Selasa, 29 Januari 2013

Hary Tanoe, Raja Media dari Surabaya, beli ANTV dan TVOne juga?

Gabung Hanura Pilihan Tepat Hary Tanoesoedibjo

Tribunnews.com - Senin, 18 Februari 2013 14:54 WIB
Gabung Hanura Pilihan Tepat Hary Tanoesoedibjo
 
 
 
 
TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
Pemilik MNC Grup, Hary Tanoe Soedibyo (dua kanan), mengenakan jaket Partai Hanura usai jumpa pers di kantor DPP Hanura Jakarta Pusat, Minggu (17/2/2013). Setelah menyatakan keluar dari NasDem, Hary Tanoe resmi bergabung ke Partai Hanura dan menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Politik, Muhammad Qodari menilai tepat Pengusaha yang juga CEO MNC Grup, Hary Tanoesoedibjo bergabung dengan Partai Hanura. Apalagi jika Hary ingin segera memiliki pengaruh politik pada 2014 mendatang.
"Gabung dengan Hanura adalah pilihan tepat jika Hary Tanoesoedibjo ingin segera memiliki pengaruh politik di 2014 ini," ungkap Direktur Eksekutif Indo Barometer (IB) kepada Tribunnews.com, Jakarta, Senin (18/2/2013).
Namun, menurut Qodari, Hary harus siap jika menghadapi kejadian seperti di Partai Nasdem dulu di mana dia kecewa.
"Namun semua tergantung deal politik HT dengan Wiranto," ungkap dia.
M Qodari mengatakan lagi, bahwa Kekuatan media Hary bisa sangat potensial membantu membesarkan Hanura. Karena selama ini kekuatan itulah yang tidak ada di Hanura.
"Untuk urusan jaringan Hanura sudah bagus. Hanya kekuatan media itulah yang tidak ada di Hanura," menurutnya.
Namun, masih menurut Qodari, mungkin Hary tidak bisa seleluasa waktu di Partai Nasdem untuk memakai medianya. Karena sekarang parpol peserta pemilu sudah resmi dan terikat aturan dan batasan kampanye. Terutama di media.
Sebagaimana Tribunnews.com beritakan sebelumnya, Hary bergabung dengan Partai Hanura, Minggu (17/2/2013). Hary langsung diberikan jabatan sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Partai Hanura.
Hary yang baru saja dilantik mengaku akan all out dalam mendukung pemenangan Partai Hanura di Pemilu 2014.
Namun, Hary Tanoe belum mau menentukan target besaran jumlah suara yang akan diperoleh Partai Hanura dalam perolehan suara Pemilu 2014 nanti.
"Belum saya bicarakan dan yang pasti saya akan all out dalam mendukung partai Hanura," kata Harry, Minggu (17/02/2013) yang disambut dengan sorakan berbagai ketua DPP Partai Hanura.
Hary Tanoe juga mengaku fokus juga kepada pemenangan partai Hanura yang dilakukan dengan melibatkan kader-kader yang matang. Waktu satu tahun menjelang pemilihan umum juga mengharuskan semua kader partai untuk bertindak all out.
"Makanya jangan diomongin dululah, suaranya tapi lakukan dulu kerja keras dan semoga dengan izin tuhan akan mencapai suara yang signifikan dalam pemilu 2014," katanya.

Majalah InilahREVIEW Edisi ke-22 Tahun II
Hary Tanoe, Raja Media dari Surabaya
Headline
Hary Tanoesoedibjo, Bos MNC Group - inilah.com/Agus Priatna
Oleh: Latihono Sujantyo
Senin, 28 Januari 2013 | 08:01 WIB 
SIAPA sih Bambang Hary Iswanto Tanoesoedibjo? Kalau dulu orang bertanya seperti ini, rasanya memang pantas. Tapi sekarang? Rasanya keterlaluan. Sebab, pria yang baru berusia 48 tahun ini adalah raja bisnis multimedia di Indonesia. Jaringan bisnis medianya tersebar, mulai dari televisi, televisi berbayar, radio, koran, majalah, situs online, sampai rumah produksi.
Pria kelahiran Surabaya, 26 September 1965, yang akrab disapa Hary Tanoe atau HT ini, adalah jebolan Carlton University, Kanada. Ia sering bermain saham di Bursa Toronto, lalu mengenal sejumlah investor kakap dunia. “Sejak kuliah, saya mulai berpikir bagaimana supaya mandiri. Saya dagang di Kanada waktu itu," ujar Hary pada pelantikan BPC Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kota Bandung, pertengahan tahun lalu.
Lulus dengan meraih gelar Master of Business Administration dari Carlton University, ia pulang ke Surabaya. Di kota kelahirannya ini, Hary mendirikan perusahaan sekuritas PT Bhakti Investama, dengan modal awal hanya Rp 200 juta, pinjaman dari sang ayah.
Tak berselang lama, ia mengadu peruntungan di Jakarta. Ia masukkan PT Bhakti Investama ke lantai Bursa Efek Jakarta (BEJ). "Tahun 1997, usaha saya go public. Lalu pada 1998 terjadi krisis. Tapi saya manfaatkan momentum itu karena saya memiliki keyakinan Indonesia akan besar," kata Hary.
Jakarta ternyata membawa hoki bagi Hary. Perusahaannya mulai terlibat dalam kegiatan investment banking, merger, dan akuisisi. Beberapa perusahaan bermasalah dia akuisisi, lalu diperbaiki, dan dijual. Konon, ia jarang menggunakan dana sendiri dalam aksi akuisisi. Caranya, ia mencari dana dari publik, dengan menawarkan saham atau melalui konsorsium.
Lihat saja, dalam peralihan saham berpengaruh PT Bimantara Citra Tbk, awal tahun 2000. Saat masuk ke Bimantara, 2002, ia tidak membentuk konsorsium dan tidak melakukan pinjaman modal. Modalnya justru dari keuntungan kegiatan investment banking Bhakti Investama.
Sejak mengambil alih Bimantara, ia sudah berangan-angan ingin menjadi kampiun di bisnis media. Angan-angan itu ternyata bukan berupa khayalan. Tak sampai lima tahun, ia berhasil menguasai tiga stasiun televisi, yakni RCTI, TPI, dan Global TV. Saham MNC sendiri 99% awalnya dimiliki oleh Bimantara, grup usaha yang dulunya digenggam Bambang Trihatmodjo, putera mantan Presiden Soeharto.
Sejak memiliki Bimantara, Hary kian agresif di bidang media. Kini, ia memiliki puluhan media, baik elektronik maupun cetak. Tak hanya itu. Hary juga mendirikan rumah produksi, perusahaan rekaman, sampai agen periklanan.
Banyak orang mengakui, kunci sukses Hary terletak pada kemampuannya menata kembali perusahaan yang sudah kusut alias bermasalah. Lihat saja ketika ia membenahi Bimantara yang terbelit utang.
Namun, tak sedikit yang menduga, awal keberhasilan Hary lantaran ia punya akses modal yang tersebar di berbagai negara. Ia juga diisukan sempat mengundang fund manager George Soros untuk ambil bagian 14,5% saham Bhakti Investama. Soros, pemilik Quantum Fund, adalah orang yang sampai sekarang dituding sebagai tokoh di balik krisis moneter di Indonesia tahun 1998 lalu.
Apapun itu, yang jelas, suami Liliana Tanaja Tanoesoedibjo ini, pernah dinobatkan sebagai ‘Tokoh Bisnis Paling Berpengaruh 2005’ oleh majalah Warta Ekonomi.
Selengkapnya, artikel ini bisa disimak di majalah InilahREVIEW edisi ke-22 Tahun II yang terbit, 28 Januari 2013. [tjs]

Hary Tanoesoedibjo

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Hary Tanoesoedibjo
Hary Tanoesoedibjo
Hary Tanoesoedibjo
Lahir 26 September 1965 (umur 47), Bendera IndonesiaSurabaya, Indonesia
Kebangsaan  Indonesia
Almamater Carleton University
Ottawa University
Tempat kerja Media Nusantara Citra
Dikenal karena CEO MNC Group
Partai politik Partai NasDem
- Bergabung tanggal 9 Oktober 2011
- Berhenti tanggal 21 Januari 2013
Agama Kristen
Pasangan Liliana Tanaja Tanoesoedibjo
Anak - Angela Herliani Tanoesoedibjo,
- Valencia Herliani Tanoesoedibjo,
- Jessica Herliani Tanoesoedibjo,
- Clarissa Herliani Tanoesoedibjo,
- Warren Haryputra Tanoesoedibjo.
Hary Tanoesoedibjo (lahir di Surabaya, 26 September 1965; umur 47 tahun) adalah seorang pengusaha dari Indonesia. Hary lulus dengan gelar Bachelor of Commerce (Honours) dari Carleton University, Ottawa-Kanada, pada tahun 1988 dan gelar Master of Business Administration dari Ottawa University, Ottawa-Kanada, pada tahun 1989.
Saat ini Hary memegang beberapa jabatan strategis di berbagai perusahaan terkemuka di Indonesia. Ia ditunjuk sebagai Presiden Direktur PT. Global Mediacom Tbk. (sejak tahun 2002) setelah sebelumnya menjabat sebagai Wakil Presiden Komisaris perusahaan tersebut. Ia adalah pendiri, pemegang saham, dan Presiden Eksekutif Grup PT. Bhakti Investama Tbk. sejak tahun 1989.
Selain itu, Hary saat ini juga memegang berbagai posisi di perusahaan-perusahaan lainnya, diantaranya sebagai Presiden Direktur PT. Media Nusantara Citra Tbk. (MNC) dan PT. Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) sejak tahun 2003, sebagai Komisaris PT. Mobile-8 Telecom Tbk., Indovision dan perusahaan-perusahaan lainnya di bawah bendera grup perusahaan Global Mediacom dan Bhakti Investama. Hary juga saat ini aktif sebagai Bendahara Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). Ia telah berulang kali menjadi pembicara di berbagai seminar dan menjadi dosen tamu dalam bidang Keuangan Perusahaan, Investasi dan Manajemen Strategis untuk program magister di berbagai perguruan tinggi.
Pada tahun 2011, Forbes merilis daftar orang terkaya di Indonesia, dan pengusaha Hary Tanoesoedibjo menduduki peringkat ke-22 dengan total nilai kekayaan yang dimilikinya adalah sebesar "US$ 1,19 miliar"[1].

Kontroversi

Pada bulan Juni 2012, Hary Tanoesoedibjo diinterogasi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sehubungan dengan kasus korupsi Tommy Hindratno, pejabat pajak di Kantor Pajak Sidoarjo, dan James Gunarjo, yang diyakini terhubung dengan PT. Bhakti Investama Tbk., perusahaan milik Hary Tanoesoedibjo.
Tommy diduga bertindak sebagai perantara untuk memastikan penggantian sebesar Rp 3,4 miliar dalam bentuk pajak bahwa perusahaan diduga telah membayar lebih. KPK menggerebek kantor PT. Bhakti Investama Tbk. di Menara MNC di Jakarta Pusat dan PT. Agis, yang terletak di gedung yang sama, di mana PT. Bhakti Investama Tbk. memiliki saham di PT. Agis pada tahun 2002 dan 2004.

Profil keluarga

Hary Tanoesoedibjo merupakan adik kandung dari Hartono Tanoesoedibjo dan Bambang Rudijanto Tanoesoedibjo.Beliau mempunyai seorang istri bernama Liliana Tanaja Tanoesoedibjo dan memiliki lima orang anak yaitu :
  1. Angela Herliani Tanoesoedibjo,
  2. Valencia Herliani Tanoesoedibjo,
  3. Jessica Herliani Tanoesoedibjo,
  4. Clarissa Herliani Tanoesoedibjo,
  5. Warren Haryputra Tanoesoedibjo.

Karier Politik

Pada bulan November 2011, Hary Tanoesoedibjo muncul pada acara Rapat Pimpinan Nasional Partai NasDem yang pertama[2]. Di partai tersebut, Hary dipercaya sebagai Ketua Dewan Pakar Partai NasDem dan juga sebagai Wakil Ketua Majelis Nasional Partai NasDem. Kabar bahwa Hary Tanoesoedibjo masuk ke dunia politik mulai terdengar santer sejak awal bulan Oktober 2011[3], Hary sendiri resmi bergabung dengan Partai NasDem pada tanggal 9 Oktober 2011 lalu[4]. Sejak ia berkiprah dalam kancah politik praktis melalui Partai NasDem, Hary selalu mendengung-dengungkan "Gerakan Perubahan" yang dimotori oleh kelompok angkatan muda bangsa Indonesia[5]. Sebab menurutnya, di dalam Partai NasDem sendiri 70% kader partainya adalah terdiri dari kaum generasi anak muda bangsa.
Pada tanggal 21 Januari 2013, Hary Tanoesoedibjo mengumumkan bahwa ia resmi mengundurkan diri dari Partai NasDem yang dikarenakan adanya perbedaan pendapat dan pandangan mengenai struktur kepengurusan Partai NasDem[6][7]. Sebab menurut Hary lagi bahwa "Politik" itu adalah "Idealisme"[8], meski sebenarnya dirinya merasa sedih dan sangat berat meninggalkan Partai NasDem yang telah tiga bulan terakhir ini ia besarkan[9], apalagi Partai NasDem telah berhasil lolos verifikasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan resmi menjadi partai politik peserta Pemilu 2014 dengan nomor urutan "1" (nomor urutan yang pertama)[10].

Tidak ada komentar: