Salju turun di pegunungan dieng jawa tengah indonesia, Candi Dieng berselimut Salju.
Kemarin malam, 30 Juli 2012 udara Dieng memang tidak seperti biasa. Meski Dieng memang terkenal dengan suhunya yang dingin namun dingin malam kemaren diluar kebiasaan, mendekati sekitar -2 derajat celcius. Kami menduga, embun upas atau yg lebih dikenal dengan sebutan salju Dieng akan turun. Pagi buta, ketika kami melihat keluar ternyata benar. Rerumputan di sekitar komplek candi arjuna terlihat memutih tertutup salju Dieng. Demikian pula rerumputan dilapangan dan lahan-lahan pertanian kentang penduduk.Salju Dieng -embun upas disekitaran komplek candi Arjuna |
Salju Dieng di rerumputan |
“Coba nanti kamu perhatikan kalau memasuki puncak bulan kemarau,
cuacanya akan sangat dingin sekali”, teringat akan kata-kata ibu
mertuaku beberapa waktu yang telah lalu. Ternyata apa yang disampaikan
beliau benar adanya.
Memasuki bulan Agustus di daerah Wonosobo cuaca sangat dingin,
bahkan di siang bolong pun hawa dingin seperti enggan beranjak meski
matahari sedang bunting sekalipun. Cuaca yang dingin diperkirakan
puncaknya jatuh pada pertengahan hingga akhir bulan Agustus ini.
Aku jadi teringat beberapa waktu yang telah lalu acapkali tiba-tiba
terlihat kabut yang sering turun seperti mengurung daerah kami. Jika
sudah begitu jarak pandang kita dapat terganggu.
foto: samudrabirucinta.blogspot.com |
Bertempat tinggal diantara lereng gunung sindoro dan gunung
sumbing, menjadikan daerah wonosobo merupakan salah satu kota dengan
ketinggian diatas rata-rata kota lainnya di indonesia.
Geografisnya yang pegunungan, dengan ketinggian antara 250 – 2.250
meter dpl. Sedang di daerah kami Kec. Kertek, Wonosobo rata-rata
ketinggian 700 – 1.150 meter dpl. (laman wikipedia)
Yang menarik dari perubahan cuaca pada musim kemarau ini adalah
fenomena yang terjadi di dataran tinggi Dieng yaitu fenomena embun salju
atau orang sekitar sering menyebutnya “embun upas”. Disebut embun salju
karena embun tersebut membeku dan menempal pada pucuk-pucuk dedaunan
dan rerumputan. Putih membentang, menghampar disepanjang lahan dan
padang ilalang.
Pemandangan yang cukup langka ini terjadi diantara bulan Agustus –
September. Sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi Anda yang hendak
menyaksikannya. Bagi yang belum pernah melihat salju barangkali dengan
datang ke dataran tinggi Dieng di bulan tersebut dapat menjumpai embun
bersalju.
Fenomena dibalik pesona embun salju di Dieng yang mengagumkan ini
bukan berarti tidak berdampak buruk. Bagi para petani terutama petani
kentang dengan adanya embun salaju atau embun upas ini merupakan sebuah
ujian tersendiri. Pasalnya tanaman kentang tidak tahan dengan embun
salju makanya orang sekitar menyebutnya embun upas (racun) karena
tanaman kentang bisa layu, mebusuk dan mati.
Namun terlepas dari itu “Menikmati Pesona Embun Salju di Dieng”
dimusim kemarau ini merupakan keasyikan tersendiri. Bagi penduduk di
dataran tinggi Dieng fenomena semacam ini sudah biasa. Menurut mereka
pada siang hari suhu mencapai 22-24 derajat celcius. Sedang pada malam
hari suhu bisa mendekati minus 5 derajat celcius. Sedang puncak beku
terjadi antara pukul 02.00 dini hari sampai 06.00 pagi hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar