Berdasarkan data yang dihimpun Okezone, Minggu (6/7/2014). 16 lembaga survei yang menggelar survei elektabilitas pasangan Capres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla di seluruh Indonesia ialah, Indonesia Network Elections Survey (INES), Pusat Data Bersatu (PDB), Institut Survei Indonesia (ISI), The Institute Indonesian Development Monitoring (IDM).
Selain itu, Lembaga Survei dari Political Communication Institute (Polcomm), Lembaga Survei Jakarta (LSJ), Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis), Lembaga Survei Nasional (LSN), Media Survei Nasional (Median), Evello, Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor (FEM IPB), Indonesia Research Center (IRC), Forum Indonesia Maju (Forima), Vox Populi Survey, Rectoverso Institute, dan Oranye Survei Indonesia (OSI).
Pada tanggal 1 juli 2014, Pusat Data Bersatu (PDB) melakukan survei dan hasilnya pasangan Prabowo-Hatta mendapatkan 40,6%, sedangkan Jokowi-Jusuf Kalla hanya mendapatkan 32,2%.
Dan Institut Survei Indonesia (ISI) menggelar survei dan hasilnya pasangan Prabowo-Hatta 52,55% dan Jokowi-Jusuf Kalla hanya 47,45%.
Tanggal 2 Juli 2014, Indonesia Network Elections Survey (INES) melakukan survey dan hasilnya, pasangan Prabowo-Hatta mendapatkan 54,3%, sedangkan Jokowi-Jusuf Kalla 37,6%.
Selain itu, The Institute Indonesian Development Monitoring (IDM) menggelar survei pada tanggal 30 Juni 2014 dan hasilnya pasangan Prabowo-Hatta 48,4%, dan Jokowi-Jusuf Kalla 34,7%.
Dan pada tanggal 27 juni 2014, Political Communication Institute (Polcomm) menggelar survei dan pasangan Prabowo-Hatta mendapatkan 46,8%, sedangkan pasangan Jokowi-Jusuf Kalla 45,3%.
Lembaga Survei Jakarta (LSJ) pada tanggal 27 Juni 2014, menggelar survei dan hasilnya Prabowo-Hatta 47,5% dan Jokowi-Jusuf Kalla 41,3%. Per 27 juni, Prabowo-Hatta 43,68% dan Jokowi-Jusuf Kalla 40,83%, hasil survei Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis).
Dan per 26 juni 2014, Prabowo-Hatta 46,6% dan Jokowi-Jusuf Kalla 39,9%, hasil survei Lembaga Survei Nasional (LSN). Per 26 juni, Prabowo-Hatta 46,2% dan Jokowi-JK 44,3% dari survei Media Survei Nasional (Median). Per 23 juni, Prabowo-Hatta 50,85% dan Jokowi-Jusuf Kalla 49,15% hasil survei Evello.
Sedangkan per 23 juni, Prabowo-Hatta 47% dan Jokowi-Jusuf Kalla 42%, hasil survei Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor (FEM IPB). Per 20 juni, Prabowo-Hatta 47,5% dan Jokowi-Jusuf Kalla 43%, hasil Indonesia Research Center (IRC).
Pada tanggal 17 juni 2014, Forum Indonesia Maju (Forima) menggelar survei dan hasilnya Prabowo-Hatta 45,7% sedangkan Jokowi-Jusuf Kalla 41,4%. Per 15 juni, Prabowo-Hatta 52,8% dan Jokowi-Jusuf Kalla 37,7% dari hasi survei Vox Populi Survey.
Rectoverso Institute menggelar survei di wilayah Jawa Barat pada tanggal 14 Juni 2014, dan hasil Prabowo-Hatta 55,64% dan Jokowi-Jusuf Kalla 38,72%. Dan Oranye Survei Indonesia (OSI) menggelar survei di Jawa Timur per 2 juni, dan hasilnya Prabowo-Hatta 39,04%, sedangkan Jokowi-Jusuf Kalla 32,32%. (teb)
Koalisi PDIP Lebih Memilih Prabowo-Hatta
pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa - (Foto : inilahcom/Agus Priatna)
Oleh: Ajat M Fajar
nasional - Rabu, 2 Juli 2014 | 01:02 WIB
INILAHCOM, Jakarta - Turunnya elektabilitas pasangan
Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) menjelang Pilpres disebabkan
karena kerja mesin koalisi pendukungnya tidak maksimal.
Hal ini berbeda dengan mesin politik koalisi pengusung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang semakin meningkat menjelang Pilpres tanggal 9 Juli nanti.
Peneliti Utama Lembaga Survei Jakarta (LSJ), Ikhsan Rosidi mengatakan, tak maksimalnya kinerja mesin partai menyebabkan elektabilitas Jokowi-JK menjadi mandek dan cenderung turun.
"Secara agregat, mesin partai pengusung Jokowi-JK baru bergerak 55,5 persen, jauh di bawah kinerja mesin partai pendukung Prabowo-Hatta yang sudah bergerak 70,4 persen," ujar Ikhsan, di Jakarta, Selasa (1/7/2014).
Menurutnya, dari hasil survei LSJ memperlihatkan mesin PDIP sudah berhasil menggerakkan konstituennya mendukung Jokowi-JK. Namun empat partai pengusung lainnya masih belum maksimal dalam menggaet konstituen di Pilpres.
"Konstituen Partai Nasdem, misalnya, baru 48,3 persen yang mengaku akan memilih Jokowi-JK, sedangkan konstituen PKB baru sebesar 46,3 persen," terangnya.
Dalam survei ini juga menemukan sebuah fenomena menarik yang ditemukan. Hal itu adalah konstituen Partai Hanura justru lebih banyak yang akan memilih pasangan Prabowo-Hatta daripada Jokowi-JK.
Sebab sebanyak 52,4 persen pemilih Partai Hanura pada Pileg 9 April 2014 mengaku akan memilih Prabowo-Hatta. Sedangkan 47,6 persen lainnya akan memilih Jokowi-JK pada Pilpres 9 Juli 2014.
"Sikap Wiranto yang menyerang Prabowo beberapa waktu lalu, justru membuat sebagian konstituen Partai Hanura tidak bersimpati terhadap Ketum Partai Hanura tersebut dan mengalihkan dukungannya kepasangan Prabowo-Hatta," jelasnya.
Sedangkan di kubu Prabowo-Hatta, hampir semua mesin partai pengusung telah bekerja optimal menggerakkan konstituennya. Menurut temuan LSJ, tinggal mesin Partai Golkar dan PPP yang belum bekerja maksimal menggerakkan konstituen partainya.
"Baru 49,5 persen pemilih Partai Golkar pada Pileg 9 April 2014 yang mengaku akan memilih pasangan Prabowo-Hatta. Sedangkan PPP baru 54,5 persen konstituennya yang akan memilih Prabowo-Hatta pada Pilpres 9 Juli 2014 nanti," ungkapnya.
Iksan menjelaskan, kurang maksimalnya dukungan konstituen Partai Golkar disebabkan adanya perpecahan di tubuh partai pohon beringin tersebut.
Seperti sudah umum diketahui, keputusan JK menjadi cawapres Jokowi sedikit banyak membawa penumpang gerbong Partai Golkar, baik di tingkat DPP maupun di akar rumput.
Sedangkan untuk Partai Demokrat yang baru mendeklarasikan diri ternyata maksimal dalam menggaet konstituennya dalam memilih Prabowo-Hatta.
"Jika Pilpres dilaksanakan hari ini sebanyak 48 persen pemilih Partai Demokrat pada Pileg 9 April 2014 mengaku akan memilih Prabowo-Hatta. Hanya 34 persen yang mengaku akan memilih Joko Widodo-JK dalam Pilpres 9 Juli nanti dan sisanya (18 persen) belum dapat memutuskan memilih pasangan mana," tandasnya.
Survei LSJ sendiri dilaksanakan dari tanggal 18-27 Juni 2014 di 34 Provinsi di seluruh Indonesia. Jumlah responden yang dilibatkan 1.240 responden dan mereka yang telah memiliki hak pilih pada Pilpres 9 Juli nanti.
Survei menggunakan teknik pencuplikan secara multi stage random sampling dan margin of error 2,8 persen. Sedangkan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen. [mes]
Hal ini berbeda dengan mesin politik koalisi pengusung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang semakin meningkat menjelang Pilpres tanggal 9 Juli nanti.
Peneliti Utama Lembaga Survei Jakarta (LSJ), Ikhsan Rosidi mengatakan, tak maksimalnya kinerja mesin partai menyebabkan elektabilitas Jokowi-JK menjadi mandek dan cenderung turun.
"Secara agregat, mesin partai pengusung Jokowi-JK baru bergerak 55,5 persen, jauh di bawah kinerja mesin partai pendukung Prabowo-Hatta yang sudah bergerak 70,4 persen," ujar Ikhsan, di Jakarta, Selasa (1/7/2014).
Menurutnya, dari hasil survei LSJ memperlihatkan mesin PDIP sudah berhasil menggerakkan konstituennya mendukung Jokowi-JK. Namun empat partai pengusung lainnya masih belum maksimal dalam menggaet konstituen di Pilpres.
"Konstituen Partai Nasdem, misalnya, baru 48,3 persen yang mengaku akan memilih Jokowi-JK, sedangkan konstituen PKB baru sebesar 46,3 persen," terangnya.
Dalam survei ini juga menemukan sebuah fenomena menarik yang ditemukan. Hal itu adalah konstituen Partai Hanura justru lebih banyak yang akan memilih pasangan Prabowo-Hatta daripada Jokowi-JK.
Sebab sebanyak 52,4 persen pemilih Partai Hanura pada Pileg 9 April 2014 mengaku akan memilih Prabowo-Hatta. Sedangkan 47,6 persen lainnya akan memilih Jokowi-JK pada Pilpres 9 Juli 2014.
"Sikap Wiranto yang menyerang Prabowo beberapa waktu lalu, justru membuat sebagian konstituen Partai Hanura tidak bersimpati terhadap Ketum Partai Hanura tersebut dan mengalihkan dukungannya kepasangan Prabowo-Hatta," jelasnya.
Sedangkan di kubu Prabowo-Hatta, hampir semua mesin partai pengusung telah bekerja optimal menggerakkan konstituennya. Menurut temuan LSJ, tinggal mesin Partai Golkar dan PPP yang belum bekerja maksimal menggerakkan konstituen partainya.
"Baru 49,5 persen pemilih Partai Golkar pada Pileg 9 April 2014 yang mengaku akan memilih pasangan Prabowo-Hatta. Sedangkan PPP baru 54,5 persen konstituennya yang akan memilih Prabowo-Hatta pada Pilpres 9 Juli 2014 nanti," ungkapnya.
Iksan menjelaskan, kurang maksimalnya dukungan konstituen Partai Golkar disebabkan adanya perpecahan di tubuh partai pohon beringin tersebut.
Seperti sudah umum diketahui, keputusan JK menjadi cawapres Jokowi sedikit banyak membawa penumpang gerbong Partai Golkar, baik di tingkat DPP maupun di akar rumput.
Sedangkan untuk Partai Demokrat yang baru mendeklarasikan diri ternyata maksimal dalam menggaet konstituennya dalam memilih Prabowo-Hatta.
"Jika Pilpres dilaksanakan hari ini sebanyak 48 persen pemilih Partai Demokrat pada Pileg 9 April 2014 mengaku akan memilih Prabowo-Hatta. Hanya 34 persen yang mengaku akan memilih Joko Widodo-JK dalam Pilpres 9 Juli nanti dan sisanya (18 persen) belum dapat memutuskan memilih pasangan mana," tandasnya.
Survei LSJ sendiri dilaksanakan dari tanggal 18-27 Juni 2014 di 34 Provinsi di seluruh Indonesia. Jumlah responden yang dilibatkan 1.240 responden dan mereka yang telah memiliki hak pilih pada Pilpres 9 Juli nanti.
Survei menggunakan teknik pencuplikan secara multi stage random sampling dan margin of error 2,8 persen. Sedangkan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen. [mes]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar