Kamis, 24 Maret 2016

Proyek LNG (Liquefied Natural Gas) Masela dibangun di darat oleh Presiden Jokowi, kota 'Balikpapan ' akan melaju

Jokowi Putuskan Proyek Masela Dibangun di Darat, Rizal Ramli: Saya Senang Sekali

Yudhistira Amran Saleh - detikfinance Rabu, 23/03/2016 22:33 WIB
Jokowi Putuskan Proyek Masela Dibangun di Darat, Rizal Ramli: Saya Senang Sekali Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memutuskan proyek LNG (Liquefied Natural Gas) Masela dibangun di darat (onshore). Keputusan Jokowi ini disambut gembira Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli.

Seperti diketahui, selama ini Rizal Ramli mendukung proyek kilang LNG Masela dibangun di darat karena biayanya lebih murah dibandingkan di laut, dan menggerakan roda perekonomian masyarakat sekitar.

"Alhamdulillah, akhirnya Presiden Jokowi memutuskan untuk membangun kilang di darat. Saya senang sekali karena presiden sebetulnya berulang-ulang di awal rapat terbatas tentang Masela sudah empat kali ingin melaksanakan konstitusi sebenar-benarnya," ujar Rizal usai peluncuran buku 'Megawati dalam Catatan Wartawan Menangis dan Tertawa Bersama Rakyat' di Gedung Arsip Nasional, Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat, Rabu (23/3/2016) malam.

Menurut Rizal, perasaan gembira itu bukan hanya dirasakan dirinya, melainkan juga sejumlah tokoh masyarakat Maluku.

"Tokoh-tokoh masyarakat di Maluku SMS dan telepon saya. Mereka betul-betul terharu. Sedih campur gembira akhirnya presiden memilih di darat. Ini sebetulnya Nawacita, Trisakti. Saya bangga pada keputusan Pak Jokowi karena beliau amanah menjalankan amanat konstitusi," tutur Rizal.

Menurut Rizal, dengan keputusan tersebut artinya sumber daya alam Indonesia benar-benar dimanfaatkan untuk rakyat. Sebab, dengan dibangun di darat, maka proyek kilang LNG Masela memberi efek berantai terhadap laju pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, negara akan memperoleh sumber devisa lebih besar dari Proyek LNG Masela. Rizal juga menyamakan daerah yang menjadi lokasi proyek LNG Masela akan menjadi Kota 'Balikpapan Baru'.

"Presiden dalam pengarahan mengatakan tidak boleh hanya sebagai sumber devisa karena kalau di laut sebagai sumber devisa, Indonesia akan dapat US$ 2,25 miliar setiap tahun. Tapi kalau kita bangun kota Balikpapan baru di pulau Selaru 90 km dari lokasi kita bisa bikin pabrik pupuk. Lalu bikin industri petrochemical. Indonesia bisa dapat US$6,5 miliar setiap tahun. Dua kali dari hanya sekedar ekspor LNG kalau itu di laut," terang Rizal.

Bukan itu saja, mantan Menko Perekonomian di era Presiden Abdurrahman Wahid itu mengatakan, proyek LNG Masela juga mendorong laju pertumbuhan masyarakat sekitar.

"Rakyat di situ dapat kerjaan. Jadi sopir taksi, bisa buka restoran. Kita akan punya Kota Balikpapan baru," pungkas Rizal(hns/imk)

Minyak di Bawah US$ 50/ Barel, Proyek Masela Cocok Dibangun di Darat

Hans Henricus B.S Aron - detikfinance
Rabu, 23/03/2016 19:23 WIB
Minyak di Bawah US$ 50/ Barel, Proyek Masela Cocok Dibangun di Darat Foto: Hasan Al Habshy
Jakarta -Keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menetapkan proyek LNG (Liquefied Natural Gas) Masela dibangun di darat (onshore) dinilai sesuai dengan kondisi harga minyak dunia. Selama ini proyek LNG selalu dikaitkan dengan fluktuasi harga minyak dunia.

Sebab, penurunan harga minyak dunia biasanya diikuti turunnya harga LNG. Menurut Penasihat Menteri Koordinator (Menko) Maritim dan Sumber Daya, Ronnie Higuchi Rusli, proyek LNG yang dibangun di laut (offshore), yang biayanya lebih mahal dibandingkan onshore, hanya bisa berjalan apabila harga minyak dunia di atas US$ 50 per barel.

Sebaliknya, dalam situasi harga minyak di bawah US$ 50 per barel seperti saat ini, proyek LNG di darat lebih cocok dijalankan, karena biayanya lebih rendah jika dibandingkan dengan dibangun di laut.

"Jadi onshore LNG tetap jalan karena harganya akan lebih kompetitif dibandingkan floating LNG. Floating LNG itu harus harga minyak di atas US$ 50 per barel, sedangkan onshore LNG di bawah itu, harga minyak US$ 40 per barel masuk, harga US$ 30 per barel pun masuk," kata Ronnie kepada detikFinance, Rabu (23/3/2016).

Dia menambahkan, keputusan Presiden Jokowi menetapkan lokasi proyek LNG Masela di darat bersamaan dengan keputusan Woodside Petroleum Ltd, perusahaan migas asal Australia, yang menangguhkan proyek floating LNG di lepas pantai Australia Barat.

Mengutip Reuters, proyek yang diperkirakan bernilai US$ 30 miliar terpaksa ditangguhkan karena harga LNG di Asia anjlok hingga 80% dalam 2 tahun terakhir. Mengacu pada keputusan Woodside Petroleum itu, menurut Ronnie, keputusan Presiden Jokowi menetapkan proyek Masela di darat itu tepat.

"Jadi dalam hal ini, saya pikir presiden tahu banget lah situasi minyak dunia. Keputusan presiden itu memang sesuai dengan kondisi market harga minyak sekarang ini, yang masih di bawah US$ 50 per barel," kata Ronnie.

Sebelumnya, Tenaga Ahli Bidang Kebijakan Energi Kemenko Maritim dan Sumber Daya, Abdulrachim mengatakan pembangunan kilang LNG di darat lebih murah US$ 6 miliar dibandingkan di laut.

"Memang lebih bagus di darat. Di laut lebih mahal US$ 6 miliar. Hitungan kita di Kemenko Maritim, kalau di darat itu US$ 16 miliar, di laut itu US$ 22 miliar," ujar Abdulrachim(hns/wdl)

Tidak ada komentar: