Selasa, 10 Oktober 2017

Egy Maulana Vikri, Talenta Muda Harapan Kebangkitan Sepakbola Nasional

ceritabola.id – Nama Egy Maulana Vikri tiba-tiba menjadi kondang, menyusul kemenangan tim nasional Indonesia U-19, yang telah mengoleksi dua kemenangan di laga Piala AFF U-18 2017. Bahkan, kemenangan yang terakhir merupakan kemenangan paling spektakuler di awal-awal berjalannya kompetisi ini.
Memang, bukan hanya nama Egy Maulana Vikri saja yang lantas menjadi popular sebab ada juga beberapa nama di dalam tim Garuda Nusantara itu yang juga ‘naik daun’. Namun, bolehlah dikatakan bahwa dari sekian nama tersebut, popularitas Egy Maulana Vikri-lah yang tajam melekat di ingatan para penikmat bola tanah air.
Menjadi kondang, bagi anak Medan kelahiran 7 Juli 2000 itu, bukanlah semata karena ia mencetak gol, namun karena keberhasilannya untuk konsisten menunjukkan performa apiknya di lapangan hijau. Egy, lantas disebut-sebut sebagai The Next Evan Dimas oleh berbagai pihak. Kehadirannya dalam tim, benar-benar memberikan roh yang menghidupkan permainan sepakbola barisan anak muda Indonesia itu. Bukan terutama posisi main keduanya, namun lebih kepada kemampuannya menularkan semangat positif untuk berlaga dan memberikan ritme yang menarik bagi timnas di level usia masing-masing.
Menonjolnya performa seorang Egy Maulana Vikri saat ini, sebenarnya bukanlah kejutan besar, jika sebelumnya kita mengetahui rekam jejak pemuda 17 tahun itu.
Pertama kali bakatnya ditemukan oleh coach Indra Sjafri dalam sebuah ajang bertajuk FIFA Grassroot di tahun 2012 di Medan, kota tempat Egy muda tinggal. Indra Sjafri memang dikenal sebagai pelatih yang gemar melakukan “blusukan” untuk menjaring bakat muda bolakaki di seantero nusantara. Kala itu, Egy yang masih berusia 12 tahun dinilai Indra sebagai pemain yang sangat menonjol di antara sekian banyak peserta. Tak butuh waktu lama, Indra pun merekomendasikan Egy untuk masuk dalam skuad Timnas U-15.
Bersama timnas kelompok U-15, Egy memberikan Indonesia prestasi membanggakan dengan keluar sebagai juara Gothia Cup 2015 di Swedia. Sejak itu, berbagai latihan dan TC (Training Camp) diikuti Egy muda dengan tekun untuk memberikan polesan yang baik pada bakat potensialnya itu.
Egy juga diangkat menjadi kapten Timnas Indonesia U-16 dan mengikuti TC untuk tim tersebut selama setahun. Sanksi FIFA kepada Indonesia akibat kisruh kepengurusan sepakbola nasional, mengubur impian Egy saat itu untuk membela Timnas U-16.
Egy – yang kerap dijuluki “Messi dari Indonesia” itu, akhirnya memilih untuk fokus berkarir di dunia sepakbola. Dunia pendidikan tidak ditinggalkannya, ia tetap menempuh pendidikan formal sebagaimana remaja umumnya. Namun, di luar itu Egy tetap getol mengikuti Diklat Ragunan selama sanksi FIFA diberlakukan kepada Indonesia, yang membuatnya tak bisa tampil itu.
Ketekunan dan kerja keras yang dilakoninya berbuah manis. Indra Sjafri yang memang terus memantau perkembangan Egy, memanggilnya untuk ikuta dalam seleksi timnas U-19 di awal tahun ini. Indra tak pernah sekalipun melepas Egy untuk bermain ke klub manapun, selain untuk timnas. Di kala Luis Milla butuh amunisi tambahan sebagai pelapis skuad utamanya di timnas U-22, Egy diizinkan Indra Sjafri untuk ikut pemusatan latihan tim tersebut di Bali.
Kualitasnya sebagai pemain, tak dapat diragukan. Penampilan impresifnya dalam laga timnas U-16 Indonesia kontra timnas U-20 Brasil, membuat barisan belakang negeri penghasil pesepakbola dunia tersebut kocar-kacir. Di laga itu, Indonesia memang kalah, namun pelatih dan pemain Brasil U-20 kagum dengan penampilan Egy.
Masih segar pula dalam ingatan kita, saat timnas U-19 menggelar pertandingan persahabatan dengan tim Espanyol B di Gelora Bandung Lautan Api pada tanggal 14 Juli lalu. Di laga itu, timnas U-19 Indonesia memang menuai kekalahan 4-2, namun dua gol yang luar biasa untuk Indonesia lahir dari kaki seorang Egy Maulana Vikri. Aksi lincahnya, kerap menyulitkan barisan pertahanan Espanyol. Tak jarang, Egy mendapatkan tackling keras dari pemain Espanyol sekedar untuk menghentikan aksi-aksi liarnya.
Sebagai pesepakbola, prestasi individu yang paling membanggakan bagi Egy adalah saat mengikuti Turnamen Touloun 2017 di Perancis. Kala itu, Egy mendapatkan penghargaan bergengsi yaitu Jouer Revelation Trophee, yang secara khusus diberikan kepada pemain yang memberikan pengaruh yang luar biasa kepada timnya. Zinedine Zidane dan Cristiano Ronaldo adalah dua pesohor sepakbola dunia yang pernah mendapatkan penghargaan serupa.
Kini, Piala AFF U-18 sedang bergulir. Inilah panggung Egy untuk membuktikan bahwa dirinya memang individu yang berpengaruh dalam penampilan timnya. Kemenangan akan menjadi bonus manis dari proses pembuktian itu, sekaligus menjadi hadiah yang indah bagi pecinta bola tanah air yang baru saja terluka atas kekalahan timnas U-22 Indonesia di ajang SEA Games 2017 lalu. Namun, terlepas dari itu semua, kemenangan bukan menjadi tolak ukur progress dan pencapaian seorang Egy. Karena pertempuran sebenarnya bagi seorang pesepakbola muda adalah ketika ia mampu berproses dengan baik menjadi atlit professional yang tetap rendah hati di kala menang dan tak getas semangat ketika mengalami kekalahan. Sukses Egy dan rekan-rekannya di Piala AFF U-18 akan menjadi tanda kebangkitan sepakbola nasional, yang telah berproses dalam bakat-bakat muda mereka yang penuh potensi itu. Bravo Garuda Nusantara!
(By: Ryfal Badjo)

Tidak ada komentar: