, sejak hasil Kongres PSSI, 9 Juli 2011. Pertanyaannya, siapa yang akan mempresentasikan sebuah konsep atau sebuah blueprint itu kepada khalayak sepak bola nasional? Kuncinya, adalah siapa sosok-sosok yang siap mempresentasikan sebuah konsep dan mimpi-mimpi membangun sepak bola yang lebih baik, di kemudian hari, adalah “kata kunci”-nya.
    Jika, Menpora Imam Nahrawi sudah menujuk 17 anggota Tim Transisi ini, mampu mengimplitasikan semua blueprint dan roadmap-nya dengan, akurasi yang sangat ilmiah, dijamin terukur dan memiliki tim yang siap mengerjakan blueprint tersebut. Maka, hasilnya akan maksimal. Sebaliknya, jika sebuah gagasan, konsep sebuah blueprint dan roadmap-nya, tidak mampu dipresentasikan, dan tak siap dikerjakan oleh tangan- tangan trampil, secara terukur…niscaya semuanya ‘jeblog’.
    Sebuah gagasan, dengan tema besar dan mulia, dengan tujuan untuk membangun sepak bola Indonesia yang lebih baik, dengan menghasilkan loncatan besar sebuah prestasi, sejatinya tidak pernah sulit. Sudah banyak negara-negara dunia, mengunakan metode ilimah, dalam menemukan talenta-talenta, sekaligus menggunakan cara-cara globalisasi pembinaan sepak bola, selalu sukses dalam mengukur prestasi. Dalam membangun prestasi sepak bola, sepertinya banyak faktor yang mempengaruhi.
    Bisa dilihat dari bakat-bakat anak-anak yang ada, bisa dilihat dari situasi sosial budaya bangsa Indonesia, bisa dilihat dari alamnya, bisa dilihat dari ‘gila bola’-nya, bisa juga dibentuk oleh metode-metode ilmiahnya. Dan, masih banyak faktor yang ikut mempengaruhinya.
    Pasalnya, sejauh mana 17 anggota Tim Transisi ini, mau memulai membangun pondasi-nya? Ada empat hal penting, yang harus dimiliki dari 17 anggota Tim Transisi, menterjemahkan sebuah blueprint dan roadmap-nya. Yaitu, (Pertama) tim yang paham mengetahui seluk beluk sepak bola secara teknis, dari pembinaan hingga para pemain seniornya. (Kedua), tim yang mampu mengetahui seluk beluk mengelola kompetisi dari amatir hingga profesional. Dan (Ketika), ada sebuah tim yang mengetahui aspek bisnisnya, dan tentunya memiliki keterbukaan dalam masalah keuangan.
    Saran CN, khusus untuk ketiga, harus memiliki akuntan publik yang independent dan sudah tebiasa dipercaya di level internasional. Puncaknya yang ke (Empat), adalah membangunkan kekaguman kepada FIFA, bahwa semua blueprint dan roadmap yang akan dijalankan ini, secara rasional, secara ilmiah dan secara matematikanya, sudah terukur dan terkonsep bisa didukung 100% oleh pemerintah, untuk mencapai impian-impian Menpora Imam Nahrawi dan pasukannya. Jika FIFA menilai ini sangat positif, maka pasukan Menpora, yang diberangkatkan, seperti Rita Subowo, Gatot S Dewa Broto, Joko Susilo dan Ridwan Kamil, akan positif, tidak akan dibekukan oleh lembaga terbesar di dunia yang ‘doyan’ korupsi seperti FIFA.
    Namun, jika motivasi Menpora dan gerombolannya, hanya sekadar cari popularitas, atau hanya karena ‘balas dendam’ untuk menjatuhkan La Nyalla Mattalitti sebagai bagian dari “Regim Nirwan Bakrie” , maka kedatangan tamu-tamu dari utusan Tim Transisi, langsung hanya mendapat jatah lima sampai sepuluh menit di ruang kantor FIFA di Swiss, dan segera diusir pulang oleh FIFA. Alangkah baiknya, jika CN mencoba berprasangka baik dulu.
    Siapa tahu, ternyata dibalik 17 Tim Transisi Menpora ini, punya kriteria-klriteria yang berkarakter pemikir dan pekerja yang sesuai dengan mimpi-mimpi Menpora, sebagai wakil negara Indonesia. Maka, mari kita masih harap-harap cemas, sebelum 29 Mei 2015, sebagai ‘deadline’ FIFA. Analisis CN, saat ini Imam Nahrawi itu, sepertinya merasa punya tekad, merasa punya nyali, dan berani ambil resiko yang paling jelek. Yaitu, tidak peduli dengan hukuman apa pun dari FIFA.
    Mau dibekukan kek, mau dikucilkan kek, mau ‘dibuang’ dari pergaulan sepak bola dunia kek. Sepertinya, Imam Nahrawi menyimpan’ kekuatan’ yang tak terukur, dan menakutkan bagi FIFA. Sepertinya, Imam Nahwari sedang menjadi ‘drakula’ bagi PSSI dan membuat FIFA klepek-klepek. Dengan catatan, asalkan Imam Nahrawi punya ‘NYALI’ yang menakutkan bagi FIFA.**

Tidak ada komentar: