Selasa, 26 September 2017

Apa itu Kateterisasi Urine? Gambaran Umum, Manfaat, dan Hasil Pengobatan

Apa itu Kateterisasi Urine?Hasil gambar untuk apa itu kateter 

Kateterisasi urine adalah prosedur untuk memasukan kateter – sebuah tabung yang terbuat dari silikon, lateks, atau polyurethane – ke kandung kemih melalui lubang kencing untuk mengeluarkan air seni dan/atau memasukkan cairan ke lubang kencing atau kandung kemih untuk mengobati masalah yang menyerang saluran kencing.


Dalam prosedur ini, ada beberapa jenis kateter yang bisa digunakan. Di antaranya:
  • Kateter balon : Jenis ini juga dikenal dengan sebutan kateter Foley atau kateter tetap atau kateter in-dwelling, biasanya terbuat dari silikon atau karet alami. Kateter ini memiliki ujung seperti balon yang diisi dengan air steril.
  • Kateter sementara : Jenis ini dikenal dengan sebutan kateter Robinson, biasanya diresepkan pada pasien yang hanya membutuhkan kateter untuk masa singkat. Tidak ada balon yang menempel di ujungnya, sehingga tidak bisa digunakan untuk membuang urin. Dapat menggunakan penutup atau tidak. Kateter berpenutup memiliki penutup hidrofilik yang siap digunakan sehingga pasien bisa melakukan kateterisasi sendiri. Namun, penting bagi pasien untuk mengikuti panduan guna menjaga kebersihan kateter dan area sekitar, juga termasuk instruksi untuk memasukkan kateter dengan benar.
  • Kateter Coude – Kateter ini dilengkapi dengan ujung melengkung sehingga mudah dimasukkan ke uretra prostatik.
  • Kateter Hematuria – Ini merupakan jenis kateter Foley yang diresepkan bagi pasien yang menderita hematuria atau telah menjalani hemostasis. Kateter ini juga bisa digunakan dalam prosedur bedah endoskopi.
  • Kateter kondom – Kateter eksternal ini biasanya diresepkan bagi pasien pria yang menderita inkontinensia urin. Dibandingkan dengan kateter Foley, kateter ini memiliki risiko infeksi yang lebih rendah .

Siapa yang Perlu Menjalani Kateterisasi Urine & Hasil yang Diharapkan

Pasien dengan masalah di bawah ini, biasanya perlu melakukan kateterisasi urin untuk mengosongkan kandung kemihnya.
  • Pasien dengan inkontinensia urine, atau saat pasien tidak dapat mengendalikan keluarnya urin. Sehingga, sering keluar tanpa disengaja.
  • Retensi urin, atau ketidakmampuan untuk mengeluarkan urin
  • Kondisi kesehatan seperti demensia, cedera tulang belakang, atau multiple sclerosis
Pasien yang menjalani prosedur pembedahan pada area kelamin atau prostat biasanya perlu menggunakan kateter pasca operasi untuk membantu mengeluarkan urin, karena organ sedang dalam masa penyembuhan.

Cara Kerja Kateterisasi Urine

Metode yang digunakan tergantung jenis kateter yang dipilih.
Kateter tetap umumnya dimasukkan melalui uretra. Namun, ada juga yang dimasukkan melalui lubang kecil yang dibuat di perut. Jika demikian, maka perlu dilakukan di lingkungan yang steril untuk mencegah infeksi.
Sedangkan kateter sementara dan kateter kondom dapat digunakan sendiri. Namun, harus diganti setiap hari karena alasan kebersihan.

Kemungkinan Komplikasi dan Resiko Kateterisasi Urine

Karena kateter perlu dimasukkan ke dalam tubuh dan bersentuhan langsung dengan limbah tubuh, infeksi cukup sering terjadi pada uretra, kandung kemih, dan ginjal (namun jarang terjadi). Infeksi lebih sering menyerang pasien yang menggunakan kateter dalam waktu lama. Infeksi ini dikenal dengan sebutan infeksi saluran kemih dan dapat diobati dengan antibiotik.
Masalah lainnya yang sering muncul adalah spasme kandung kemih, dengan gejala serupa seperti kram perut, cedera pada uretra, kencing batu, adanya darah pada urin, dan sumbatan uretra.
Pasien yang alergi pada lateks akan merasakan efek negatif, jika menggunakan kateter dengan bahan tersebut.
Ada juga komplikasi parah yang dapat dialami akibat kateterisasi urin, seperti:
  • Kerusakan ginjal, akibat penggunaan kateter tetap dalam jangka panjang
  • Infeksi pada darah, atau septikemia
  • Kencing batu
Jika pasien merasakan gejala di bawah ini, maka ia harus segera berkonsultasi dengan dokter. Di antaranya:
  • Kambuhnya spasme urin yang terasa semakin nyeri dari waktu ke waktu
  • Panas dingin atau demam
  • Pendarahan di dalam dan sekitar kateter
  • Adanya batu atau endapan pada kateter urin atau kantung kateter
  • Urin berbau menyengat
  • Urin kental dan keruh
  • Uretra di sekitar kateter membengkak
  • Peradangan kulit
  • Urin tidak keluar, meskipun pasien minum cukup banyak air
Di saat konsultasi, dokter akan melepaskan atau mengganti kateter, atau meresepkan bentuk pengobatan lainnya.

Rujukan:
  • Resnick NM. Incontinence. In: Goldman L, Ausiello D, eds. Goldman’s Cecil Medicine. 24th ed. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders; 2011:chap 25.

Tidak ada komentar: