Jawaban Prabowo Atas Pernyataan Wiranto Terkait Mei 1998
19 Jun 201418:31
Ilustrasi Prabowo dan Wiranto (Liputan6.com/Andri Wiranuari)
Dalam salah satu pernyataannya, Wiranto menyebut Prabowo terlibat dalam aksi kerusuhan Mei 1998. Ia juga membenarkan bahwa mantan Panglima Kostrad itu diberhentikan dari jabatannya.
Ditanya konfirmasi mengenai pernyataan mantan atasannya itu, Prabowo tidak berkomentar banyak.
"Nggak, nggak. Tanya saja mereka," kata Prabowo ketika ditemui di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Kamis (19/6/2014).
Sebelumnya, Wiranto yang pernah menanyakan langsung kepada Prabowo mengungkap, keputusan untuk menculik sejumlah mahasiswa itu merupakan inisiatif Prabowo.
"Seingat saya pada saat menanyakan langsung kepada Letjen Prabowo saat itu tentang siapa yang memberi perintah (penculikan aktivis), yang bersangkutan mengaku bahwa apa yang dilakukan bukan perintah Panglima. Namun merupakan inisiatifnya sendiri dari hasil analisa keadaan saat itu," ujar Wiranto.
Wiranto yang menjabat sebagai Panglima ABRI saat terjadi kerusuhan tersebut juga menjelaskan, institusinya tidak pernah menggunakan pendekatan kekerasan dalam menghadapi demonstrasi.
"Perlu diketahui bahwa kebijakan Panglima saat itu untuk menghadapi para aktivis dan demonstran mengedepankan cara-cara persuasif, dialogis, dan komunikatif, serta menghindari tindakan yang bersifat kekerasan," katanya.
"Maka aksi penculikan tersebut jelas tidak sesuai dengan kebijakan pimpinan," pungkas Wiranto.
Cawapres Jusuf Kalla dalam Debat Kandidat Pilpres 2014 perdana bertanya ke Prabowo soal penyelesaian hak asasi manusia (HAM) di masa lalu dan masa mendatang. Prabowo pun meminta JK menanyakan hal itu kepada atasannya saat itu.
"Kita bertanggungjawab. Penilaian ada pada atasan. Kalau bapak mau tahu ya silakan tanya atasan saya waktu itu," jawab Prabowo.
(Raden Trimutia Hatta)
Ini Alasan Jokowi "Tega" Tanyakan TPID ke Prabowo
Senin, 16 Juni 2014 | 16:55 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Dalam debat capres bertemakan
"Pembangunan Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat", calon presiden nomor
urut satu, Prabowo Subianto, bingung saat ditanya rivalnya, Joko Widodo,
mengenai TPID, yang merupakan singkatan dari Tim Pengendali Inflasi
Daerah.
"Karena beliau (Joko Widodo) nyaman. Kan istilahnya kalau kita bertanya, kita harus tahu apa yang kita tanyakan. Kita dalam debat enggak mungkin bertanya sesuatu yang tidak kita tahu. Nanti kalau orang itu mengembalikan ke kita, kita yang malah enggak tahu," jawab ekonom dari Megawati Institute, Imam Sugema, saat ditanya Kompas.com mengenai alasan memilih pertanyaan soal TPID, dihubungi, Senin (16/6/2014).
Menurut penuturan Imam, materi yang disampaikan Jokowi dalam debat yang berlangsung pada Minggu (15/6/2014) adalah hasil diskusi dengan para tim. Namun, tim ekonomi Jokowi hanya memberikan topik-topik yang mungkin akan keluar dalam debat.
"Dan beliau (Jokowi) memilih hal-hal yang secara konten comfortable. Memang itu yang beliau pilih dari puluhan bahan. Jadi, kalau dibalikin ke Pak Jokowi lagi, dia bisa menjawab," ujarnya.
Imam juga menyampaikan, hanya pada bagian pembuka dan penutup saja apa yang disampaikan Jokowi itu sama persis dengan yang disusun tim. Selebihnya adalah improvisasi dari Jokowi dan tergantung pada situasi debat. "Saya hanya menyiapkan konten topik yang mungkin keluar begitu," katanya.
Sebelumnya, Prabowo kelihatan bingung tatkala Jokowi melemparkan pertanyaan dengan menggunakan singkatan, TPID. "Apa yang dimaksud TPID, Pak Jokowi?" timpal Prabowo. Kebingungan itu kemudian cair setelah Jokowi menyebutkan bahwa TPID adalah singkatan dari Tim Pengendali Inflasi Daerah.
Prabowo pun lantas menjawab bahwa akar masalahnya terletak pada peningkatan peranan pemerintah daerah. Dia menjelaskan, tugas kepala daerah menjadi sangat sentral dalam menekan inflasi.
"Karena beliau (Joko Widodo) nyaman. Kan istilahnya kalau kita bertanya, kita harus tahu apa yang kita tanyakan. Kita dalam debat enggak mungkin bertanya sesuatu yang tidak kita tahu. Nanti kalau orang itu mengembalikan ke kita, kita yang malah enggak tahu," jawab ekonom dari Megawati Institute, Imam Sugema, saat ditanya Kompas.com mengenai alasan memilih pertanyaan soal TPID, dihubungi, Senin (16/6/2014).
Menurut penuturan Imam, materi yang disampaikan Jokowi dalam debat yang berlangsung pada Minggu (15/6/2014) adalah hasil diskusi dengan para tim. Namun, tim ekonomi Jokowi hanya memberikan topik-topik yang mungkin akan keluar dalam debat.
"Dan beliau (Jokowi) memilih hal-hal yang secara konten comfortable. Memang itu yang beliau pilih dari puluhan bahan. Jadi, kalau dibalikin ke Pak Jokowi lagi, dia bisa menjawab," ujarnya.
Imam juga menyampaikan, hanya pada bagian pembuka dan penutup saja apa yang disampaikan Jokowi itu sama persis dengan yang disusun tim. Selebihnya adalah improvisasi dari Jokowi dan tergantung pada situasi debat. "Saya hanya menyiapkan konten topik yang mungkin keluar begitu," katanya.
Sebelumnya, Prabowo kelihatan bingung tatkala Jokowi melemparkan pertanyaan dengan menggunakan singkatan, TPID. "Apa yang dimaksud TPID, Pak Jokowi?" timpal Prabowo. Kebingungan itu kemudian cair setelah Jokowi menyebutkan bahwa TPID adalah singkatan dari Tim Pengendali Inflasi Daerah.
Prabowo pun lantas menjawab bahwa akar masalahnya terletak pada peningkatan peranan pemerintah daerah. Dia menjelaskan, tugas kepala daerah menjadi sangat sentral dalam menekan inflasi.
Megawati Tak Berdiri Waktu Disalami Prabowo, Sombong?
Emang susah jadi politisi. Apalagi mau pemilu, apa-apa dipolitisir oleh media.
Ceritanya kemaren itu di KPU kan kedua kubu datang
ke KPU untuk mengundi nomer peserta capres. Kubu PDIP dkk datang duluan,
Kubu Prabowo datang belakangan. Maka Prabowo-Hatta mengulurkan tangan
untuk berjabat.
Jokowi, JK, Surya Paloh, Muhaimin, dan Sutiyoso, berdiri menyalami Prabowo-Hatta.
Tapi, Megawati, tampak terlihat membalas salam Prabowo-Hatta sembari tetap duduk.
Jokowi, JK, Surya Paloh, Muhaimin, dan Sutiyoso, berdiri menyalami Prabowo-Hatta.
Tapi, Megawati, tampak terlihat membalas salam Prabowo-Hatta sembari tetap duduk.
Nah ini disorot media, lalu disumpah serapahi sama
orang-orang sikap bu Mega yang katanya tidak negarawan, sombong,tidak
arif,, tidak tahu sopan santun dll.
Biarlah semua, itu pilihan Bu Mega, saya yakin dia punya alasan yang kuat 
Prabowo-Jokowi biasa aja bercanda tertawa ngopi bersama, saya yakin mereka profesional
Tak Simpatik Balas Salam Hormat Prabowo, Megawati Dikritik
Tak Simpatik Balas Salam Hormat Prabowo, Megawati Dikritik
Senin, 02 Juni 2014, 10:54 WIB
Prabowo Subianto memberi hormat kepada Megawati Soekarnoputri di gedung KPU, Ahad (1/6).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sikap
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri saat membalas salam calon
presiden RI Prabowo Subianto di KPU, Ahad (1/6), menuai kritikan.
Presiden RI kelima itu dinilai tak memiliki sikap kenegarawan."Itu bukan sikap seorang negarawan. Kalau kita lihat Megawati itu dari dulu memang orangnya tidak demokratis, dia itu menerapkan sistem oligarki dalam politiknya," kata Pengamat Politik UIN Syarif Hidayatullah Pangi Syarwi Chaniago kepada Republika, Senin (2/6).
Seperti diketahui, saat di kantor KPU, dengan gerakan khas seorang prajurit, Prabowo yang mengenakan peci hitam dan berbalut baju putih lengan panjang dengan celana warna krem membuat gerakan tegap. Di depan presiden RI kelima itu, mantan panglima Kostrad itu memberi hormat, meski Mega tetap tidak beranjak duduk di kursi.
Dari foto yang beredar, Mega hanya menyunggingkan senyum belaka. Adapun, Ketua Umum Nasdem Surya Paloh dan Jokowi yang duduknya posisinya di samping kanan dan kiri Mega langsung berdiri. Keduanya seolah merespon hormat Prabowo.
Pangi mengatakan, sikap kenegarawanan Presiden Soekano, ayah Megawati tidak menurun kepadanya. Karena, Soekarno yang berseberangan secara politik dengan M Natsir bahkan Bung Hatta, tetap menaruh respek kepada mereka. Misalnya saja, ketika Bung Hatta sakit, Sukarno tetap menjenguknya.
Dari segi psikologi politik, lanjut Pangi, Megawati menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang pendendam. Yakni, selalu mengingat perbuatan tak menyenangkan yang dilakukan lawan politiknya hingga ke urusan pribadi.
"Ini kaitannya lebih ke perjanjian batutulis di mana Prabowo selalu mengungkit-ungkitnya," kata Megawati.
Tidak hanya kepada Prabowo, Megawati juga memiliki dendam politik dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Salah satu contohnya adalah Megawati tak pernah menghadiri undangan upacara kenegaraan 17 Agustus di Istana Negara.
Menurut Pangi, hal ini berbeda dengan Prabowo. Jika kecewa terhadap seseorang, maka Prabowo tak menunjukkannya di depan publik. Ini bisa dicontohkan saat Prabowo yang pernah dicopot jabatannya oleh Panglima ABRI waktu itu yakni Jenderal Wiranto, kerap menunjukkan sikap persahabatan dalam berbagai kesempatan. "Padahal waktu di ABRI dulu sangat terkenal rivalitas Prabowo dan Wiranto," katanya.
Bahkan, dengan Presiden SBY yang pernah jadi pesaingnya, Prabowo juga kerap mengunjunginya di istana. Ini menunjukkan, Prabowo lebih bisa mengatur urusan pribadi dan persaingan di politik.
Karena itu, lanjut Pangi, sikap Megawati tersebut akan membuat publik semakin tak bersimpati dengan Megawati. Dan hal ini akan berdampak pada berkurangnya simpati publik kepada PDIP.
Disalami Prabowo, Megawati Ogah Berdiri
Minggu, 1 Juni 2014 | 20:11 WIB
Senin, 02 Juni 2014, 05:31 WIB
Prabowo Subianto memberi salam hormat kepada Megawati Soekarnoputri di gedung KPU
Prabowo: Alhamdulillah, Ini Tanda Dari Allah
Calon presiden dan Wakil Presiden Prabowo-Hatta - (Foto: inilahcom/Agus Priatna)
INILAHCOM, Jakarta - Mendapat nomor urut satu, calon presiden Prabowo Subianto menyampaikan rasa syukurnya.
"Nomor berapa saja kami terima, tapi alhamdulillah, Allah SWT mungkin beri tanda-tanda (kemenangan)," kata Prabowo usai menghadiri pemberian nomor urut, di Gedung KPU, Minggu (1/6/2014).
Prabowo menambahkan, pihaknya menilai nomor urut satu merupakan pertanda baik. "Kami terima, ini sombol yang baik, lambang yang baik, jadi kami bersykurlah (dapat nomor 1)," ujarnya.
Seperti diketahui, KPU hari ini menjadwalkan pembagian nomor urut capres. Sementara itu untuk pasangan Jokowi-JK mendapat nomor urut dua.
Agenda pemberian nomor urut pasangan capres itu berlangsung semarak. Setiap capres-cawapres diiringi pendukung masing-masing dan elite partai politik. [yeh]
Prabowo: Balas Fitnah dengan Kebaikan"Nomor berapa saja kami terima, tapi alhamdulillah, Allah SWT mungkin beri tanda-tanda (kemenangan)," kata Prabowo usai menghadiri pemberian nomor urut, di Gedung KPU, Minggu (1/6/2014).
Prabowo menambahkan, pihaknya menilai nomor urut satu merupakan pertanda baik. "Kami terima, ini sombol yang baik, lambang yang baik, jadi kami bersykurlah (dapat nomor 1)," ujarnya.
Seperti diketahui, KPU hari ini menjadwalkan pembagian nomor urut capres. Sementara itu untuk pasangan Jokowi-JK mendapat nomor urut dua.
Agenda pemberian nomor urut pasangan capres itu berlangsung semarak. Setiap capres-cawapres diiringi pendukung masing-masing dan elite partai politik. [yeh]
Kamis, 29 Mei 2014, 19:04 WIB
Prabowo Subianto
Jadi Sasaran Kampanye Hitam, Prabowo: Serahkan Yang di Atas
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA
Jadi Sasaran Kampanye Hitam, Prabowo: Serahkan Yang di Atas
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengapresiasi sikap yang ditunjukkan Prabowo. Fadli menilai, jawaban mantan panglima Kostrad itu ketika disudutkan adalah dengan mengembalikan semuanya kepada Sang Pencipta. "@Prabowo08 ditanya wartawan di Surabaya semalam bagaimana hadapi black campaign? Dijawab spontan: kita serahkan pada Yang di Atas," katanya melalui akun Twitter, @fadlizon.
Pun ketika ditanya wartawan soal pendamping hidup, Prabowo menjawab dengan santai dan apa adanya. @Prabowo08 ditanya soal pendamping, dijawab spontan: yah kita lihat saja, Apa Perlu fit n proper test?" kata Fadli.

Jumat, 30/05/2014 11:19 WIB
Prabowo dan Jokowi, Saling Serang di 'Jantung' Lawan
Capres Prabowo Subianto membentuk tim pemenangan di Solo, Jawa Tengah. Sejumlah petinggi partai mitra koalisi turut hadir, antara lain Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung, Sekjen Golkar Idrus Marham.
Hadir juga Ketua Majelis Pertimbangan Partai Amanat Nasional Amien Rais. Mahfud MD, Ketua tim pemenangan pasangan Prabowo-Hatta Rajasa juga turut hadir.
Solo dan Jawa Tengah merupakan daerah yang penting bagi perolehan suara calon presiden yang akan 'bertanding' pada 9 Juli nanti. Prabowo dan partai pengusungnya perlu menggarap Solo dan Jawa Tengah. Pasalnya selain sebagai tempat kelahiran Jokowi, Solo juga merupakan basis Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Sementara sebagian besar wilayah lainnya di Jawa Tengah Kepala Daerahnya dipimpin oleh kader PDI Perjuangan yang mengusung Jokowi. Termasuk Gubernurnya, Ganjar Pranowo juga merupakan kader partai berlambang banteng moncong putih.
Namun tim pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yakin dapat memenangkan pertarungan pilpres di Solo dan Jawa Tengah. Mereka mengklaim sebagian besar kepala daerah di Jateng memberikan mendukung koalisi Merah Putih.
"Sudah ada 35 kepala daerah, 19 kabupaten/kota di Jawa Tengah siap memenangkan Prabowo-Hatta," ujar Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Hatta di Jawa Tengah, Wisnu Suhardono dalam sambutan deklarasi di Hotel Sunan, Solo, Kamis (29/5/2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar