Sabtu, 31 Mei 2014

Serangan Wiranto, serangan Balik, "Jokowi Popo", Megawati Ogah" sombong? -"Prabowo berserah diri"

Jawaban Prabowo Atas Pernyataan Wiranto Terkait Mei 1998

19 Jun 201418:31

Ilustrasi Prabowo dan Wiranto (Liputan6.com/Andri Wiranuari)
Liputan6.com, Jakarta - Mantan Panglima ABRI Jenderal Purn Wiranto buka-bukaan terkait kasus dugaan pelanggaran HAM yang dilakukan Prabowo Subianto pada Mei 1998. Bagaimana tanggapan capres nomor urut 1 itu terkait manuver Wiranto?.

Dalam salah satu pernyataannya, Wiranto menyebut Prabowo terlibat dalam aksi kerusuhan Mei 1998. Ia juga membenarkan bahwa mantan Panglima Kostrad itu diberhentikan dari jabatannya.

Ditanya konfirmasi mengenai pernyataan mantan atasannya itu, Prabowo tidak berkomentar banyak.

"Nggak, nggak. Tanya saja mereka," kata Prabowo ketika ditemui di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Kamis (19/6/2014).

Sebelumnya, Wiranto yang pernah menanyakan langsung kepada Prabowo mengungkap, keputusan untuk menculik sejumlah mahasiswa itu merupakan inisiatif Prabowo.

"Seingat saya pada saat menanyakan langsung kepada Letjen Prabowo saat itu tentang siapa yang memberi perintah (penculikan aktivis), yang bersangkutan mengaku bahwa apa yang dilakukan bukan perintah Panglima. Namun merupakan inisiatifnya sendiri dari hasil analisa keadaan saat itu," ujar Wiranto.

Wiranto yang menjabat sebagai Panglima ABRI saat terjadi kerusuhan tersebut juga menjelaskan, institusinya tidak pernah menggunakan pendekatan kekerasan dalam menghadapi demonstrasi.

"Perlu diketahui bahwa kebijakan Panglima saat itu untuk menghadapi para aktivis dan demonstran mengedepankan cara-cara persuasif, dialogis, dan komunikatif, serta menghindari tindakan yang bersifat kekerasan," katanya.

"Maka aksi penculikan tersebut jelas tidak sesuai dengan kebijakan pimpinan," pungkas Wiranto.

Cawapres Jusuf Kalla dalam Debat Kandidat Pilpres 2014 perdana bertanya ke Prabowo soal penyelesaian hak asasi manusia (HAM) di masa lalu dan masa mendatang. Prabowo pun meminta JK menanyakan hal itu kepada atasannya saat itu.

"Kita bertanggungjawab. Penilaian ada pada atasan. Kalau bapak mau tahu ya silakan tanya atasan saya waktu itu," jawab Prabowo.
(Raden Trimutia Hatta)

Ini Alasan Jokowi "Tega" Tanyakan TPID ke Prabowo

Senin, 16 Juni 2014 | 16:55 WIB
KOMPAS.COM/RODERICK ADRIAN MOZES Calon Presiden nomor urut 2 Joko Widodo memberikan visi misi dalam debat capres 2014 putaran kedua, di Hotel Gran Melia, Kuningan, Jakarta, Minggu (15/6/2014).
JAKARTA, KOMPAS.com — Dalam debat capres bertemakan "Pembangunan Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat", calon presiden nomor urut satu, Prabowo Subianto, bingung saat ditanya rivalnya, Joko Widodo, mengenai TPID, yang merupakan singkatan dari Tim Pengendali Inflasi Daerah.

"Karena beliau (Joko Widodo) nyaman. Kan istilahnya kalau kita bertanya, kita harus tahu apa yang kita tanyakan. Kita dalam debat enggak mungkin bertanya sesuatu yang tidak kita tahu. Nanti kalau orang itu mengembalikan ke kita, kita yang malah enggak tahu," jawab ekonom dari Megawati Institute, Imam Sugema, saat ditanya Kompas.com mengenai alasan memilih pertanyaan soal TPID, dihubungi, Senin (16/6/2014).

Menurut penuturan Imam, materi yang disampaikan Jokowi dalam debat yang berlangsung pada Minggu (15/6/2014) adalah hasil diskusi dengan para tim. Namun, tim ekonomi Jokowi hanya memberikan topik-topik yang mungkin akan keluar dalam debat.

"Dan beliau (Jokowi) memilih hal-hal yang secara konten comfortable. Memang itu yang beliau pilih dari puluhan bahan. Jadi, kalau dibalikin ke Pak Jokowi lagi, dia bisa menjawab," ujarnya.

Imam juga menyampaikan, hanya pada bagian pembuka dan penutup saja apa yang disampaikan Jokowi itu sama persis dengan yang disusun tim. Selebihnya adalah improvisasi dari Jokowi dan tergantung pada situasi debat. "Saya hanya menyiapkan konten topik yang mungkin keluar begitu," katanya.

Sebelumnya, Prabowo kelihatan bingung tatkala Jokowi melemparkan pertanyaan dengan menggunakan singkatan, TPID. "Apa yang dimaksud TPID, Pak Jokowi?" timpal Prabowo. Kebingungan itu kemudian cair setelah Jokowi menyebutkan bahwa TPID adalah singkatan dari Tim Pengendali Inflasi Daerah.

Prabowo pun lantas menjawab bahwa akar masalahnya terletak pada peningkatan peranan pemerintah daerah. Dia menjelaskan, tugas kepala daerah menjadi sangat sentral dalam menekan inflasi.

Megawati Tak Berdiri Waktu Disalami Prabowo, Sombong?

Emang susah jadi politisi. Apalagi mau pemilu, apa-apa dipolitisir oleh media.
Ceritanya kemaren itu di KPU kan kedua kubu datang ke KPU untuk mengundi nomer peserta capres. Kubu PDIP dkk datang duluan, Kubu Prabowo datang belakangan. Maka Prabowo-Hatta mengulurkan tangan untuk berjabat.
Jokowi, JK, Surya Paloh, Muhaimin, dan Sutiyoso, berdiri menyalami Prabowo-Hatta.
Tapi, Megawati, tampak terlihat membalas salam Prabowo-Hatta sembari tetap duduk.
Nah ini disorot media, lalu disumpah serapahi sama orang-orang sikap bu Mega yang katanya tidak negarawan, sombong,tidak arif,, tidak tahu sopan santun dll. 
Biarlah semua, itu pilihan Bu Mega, saya yakin dia punya alasan yang kuat
 
Prabowo-Jokowi biasa aja bercanda tertawa ngopi bersama, saya yakin mereka profesional
Tak Simpatik Balas Salam Hormat Prabowo, Megawati Dikritik
Senin, 02 Juni 2014, 10:54 WIB
Prabowo Subianto memberi hormat kepada Megawati Soekarnoputri di gedung KPU, Ahad (1/6).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sikap Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri saat membalas salam calon presiden RI Prabowo Subianto di KPU, Ahad (1/6), menuai kritikan. Presiden RI kelima itu dinilai tak memiliki sikap kenegarawan.
"Itu bukan sikap seorang negarawan. Kalau kita lihat Megawati itu dari dulu memang orangnya tidak demokratis, dia itu menerapkan sistem oligarki dalam politiknya," kata Pengamat Politik UIN Syarif Hidayatullah Pangi Syarwi Chaniago kepada Republika, Senin (2/6).
Seperti diketahui, saat di kantor KPU, dengan gerakan khas seorang prajurit, Prabowo yang mengenakan peci hitam dan berbalut baju putih lengan panjang dengan celana warna krem membuat gerakan tegap. Di depan presiden RI kelima itu, mantan panglima Kostrad itu memberi hormat, meski Mega tetap tidak beranjak duduk di kursi.
Dari foto yang beredar, Mega hanya menyunggingkan senyum belaka. Adapun, Ketua Umum Nasdem Surya Paloh dan Jokowi yang duduknya posisinya di samping kanan dan kiri Mega langsung berdiri. Keduanya seolah merespon hormat Prabowo.
Pangi mengatakan, sikap kenegarawanan Presiden Soekano, ayah Megawati tidak menurun kepadanya. Karena, Soekarno yang berseberangan secara politik dengan M Natsir bahkan Bung Hatta, tetap menaruh respek kepada mereka. Misalnya saja, ketika Bung Hatta sakit, Sukarno tetap menjenguknya.
Dari segi psikologi politik, lanjut Pangi, Megawati menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang pendendam. Yakni, selalu mengingat perbuatan tak menyenangkan yang dilakukan lawan politiknya hingga ke urusan pribadi.
"Ini kaitannya lebih ke perjanjian batutulis di mana Prabowo selalu mengungkit-ungkitnya," kata Megawati.
Tidak hanya kepada Prabowo, Megawati juga memiliki dendam politik dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Salah satu contohnya adalah Megawati tak pernah menghadiri undangan upacara kenegaraan 17 Agustus di Istana Negara.
Menurut Pangi, hal ini berbeda dengan Prabowo. Jika kecewa terhadap seseorang, maka Prabowo tak menunjukkannya di depan publik. Ini bisa dicontohkan saat Prabowo yang pernah dicopot jabatannya oleh Panglima ABRI waktu itu yakni Jenderal Wiranto, kerap menunjukkan sikap persahabatan dalam berbagai kesempatan.  "Padahal waktu di ABRI dulu sangat terkenal rivalitas Prabowo dan Wiranto," katanya.
Bahkan, dengan Presiden SBY yang pernah jadi pesaingnya, Prabowo juga kerap mengunjunginya di istana. Ini menunjukkan, Prabowo lebih bisa mengatur urusan pribadi dan persaingan di politik.
Karena itu, lanjut Pangi, sikap Megawati tersebut akan membuat publik semakin tak bersimpati dengan Megawati. Dan hal ini akan berdampak pada berkurangnya simpati publik kepada PDIP.

Disalami Prabowo, Megawati Ogah Berdiri

Minggu, 1 Juni 2014 | 20:11 WIB
AP PHOTO / TATAN SYUFLANA Capres Prabowo Subianto (kanan) berdampingan dengan capres Joko Widodo saat mengikuti Rapat Pleno Terbuka Pengundian dan Penetapan Nomor Urut Capres dan Cawapres Pemilu 2014 di Kantor KPU, Jakarta, 1 Juni 2014.
Salam Hormat Prabowo untuk Megawati
Senin, 02 Juni 2014, 05:31 WIB
Prabowo Subianto memberi salam hormat kepada Megawati Soekarnoputri di gedung KPU
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peristiwa bersejarah terjadi sebelum pengundian nomor urut pasangan peserta Pilpres 2014, dihelat di gedung KPU, Ahad (1/6) siang. Itu lantaran capres Koalisi Merah Putih, Prabowo Subianto berkesempatan bertemu dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Pertemuan itu menjadi menarik lantaran keduanya sempat berseteru. Pasalnya, pembatalan sepihak Perjanjian Batutulis yang dibuat pada 2009 oleh PDIP membuat hubungan Prabowo dan Megawati renggang.
Gara-gara itu, Mega dilaporkan sulit ditemui Prabowo yang ingin mengklarifikasi keputusan PDIP yang akhirnya memutuskan mengusung Jokowi sebagai capres. Padahal, salah satu isi perjanjian tersebut adalah PDIP mendukung pencapresan Prabowo di Pemilu 2014.
Seolah mengabaikan peristiwa sebelumnya, Prabowo dan Hatta yang hadir lebih lambat dibanding pasangan Jokowi-JK tidak canggung bertemu rivalnya. Malahan, mantan komandan jenderal Kopassus itu memberikan salam khusus kepada Mega.
Dengan gerakan khas seorang prajurit, Prabowo yang mengenakan peci hitam dan berbalut baju putih lengan panjang dengan celana warna krem membuat gerakan tegap. Di depan presiden RI keempat itu, mantan panglima Kostras itu memberi hormat, meski Mega tetap tidak beranjak duduk di kursi.
Dari foto yang beredar, Mega hanya menyunggingkan senyum belaka. Adapun, Ketua Umum Nasdem Surya Paloh dan Jokowi yang duduknya posisinya di samping kanan dan kiri Mega langsung berdiri. Keduanya seolah merespon hormat Prabowo.
Mega dan Prabowo memang pernah bahu-membahu di Pilpres 2009. Sayangnya, ketika itu mereka harus menerima kekalahan menghadapi pasangan SBY-Boediono. Kemudian, keduanya pecah kongsi di Pilpres 2014, dan kader kedua kubu terlibat pertarungan sengit.
Prabowo: Alhamdulillah, Ini Tanda Dari Allah
Headline
Calon presiden dan Wakil Presiden Prabowo-Hatta - (Foto: inilahcom/Agus Priatna)
Oleh: Fadhly Dzikry, Minggu, 1 Juni 2014 | 16:24 WIB

INILAHCOM, Jakarta - Mendapat nomor urut satu, calon presiden Prabowo Subianto menyampaikan rasa syukurnya.

"Nomor berapa saja kami terima, tapi alhamdulillah, Allah SWT mungkin beri tanda-tanda (kemenangan)," kata Prabowo usai menghadiri pemberian nomor urut, di Gedung KPU, Minggu (1/6/2014).

Prabowo menambahkan, pihaknya menilai nomor urut satu merupakan pertanda baik. "Kami terima, ini sombol yang baik, lambang yang baik, jadi kami bersykurlah (dapat nomor 1)," ujarnya.

Seperti diketahui, KPU hari ini menjadwalkan pembagian nomor urut capres. Sementara itu untuk pasangan Jokowi-JK mendapat nomor urut dua.

Agenda pemberian nomor urut pasangan capres itu berlangsung semarak. Setiap capres-cawapres diiringi pendukung masing-masing dan elite partai politik. [yeh]
Prabowo: Balas Fitnah dengan Kebaikan
Kamis, 29 Mei 2014, 19:04 WIB
Prabowo Subianto
REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Calon presiden Prabowo Subianto mengingatkan, kepada tim pendukungnya jangan terlibat kampanye hitam pada Pemilu Presiden 9 Juli 2014. "Saya minta tolong jangan mau tim kampanye ikut-ikutan taktik dan teknik yang menjelek-jelekkan orang. Kalau kita dijelek-jelekkan biarlah Tuhan yang menentukan. Semakin difitnah kita balas dengan kebaikkan," Prabowo disela Rapat Pemantapan Tim Pemenang Pasangan Prabowo-Hatta Jawa Tengah, di Solo, Kamis (29/5).
Menurut Prabowo, sebagai kesatria atau pendekar tidak akan pernah rugi, jika pihaknya menghormati orang lain. Pihaknya jika difitnah diterima dengan berdoa agar tidak berbuat seperti yang disangkakan. "Jangan sekali-kali terlibat semacam itu. Kita percaya dengan perjuangan, kapasitas, dukungan rakyat, Indonesia akan bangkit dan berbuat baik," kata Prabowo mengingatkan.
Menurut Prabowo, bahwa pihaknya jangan terlibat dalam penyakit yang selalu mencari kesalahan dan menghujat, menjelek-jeleki orang. "Saya ingin koalisi kita optimistis, menatap ke depan dengan gembira, semangat kita pancarkan optimisme kepada rakyat kita," katanya.
Prabowo meminta koalisinya meyakinkan rakyat bahwa koalisi kita atau merah putih atau pasangan Prabowo-Hatta dan kawan-kawannya akan mampu memimpin Indonesia dengan baik. "Kita akan mampu membawa Indonesia ke hari yang lebih baik, rakyat yang sejahtera, penuh senyum karena penuh harapan dan kegembiraan," katanya.

Jadi Sasaran Kampanye Hitam, Prabowo: Serahkan Yang di Atas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA
Jadi Sasaran Kampanye Hitam, Prabowo: Serahkan Yang di Atas
Jadi Sasaran Kampanye Hitam, Prabowo: Serahkan Yang di Atas
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Capres Koalisi Merah Putih, Prabowo Subianto semakin sering menjadi sasaran kampanye hitam. Meski mendapat serangan bertubi-tubi, Prabowo mengaku tidak ingin membalasnya. Mantan komandan jenderal Kopassus itu mencoba mengamabaikannya.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengapresiasi sikap yang ditunjukkan Prabowo. Fadli menilai, jawaban mantan panglima Kostrad itu ketika disudutkan adalah dengan mengembalikan semuanya kepada Sang Pencipta. "@Prabowo08 ditanya wartawan di Surabaya semalam bagaimana hadapi black campaign? Dijawab spontan: kita serahkan pada Yang di Atas," katanya melalui akun Twitter, @fadlizon.

Pun ketika ditanya wartawan soal pendamping hidup, Prabowo menjawab dengan santai dan apa adanya. @Prabowo08 ditanya soal pendamping, dijawab spontan: yah kita lihat saja, Apa Perlu fit n proper test?" kata Fadli.

Jumat, 30/05/2014 11:19 WIB

Prabowo dan Jokowi, Saling Serang di 'Jantung' Lawan

Jakarta - Dua calon presiden makin agresif melakukan manuver. Libur nasional Kamis (29/5/2014) kemarin misalnya, digunakan oleh Prabowo Subianto dan Joko Widodo mengunjungi dua daerah yang penting bagi perolehan suara mereka.

Capres Prabowo Subianto membentuk tim pemenangan di Solo, Jawa Tengah. Sejumlah petinggi partai mitra koalisi turut hadir, antara lain Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung, Sekjen Golkar Idrus Marham.

Hadir juga Ketua Majelis Pertimbangan Partai Amanat Nasional Amien Rais. Mahfud MD, Ketua tim pemenangan pasangan Prabowo-Hatta Rajasa juga turut hadir.

Solo dan Jawa Tengah merupakan daerah yang penting bagi perolehan suara calon presiden yang akan 'bertanding' pada 9 Juli nanti. Prabowo dan partai pengusungnya perlu menggarap Solo dan Jawa Tengah. Pasalnya selain sebagai tempat kelahiran Jokowi, Solo juga merupakan basis Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.

Sementara sebagian besar wilayah lainnya di Jawa Tengah Kepala Daerahnya dipimpin oleh kader PDI Perjuangan yang mengusung Jokowi. Termasuk Gubernurnya, Ganjar Pranowo juga merupakan kader partai berlambang banteng moncong putih.

Namun tim pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yakin dapat memenangkan pertarungan pilpres di Solo dan Jawa Tengah. Mereka mengklaim sebagian besar kepala daerah di Jateng memberikan mendukung koalisi Merah Putih.

"Sudah ada 35 kepala daerah, 19 kabupaten/kota di Jawa Tengah siap memenangkan Prabowo-Hatta," ujar Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Hatta di Jawa Tengah, Wisnu Suhardono dalam sambutan deklarasi di Hotel Sunan, Solo, Kamis (29/5/2014)

Tidak ada komentar: