Selasa, 25 Agustus 2015

Pemerintahan Jokowi " Ekonomi lemah, Rupiah lemah,

Rupiah Lemah, Jokowi Bikin Rakyat Tambah Sengsara?

14 Maret 2015 05:53:51 Dibaca : 1,056
Rupiah Lemah, Jokowi Bikin Rakyat Tambah Sengsara?
-
Sepertinya sangat berlebihan jika menuduh pak Jokowi menjadi presiden dan tambah menyengsarakan rakyatnya sendiri. Sebaiknya yang menuduh itu harus sering-sering blusukan ke kampung-kampung atau desa-desa. Jangan hanya pandai menulis status dan artikel sambil menghayal rakyat tambah susah. Kalau masalah kemiskinan sejak jaman SBY juga rakyat sudah ada yang miskin. Kalau dibilang tambah banyak apakah sudah survei, datanya mana? Malah saya melihat langsung terjun di daerah saya malah ekonomi rakyat makin menggeliat. Petani masih bisa menanam padi, nelayan masih bisa mencari ikan di laut. Para pegawai masih bisa bekerja seperti biasa. Pasar tradisional masih ramai pembeli, mal-mal masih berjubel penuh pengunjung. Kalau dibilang harga beras mahal tidak juga, karena di daerah saya beras harganya masih normal. Kemarin saya baru beli harganya RP 265.000,-/karung yang beratnya 30 Kg. Lalu kalau dibilang rupiah melemah saat ini sampai tembus 13 ribu lebih. Apakah ini berpengaruh langsung dengan rakyat kecil? Rakyat kecil tak kenal dolar yang penting bisa beli besar dan sekedar lauk untuk mengganjal perut dan tak sibuk memikirkan dolar seperti mereka-mereka yang terus-terusan mengeluh dolar naik karena pengen belanja keluar negeri jadi berkurang uangnya. Siapa yang menjerit saat dolar melejit? Mereka adalah para importir barang-barang dari luar negeri yang dijual di Indonesia. Tapi mereka tak menjerit-jerit amat karena akan menaikan harga jual barangnya. Yang pasti menjerit ya yang hobi koleksi barang dari luar negeri. Sedangkan yang kegirangan juga banyak karena dolar naik dan rupiah lemah. Para eksportir untung besar. Para pemilik uang dolar juga kegirangan karena nilai uangnya juga tambah besar. Jadi sebenarnya ini hal biasa untung dan rugi saling berkaitan. Dolar naik bisa jadi karena kesalahan kita sendiri yang tak mau melepas dolarnya ke pasaran. Banyak orang kaya menyimpan dolarnya untuk jaga-jaga kalau keluar negeri gak perlu tukar dolar lagi. Banyak juga dari para orang kaya yang menabung dolarnya di luar negeri bukan di negeri sendiri. Bahkan sekarang banyak orang-orang kaya yang tak mau berobat di dalam negeri, mereka lebih suka berobat ke Penang negeri jiran Malaysia makanya rupiah selalu anjlok saja bahkan dengan ringgit Malaysia pun kalah telak. Ini sudah berlangsung lama karena pola pikir dan mental orang-orang kaya yang tidak cinta Indonesia dan rupiah makanya rupiah terus melemah. Jika rupiah tak mau melemah terus sebenarnya gampang saja, cobalah rubah kebiasan orang-orang kaya di Indonesia caranya sebagai berikut:
  1. Orang-orang kaya mau melepaskan dolarnya. jangan disimpan dibawah bantal atau dibrangkas-brankas pribadi di rumah.
  2. Kurangi sifat ingin bergaya hidup mewah dengan belanja-belanja ke luar negeri.
  3. Kurangi sifat kecanduan teknologi yang sebentar ganti gadget baru padahal yang lama masih bisa digunakan.
  4. Jangan sedikit-sedikit "cek up" ke luar negeri padahal bisa berobat di dalam negeri.
  5. Pergi umroh jangan seperti jalan-jalan sementang banyak uang .
  6. Pergi haji cukup sekali saja jangan berkali-kali sebaiknya beri kesempatan yang susah yang nunggu kuota 10 tahunan.
  7. Kebiasaan makan di restoran luar negeri atau francais cepat saji milik Amerika itu dikurangi. Kadang tak sadar tiap hari kita ngopi dan makan di restoran milik luar negeri sementara kuliner sendiri tak dilirik sama sekali.
Artikel ini pasti akan dicibir mereka yang banyak uang karena mereka akan bilang, "itu uang-uang gue suka hati dong mau makan dimana? mau gue beliin apa terserah gua." Kalau memang begitu terus sampai kapan pun dolar tak akan pernah turun dan rupiah tak akan pernah menguat. Tapi kalau mereka para orang kaya mau sedikit saja merubah pola dan gaya hidupnya dijamin beberapa saat ke depan rupiah akan bisa kuat dan stabil. Semoga tulisan ini bisa menggugah mereka-mereka yang hanya menyalahkan pemerintah namun tak menyadari bahwa gaya hidupnya lah yang membuat rupiah terus merana. Salam Kompasiana.

Tidak ada komentar: