Rabu, 17 September 2014

cerita prabowo masa lalu terkait Nachrowi Ramli, Ahok

Cerita Prabowo sejak Akabri solider gak bisa lihat teman susah

Reporter : Mardani | Rabu, 17 September 2014 07:01
Cerita Prabowo sejak Akabri solider gak bisa lihat teman susah
Prabowo Subianto . ©facebook/prabowo subianto
Merdeka.com - Ketua DPD Partai Demokrat DKI Jakarta Nachrowi Ramli disebut Ahok bakal menjadi wakil gubernur DKI yang baru. Nachrowi mengaku selain harus mendapat izin dari Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dia juga harus mendapat 'kartu hijau' dari Ketua Dewan Pembina Prabowo Subianto agar bisa menjadi wagub DKI.

SBY dan Prabowo sama-sama teman Nachrowi di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) saat ini Akademi Militer (Akmil). Mereka bertiga masuk Akabri pada tahun 1969. Nara yang pensiun dengan pangkat mayor jenderal itu memiliki kenangan kedekatan dengan Prabowo.

Saat masih di Akabri dulu, dia dan Prabowo susah bareng bersama. Dia dan Prabowo juga sama-sama pernah mengalami lari telanjang baju bersama.

"Memang saya ibaratnya makan satu rantang sama beliau karena kita di Akabri sama-sama masuk atau daftar dari Jakarta. Telanjang baju lari sama-sama, seperjuangan kita masuk Akabri tahun 1969," kata Nara saat berbincang dengan merdeka.com di Park Royale Apartment, Jakarta, Selasa (16/9).

Menurutnya, Prabowo memang memiliki jiwa seorang komandan sejak masih di Akabri. Prabowo bisa mengendalikan anak buah sesuai dengan kemauan dan perintahnya. Namun, Prabowo juga bisa menjadi sosok guru bagi para prajuritnya.

"Kalau jadi guru dia bisa jadiin anak buah pintar," katanya.

Tak hanya itu, Nara mengatakan, sejak di Akabri Prabowo memiliki tingkat solidaritas yang tinggi dengan temannya. Prabowo, menurutnya, tak akan segan-segan membantu temannya yang kesusahan.

"Bowo orang yang dekat sama teman. Dia orang yang suka bantu teman. Gak boleh ada teman susah, apa juga dibantu sama dia," katanya.

Hingga kini, Nara mengaku masih memiliki hubungan dekat dengan Prabowo. Saat ini dirinya dan Prabowo sama-sama menjadi pengurus Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI).

"Kebetulan Bowo dan saya sama hobi olahraga pencak silat. Saya dampingi beliau waktu periode pertama IPSI. Beliau ketua umum IPSI, saya wakil ketua. Periode kedua beliau ketua umum, saya wakil ketua juga. Jadi dua periode saya sama dia untuk mengembangkan silat Indonesia," katanya.

"Flashback" Saat Prabowo Melamar Ahok, tetapi Kini...

Selasa, 16 September 2014 | 09:52 WIB
KOMPAS IMAGES/MUNDRI WINANTO Cagub DKI Jakarta Joko Widodo (kiri), Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto (tengah), Cawagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (kanan) saat menghadiri kampanye terbuka di Parkir Timur Senayan, Jakarta, Minggu (1/7/2012). Dalam pidatonya Jokowi menyesalkan dana APBD DKI Jakarta saat ini yang tidak tepat guna.

JAKARTA, KOMPAS.com — Prabowo Subianto dan Basuki Tjahaja Purnama, dua sosok yang saat ini menjadi sorotan. Dulu, Prabowo yang melamar Basuki untuk menjadi calon wakil gubernur DKI Jakarta, mendampingi Joko Widodo. Kini, Basuki yang menceraikan Prabowo.

Basuki, atau yang akrab disapa Ahok, pernah menceritakan bagaimana perjuangan Prabowo Subianto mengajukan namanya. Ya, mantan Pangkostrad yang menjabat Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itulah yang berada di balik munculnya duet Jokowi-Ahok yang dipuji banyak orang karena ketegasan dan keseriusannya memberesi Jakarta.

Dalam wawancara khusus dengan Tribun Jakarta pada 20 Maret 2012, Ahok menceritakan ihwal pinangan Prabowo. Dia menerima pesan di BlackBerry Messenger-nya. "Ahok, kamu dicari oleh Prabowo."

Saat itu, Ahok mengaku tidak merespons pesan tersebut. Menurut dia, pesan itu hanya main-main. Dia baru mulai percaya pesan tersebut ketika kerabatnya di Bangka Belitung mencoba menghubunginya. Ahok mendapat cerita bahwa Prabowo sampai mengutus pengurus Partai Gerindra Bangka Belitung untuk menghubungi dirinya.

"Mereka (pengurus Gerindra) mengaku bingung karena SMS yang dikirim enggak pernah saya jawab. Telepon juga tidak diangkat," kata Ahok.

Singkat cerita, Ahok diminta bertemu dengan orang kepercayaan Prabowo di Plaza Indonesia, Jakarta. Bukannya Ahok yang menemui, melainkan seorang stafnya. Utusan Ahok ditolak. Setelah utusan ditolak, Ahok menghubungi orang kepercayaan Prabowo itu. Mereka pun bertemu di Plaza Indonesia pukul 17.00.

Setelah bertemu sang utusan, Ahok diminta untuk bertemu Prabowo di lokasi yang sama pukul 21.00. Ahok hanya menanggapi ajakan itu dengan tawa. "Dia (Prabowo) kan mau mencalonkan kamu sebagai wakil gubernur," ujar Ahok menirukan ucapan orang kepercayaan Prabowo.

Ketika tiba waktu ditentukan, Ahok melihat Hashim Djojohadikusumo (adik Prabowo) yang mengatakan dirinya ditunggu Prabowo di dalam ruangan.

Ahok sempat grogi. "Eh, bener nih Pak Prabowo. Dia (Prabowo) menawarkan santap malam, tapi karena saya sudah makan akhirnya hanya memesan air putih," tutur anak pasangan Indra Tjahaja Purnama (alm)-Buniarti Ningsih itu.

Saat itu, berkumpul pula petinggi Gerindra. Ia hanya mengingat bahwa Ketua DPD Gerindra DKI Jakarta M Taufik ikut hadir. Selama dua jam Ahok berbincang dengan Prabowo mengenai Jakarta. Ia membeberkan tentang sistem tranportasi ideal bagi Jakarta.

Pengalaman selama satu tahun sebagai staf ahli membantu mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso menjadi modal. Sampai akhirnya sebuah keputusan dikeluarkan Prabowo.

"Saya mau Ahok. Pokoknya Jokowi-Ahok. Ini putusan kita," ujar Prabowo, seperti ditirukan Ahok. Saat itu Prabowo lansung meminta M Taufik bertemu PDI Perjuangan untuk berkonsolidasi.

Padahal, saat itu PDI Perjuangan sudah mulai mendekatkan Fauzi Bowo dengan Adang Ruchiyatna (kader PDI Perjuangan).

Minggu pun berganti. Berita di berbagai media mengenai pemilukada diwarnai berbagai spekulasi pasangan kandidat. Tak pelak berbagai pemberitaan itu nyaris membuat kepercayaan Ahok goyah. Ahok menghubungi orang kepercayaan Prabowo.

"Saya bertanya, benar enggak sih saya dipilih. Dia langsung mem-forward SMS dari Pak Prabowo. Isinya keputusan final, Jokowi dan Ahok. Kalau PDI Perjuangan tidak mau, Gerindra tak dukung siapa pun," kata anggota Komisi II DPR dari Fraksi Partai Golkar ini.

Sampai hari pendaftaran terakhir di KPU Jakarta, 19 Maret 2012, Ahok belum juga mendapat kepastian. Padahal, Ahok harus mengikuti rapat tim seleksi komisioner KPU di Komisi II DPR. Akhirnya, Ahok melapor ke Ketua Komisi II DPR Agun Gunanjar.

"Pagi-pagi aku BBM (BlackBerry Messengger) Pak Agun, minta izin tak mengikuti rapat Komisi II DPR karena menunggu pengumuman PDI Perjuangan," katanya. Ahok juga minta dipindahkan dari Komisi II.

Beberapa saat kemudian, Ahok menerima kabar dari Tjahjo Kumolo. Sekjen PDI-P itu meminta Ahok merapat ke kantor Megawati Institute di kawasan Tugu Proklamasi, Jakarta. "Begitu datang saya disalamin. Katanya Ibu Megawati sudah setuju kamu jadi calon wakil Jokowi," katanya.

Itu kisah awal Ahok ketika dilamar Prabowo. Kini cerita berbalik. Jelang Ahok naik menjadi gubernur DKI untuk menggantikan Jokowi yang menjadi presiden terpilih, dia "menceraikan" Gerindra, partai yang dibentuk Prabowo.

Pada 10 September 2014, jelang dua tahun dia memimpin Jakarta bersama Jokowi, Ahok menyerahkan surat pengunduran dirinya ke DPP Partai Gerindra. Tak ada kata pamit kepada Prabowo. Dia menegaskan akan mengurus Jakarta, tanpa Gerindra atau partai lainnya.

Sebelum keputusan mundur itu, suasana memang sudah memanas. Ahok menyatakan penolakannya dengan wacana pemilihan kepala daerah oleh DPRD, yang tertuang dalam revisi RUU Pilkada. Buatnya, hal itu merupakan kemunduran. Dia lebih baik menjadi budak rakyat ketimbang menjadi "sapi perah" DPRD. Sementara Partai Gerindra yang menaunginya mendukung pilkada kembali ke DPRD.

Sempat terjadi lempar argumen antara Ketua DPD Partai Gerindra DKI Jakarta Mohammad Taufik dan Ahok. Hingga akhirnya Taufik menantang Ahok untuk keluar dari Gerindra, dan hal itu dilakukan oleh mantan Bupati Belitung Timur tersebut. Hanya kepada Hashim dan putra Hashim, Aryo, Ahok menyampaikan rencana mundurnya tersebut dari Gerindra. Sempat dicegah, tetapi keputusannya sudah bulat.

Setelah Ahok menyerahkan surat pengunduran diri, Prabowo sempat berkomentar. Dia menyesali tidak adanya etika dari Wakil Gubernur DKI Jakarta tersebut. "Kalau tahu tata krama (harusnya pamit). Kalau etika antar-manusia, ada norma-norma ya," kata Prabowo pada hari yang sama mundurnya Ahok dari Gerindra. Meski begitu, dia menghargai hak politik Ahok.

Ahok pun menyadari kesalahannya. Dia meminta maaf karena tidak berkomunikasi dulu dengan Partai Gerindra dan Ketua Dewan Pembina Prabowo Subianto saat menyatakan mengundurkan diri.

"Kalau saya salah (karena tidak pamit terlebih dahulu), saya sampaikan, saya mohon maaf," kata Ahok keesokan harinya.

Dia berniat bertemu dengan Prabowo melalui perantara Hashim. Namun, yang terjadi, pada Senin (15/9/2014), Hashim menggelar jumpa pers untuk membeberkan betapa tidak berterima kasihnya Ahok kepada Prabowo dan Gerindra. Pertemuan antara Ahok dan Prabowo belum terjadi hingga hari ini, Selasa (16/9/2014) pagi.

Bagi Ahok, kemundurannya dari Gerindra sudah tidak bisa ditawar. Dia dan Gerindra sudah tidak sejalan. Dia mengingatkan, Gerindra menariknya dari Golkar dan mencalonkannya menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta karena berbagai janji prorakyat dan tidak bermain money politics.

"Saya bilang dari awal, kalau saya ini tidak pernah loyal kepada partai yang tidak sesuai konstitusi. Saat Pilkada 2012 lalu, Gerindra menarik saya dari Golkar dan mengarahkan perjuangkan pilihan rakyat. Kenapa sekarang malah memiliki pandangan pilkada melalui DPRD?" tanya Ahok.

Tidak ada komentar: