Petral Bubar, Menteri ESDM Jamin Tak Ada Mafia Baru
Antara - 13 Mei 2015 19:10 WIB
Sudirman Said (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
Metrotvnews.com, Jakarta: Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menjamin tidak akan ada mafia migas
baru usai pembubaran PT Pertamina Energy Trading Limited (Petral).
"Ada spekulasi pihak lain bahwa nanti akan dibuat 'rumah' baru (bagi mafia migas). Kami menjamin hal itu tidak akan terjadi. Ini benar-benar likuidasi," kata Sudirman, dalam konferensi pers di Kantor Kementerian BUMN di Jakarta, Rabu (13/5/2015).
Sudirman menambahkan, proses audit investigasi akan sangat penting untuk dilakukan sebagai sumber pembelajaran agar praktik buruk yang telah terjadi tidak terulang. "Jika ada pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam kasus ini agar segera dibawa ke proses hukum sebagaimana mestinya," tukas Sudirman.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto menjelaskan, segala kegiatan bisnis Petral, terutama yang menyangkut ekspor dan impor minyak mentah dan produk kilang akan sepenuhnya dijalankan oleh Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina.
"Pada saat yang sama, Pertamina juga akan merampungkan perbaikan tata kelola dan proses bisnis yang dijalankan oleh ISC," jelas Dwi.
Langkah yang dilakukan Pertamina sejak awal 2015 tersebut mengakibatkan peran Petral menjadi tidak diperlukan lagi dalam proses pengadaan minyak mentah. Bersamaan dengan kondisi tersebut, kedua anak usaha Petral yaitu Pertamina Energy Services (PES) Pte. Ltd. dan Zambesi Investment Ltd. pun turut berhenti beroperasi.
Dengan keputusan tersebut, segala hak dan kewajiban Petral yang masih ada akan dibereskan atau diambil alih oleh Pertamina, termasuk segala bentuk aset juga akan dimasukkan sebagai bagian dari BUMN tersebut.
ABD
"Ada spekulasi pihak lain bahwa nanti akan dibuat 'rumah' baru (bagi mafia migas). Kami menjamin hal itu tidak akan terjadi. Ini benar-benar likuidasi," kata Sudirman, dalam konferensi pers di Kantor Kementerian BUMN di Jakarta, Rabu (13/5/2015).
Sudirman menambahkan, proses audit investigasi akan sangat penting untuk dilakukan sebagai sumber pembelajaran agar praktik buruk yang telah terjadi tidak terulang. "Jika ada pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam kasus ini agar segera dibawa ke proses hukum sebagaimana mestinya," tukas Sudirman.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto menjelaskan, segala kegiatan bisnis Petral, terutama yang menyangkut ekspor dan impor minyak mentah dan produk kilang akan sepenuhnya dijalankan oleh Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina.
"Pada saat yang sama, Pertamina juga akan merampungkan perbaikan tata kelola dan proses bisnis yang dijalankan oleh ISC," jelas Dwi.
Langkah yang dilakukan Pertamina sejak awal 2015 tersebut mengakibatkan peran Petral menjadi tidak diperlukan lagi dalam proses pengadaan minyak mentah. Bersamaan dengan kondisi tersebut, kedua anak usaha Petral yaitu Pertamina Energy Services (PES) Pte. Ltd. dan Zambesi Investment Ltd. pun turut berhenti beroperasi.
Dengan keputusan tersebut, segala hak dan kewajiban Petral yang masih ada akan dibereskan atau diambil alih oleh Pertamina, termasuk segala bentuk aset juga akan dimasukkan sebagai bagian dari BUMN tersebut.
ABD
Perintah Presiden Jokowi setelah Petral dibubarkan
Reporter : Muhammad Sholeh | Jumat, 15 Mei 2015 14:00
Merdeka.com - Menteri ESDM Sudirman Said menemui Presiden Joko Widodo di Istana Presiden, Jumat (15/5). Sudirman melaporkan pembubaran anak usaha PT Pertamina, yaitu Pertamina Energy Trading Limited (Petral).
"Jadi baru saja saya bertemu presiden untuk melaporkan keputusan dan proses pembubaran Petral," kata Sudirman Said kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (15/5).
Sudirman menegaskan, sejak awal Presiden Jokowi memberi perhatian khusus pada Petral lantaran reputasi perusahaan tersebut sarat dengan praktik-praktik yang tidak transparan di masa lalu. Karena itu Jokowi meminta menteri ESDM dan menteri BUMN melakukan audit investigasi pada Petral.
Investigasi diperlukan sebagai cara menghilangkan berbagai spekulasi mengenai keberadaan mafia migas yang selama ini menyelimuti Petral. Jika perlu ditindaklanjuti, kepala negara berpesan untuk diselesaikan secara hukum.
"Begitu diinvestigasi maka semuanya jadi jelas, terang benderang, mana yang baik, buruk, salah. Dan kalau memang ada potensi pelanggaran hukum ya jangan ragu-ragu dibawa ke ranah hukum, setelah diinvestigasi," imbuhnya.
Sudirman memastikan investigasi akan dilakukan secara transparan dan hasil auditnya diumumkan ke publik. "Ya pastilah. Itu kan urusan publik," tandasnya.[noe]
Petral Tak Beroperasi 3 Bulan, Pertamina Hemat USD22 Juta
Desi Angriani - 15 Mei 2015 14:29 WIB
Sudirman Said (ANTARA FOTO/Vitalis Yogi Trisna)
Metrotvnews.com, Jakarta: Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan, dalam kurun waktu tiga bulan
saja, setelah PT Pertamina Energy Trading Limited (Petral) tidak lagi
jadi single buyer, dan operasionalnya dilakukan oleh PT
Pertamina (Persero) melalui Integrated Supply Chain (ISC) sudah terdapat
penghematan yang terbilang besar.
Hal tersebut seperti diutarakan oleh Menteri ESDM Sudirman Said, di Istana Negara, Jakarta, Jumat (15/5/2015). "Kami juga laporkan dalam tiga bulan saja (kepada Presiden Joko Widodo), Pertamina lewat ISC, setelah Petral tidak lagi single buyer, sudah ada penghematan USD22 juta," ungkap Sudirman.
Sudirman menambahkan, penghematan bisa terus dilakukan dan mungkin saja angkanya semakin membesar bila ISC memaksimalkan kinerjanya dengan baik, untuk menggantikan operasional Petral. Bahkan, investigasi menjadi wajar dlakukan agar transparansi bisa terus terjadi dan memberikan rasa percaya diri di mata masyarakat, termasuk investor.
"Kalau itu saja sudah (hemat) USD22 juta, bagaimana kalau setahun atau sekian tahun. Artinya, selama ini diskon yang diperoleh Petral 1 barel USD35. Sementara tahun lalu itu USD0,35," ungkap Sudirman.
Dengan dasar itu, dirinya kembali menegaskan bahwa investigasi memang harus segera dilakukan. Apalagi, Presiden Jokowi sudah memberikan instruksi agar investigasi memang dilakukan. Diharapkan, praktik tidak transparan yang merugikan negara bisa terkuak dan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab bisa ditindak tegas sesuai aturan yang berlaku.
"Maka, audit investigasi ini akan terus dilakukan. Petral (memang) harus diselidiki karena ada praktek tidak transparan. Sejak awal Presiden (Jokowi) sudah memberikan perhatian," pungkas Sudirman.
ABD
Hal tersebut seperti diutarakan oleh Menteri ESDM Sudirman Said, di Istana Negara, Jakarta, Jumat (15/5/2015). "Kami juga laporkan dalam tiga bulan saja (kepada Presiden Joko Widodo), Pertamina lewat ISC, setelah Petral tidak lagi single buyer, sudah ada penghematan USD22 juta," ungkap Sudirman.
Sudirman menambahkan, penghematan bisa terus dilakukan dan mungkin saja angkanya semakin membesar bila ISC memaksimalkan kinerjanya dengan baik, untuk menggantikan operasional Petral. Bahkan, investigasi menjadi wajar dlakukan agar transparansi bisa terus terjadi dan memberikan rasa percaya diri di mata masyarakat, termasuk investor.
"Kalau itu saja sudah (hemat) USD22 juta, bagaimana kalau setahun atau sekian tahun. Artinya, selama ini diskon yang diperoleh Petral 1 barel USD35. Sementara tahun lalu itu USD0,35," ungkap Sudirman.
Dengan dasar itu, dirinya kembali menegaskan bahwa investigasi memang harus segera dilakukan. Apalagi, Presiden Jokowi sudah memberikan instruksi agar investigasi memang dilakukan. Diharapkan, praktik tidak transparan yang merugikan negara bisa terkuak dan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab bisa ditindak tegas sesuai aturan yang berlaku.
"Maka, audit investigasi ini akan terus dilakukan. Petral (memang) harus diselidiki karena ada praktek tidak transparan. Sejak awal Presiden (Jokowi) sudah memberikan perhatian," pungkas Sudirman.
ABD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar