Senin, 30 Juli 2012

Petai, Obat Hipertensi


Oleh : Bastomy Ali Burhan | 26-Jul-2012, 23:44:43 WIB
KabarIndonesia - Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang umul terjadi di masyarakat. Banyak orang yang menderita penyakit tersebut tetapi tidak menyadarinya. Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Penyakit ini dikenal juga sebagai heterodeneous group of disease karena dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur dan kelompok sosial ekonomi.
Stroke, hipertensi, dan penyakit jantung meliputi lebih dari sepertiga penyebab kematian.

Hal ini dikarenakan hipertensi dapat meningkatkan resiko penyakit jantung dua kali lipat dan meningkatkan resiko stroke delapan kali lipat dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami hipertensi.

Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer) karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya (Sustrani, 2004).

Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan angka kematian (mortalitas). Menurut WHO seseorang dapat dikatakan mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya > 140 mmHg tekanan sistolik dan >90 mmHg tekanan diastoliknya.

Menurut Basha (2004) hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah menjadi naik dan bertahan pada tekanan tersebut meskipun sudah relaks (Soeharto, 2002). Menurut Allison Hull (1996) hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan dan hampir tidak konstan pada arteri. Dimana tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah.

Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung), dan hipertrofi ventrikel kanan (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak yang berupa stroke, hipertensi menjadi penyebab utama stroke yang membawa kematian yang tinggi (Bustan, 2007).

Faktor Penyebab Terjadinya Hipertensi

Penyakit hipertensi dimulai dengan adanya atherosklerosis yaitu pengapuran atau penebalan dinding pembuluh darah. Kondisi ini bisa berlanjut menjadi kekakuan pembuluh darah yang disertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran plaque yang menghambat gangguan peredaran darah peripher.

Selanjutnya, kekakuan dan kelambanan (hambatan) aliran darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang akhirnya dikompensasi dengan peningkatan upaya pemompaan jantung yang lebih cepat. Peningkatan upaya pemompaan jantung mengakibatkan peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi, sehingga semakin cepat kerja jantung untuk memompa darah akan mengakibatkan tekanan darah semakin besar atau tinggi. Pada kondisi ini terjadilah penyakit hipertensi yaitu penyakit tekanan darah tinggi (Bustan, 2007).

Disamping itu, salah satu sistem yang berperan dalam pengaturan tekanan darah adalah sistem Renin-Angiotensin-Aldosterone. Renin dihasilkan ginjal yang akan mengubah angiotensin hati menjadi angiotensin I. Zat ini dengan bantuan Angiotensin Converting Enzyme (ACE) akan diubah menjadi angiotensin II dan akan menggertakkan otak untuk merangsang sistem saraf simpatikus. Angiotensin II juga menyebabkan retensi natrium (zodium) dan merangsang sekresi aldosteron, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.

Selain itu, hipertensi dapat disebabkan oleh merangsangnya pelepasan atau pengeluaran hormon adrenalin yang dapat meningkatkan frekuensi denyut jantung dan gangguan irama jantung. Seiring dengan meningkatnya frekuensi jantung maka menyebabkan tekanan darah semakin meningkat pula, dan pada akhirnya terjadilah hipertensi.
Adapun penyebab penyakit hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

1. Hipertensi esensial/primer, yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, dan ada kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%);
2. Hipertensi sekunder, yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain seperti kelainan pembuluh ginjal dan gangguan kelenjar tiroid (10%). Faktor ini biasanya juga erat hubungannya denagan gaya hidup dan pola makan yag kurang baik. Faktor makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak (obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi, merokok, dan minuman beralkohol.

Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka kemungkinan menderita hipertensi menjadi lebih besar.hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar homozigot (satu telur), apabila salah satumya menderita hipertensi. Fakta ini mendukung bahwa faktor kerununan mempunyai peran di dalam terjadinya hipertensi, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Meningkatnya risiko hipertensi karena faktor keturunan tidak dapat dihindari lagi, jika kedua orang tua mengidap hipertensi. Oleh sebab itu, untuk mengurangi risiko hipertensi diharuskan dapat mengontrol faktor-faktor risiko lainnya.

Adapun faktor-faktor lain yang mendorong terjadinya hipertensi antara lain stres, kegemukan (obesitas), pola makan, merokok dan olahraga. Banyak hasil penelitian yang sudah membuktikan hal ini. Pola hidup sering stres, berat badan diatas normal, pola makan tinggi lemak dan rendah serat, merokok serta kurang olahraga juga meningkatkan risiko terkena hipertensi.

Selain itu, hipertensi juga terjadi karena begitu banyaknya konsumsi lemak dan garam-garaman atau penguat rasa dalam makanan di era sekarang ini. Seperti contohnya penggunaan MSG atau vetsin serta kadar gula yang tidak terkontrol sudah menjadi bagian dari makanan cepat saji (junk food).Seperti diketahui, secara epidemiologis 30% penduduk dunia itu peka terhadap karacunan garam dapur (natrium/zodium) dan menyebabkan tekanan darah tinggi, sedangkan 50% disebabkan oleh kelebihan berat badan (obesitas).

Solusi Pemerintah tentang Hipertensi yang Pernah DiterapkanSemakin hari angka penderita hipertensi semakin bertambah, hal ini dikarenakan penderita kurang menyadari adanya peyakit tersebut. Selain itu hipertensi merupakan heterogeneous group of disease yaitu penyakit yang dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur dan kelompok sosial ekonomi. Karena sifatnya yang tanpa gejala, tanpa disadari penyakit ini telah menunjukkan jumlah penderita yang cukup besar.

Selain itu, hal ini disebabkan pula mahalnya biaya pengobatan penyakit hipertensi padahal pemerintah telah menyediakan berbagai macam pengobatan terhadap hipertensi. Adapun jenis-jenis obat hipertensi dapat berupa:

1. Anti hipertensi nonfarmakologi, yaitu tindakan pengobatan suportif sesuai anjuran Joint National Committee on Detenction, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure:
a. Turunkan berat badan pada obesitas.
b. Pembatasa konsumsi garam dapur.
c. Kurangi alkohol.
d. Menghentikan merokok.
e. Olahraga teratur.
f. Diet rendah lemak jenuh.
g. Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah).
2. Obat anti hipertensi:

a. Diuretika: pelancar kencing yang diharapkan mengurangi volume input. Pemberian diuretika sudah tidak terlalu dianjurkan sebagai langkah pertama dalam manajemen hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga daya pompajantung menjadi lebih ringan dan mengurangi tekanan darah. Selain itu, obat ini juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan menyebabkan hilangnya kalium melalui urine sehingga kadang-kadang diberikan kalium atau obat pecahan kalium.

b. Penyekat Beta (B-blocker), merupakan obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah melalui proses memperlambat kerja jantung dan memperlebar (vasodilatasi) pembuluh darah. Dengan demikian, jantung tidak bekerja terlalu keras dan tekanan darah menurun. Beta blocker bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada gilirannya menurunkan tekanan darah. Namun, jenis obat ini juga bisa memengaruhi naiknya angka trigliserin dan sedikit penurunan high-density lipoprotein (HDL) yang sering disebut sebagai kolesterol “baik”.

c. Antagonis kalsium (Calcium Channel Blockers), membantu agar pembuluh darah tidak menyempit dengan menghalangi kasium memasuki sel otot jantung dan pembuluh darah menjadi rileks sehingga tekanan menurun.

d. Inhibitor ACE (Anti Converting Enzyme), bekerja dengan menghambat pebentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Inhibitor ACE biasa digunakan untuk mencegah, mengobati atau meredakan gejala-gejala dalam beberapa kondisi seperti tekanan darah tinggi, penyakit arteri koroner, gagal jantung, serangan jantung, migrain, penderita dengan protein dalam urine yang disebabkan oleh penyakit ginjal menahun dan penyakit diabetes, serta pria yang menderita impotensi sebagai efek samping obat lain. Obat ini juga efektif untuk penderita hipertensi usia muda.
e. Obat anti hipertensi sentral (simpatokolitika), adalahobat anti-hipertensi yang bekerja di pusat kontrol sistem saraf di otak. Obat ini menurunkan tekanan darah dengan memperbesar arteri di seluruh tubuh.

f. Obat penyekat Alpha (Alpha Blockers), membuat otot-otot tertentu menjadi rileks dam membantu pembuluh darah yang kecil tetapi terbuka. Alpha blocker bekerja dengan menghalangi hormon norepinephrine (noradrenaline) dan menstimulasi otot di dinding arteri dan vena.
g. Pengendor pembuluh darah (Vasodilatator), adalah pengobatan dengan melebarkan pembuluh darah. Obat ini bekerja langsung pada otot-otot di dinding arteri, membuat otot rileks, dan mencegah dinding menyempit.

Petai sebagai Sayuran MultifungsionalPetai yang mempunyai nama ilmiah Parkia speciosa tumbuh di daerah tropis. Di Indonesia tanaman ini biasa disebut petai atau peuteuy, sedangkan di Thailand bisa disebut dengan sataw.

Berikut adalah klasifikasi tanaman petai berdasarkan tingkat`nnya:
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Rosidae
Ordo: Fabale.
Famili: Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus: Parkia
Spesies : Parkia speciosa.

Petai (Parkiaspeciosa) merupakan pohon tahun antropika yang tersebar luas di daerah Nusantara daerah barat. Pohon petai memiliki tinggi yang dapat mencapai 20 m dan bentuknya bercabang. Daunnya majemuk, tersusun sejajar. Bunga majemuk, tersusun dalam bongkol (khas Mimosoidae). Bunga muncul biasanya di dekat ujung ranting. Buahnya besar, memanjang, betipe buah polong.

Dari satu bongkol dapat ditemukan sampai belasan buah. Dalam satu buah terdapat hingga 20 biji, yang berwarna hijau ketika muda dan terbalut oleh selaput agak tebal berwarna coklat terang. Buah petai akan mengering jika masak dan melepaskan biji-bijinya (Maryati, 2007).

Petai memiliki sumber energi lebih banyak dibanding apel, petai memiliki protein empat kali lebih banyak, karbohidrat dua kali lebih banyak, tiga kali lipatfosfor, lima kali lipat vitamin A dan zat besi, dan dua kali lipat jumlah vitamin dan mineral lainnya. Petai merupakan sumber energi yang baik, yaitu 142 kkal per 100 g biji. Menurut penelitian petai juga mengandung 3 macam gula alami, yaitu sukrosa, fruktosa dan glukosa yang semakin bermanfaat karena dikombinasikan dengan serat (Maryati, 2007).

Riset membuktikan, dua porsi petai mampu memberikan tenaga yang cukup untuk melakukan aktivitas berat selama 90 menit. Karena itu, petai merupakan sumber energi yang potensial untuk mendukung berbagai aktivitas. Kandungan fosfor pada petai juga cukup baik, yaitu 115 mg per 100 g biji.

Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak setelah kalsium. Kurang lebih satu persen berat tubuh kita terdiri dari fosfor. DNA dan RNA di dalam tubuh kita terdiri dari fosfor dalam bentuk fosfat, demikian juga membran sel yang membantu menjaga permeabilitas sel. Sebagian besar fosfor diserap tubuh dalam ben¬tuk anorganik, khususnya di bagian atas duodenum hingga 70 persen. Pada umumnya jumlah fosfor yang dianjurkan untuk dikonsumsi oleh orang dewasa adalah 800 mg per hari, kira-kira sama dengan kalsium (Maryati, 2007).

Petai juga mengandung vitamin C yang cukup tinggi, yaitu 46 mg per 100 g biji. Vitamin C sangat penting perannya dalam proses hidroksilasi asam amino prolin dan lisin, menjadi hidroksiprolin dan hidroksilisin. Kedua senyawa ini merupakan komponen kola¬gen penting yang berperan dalam proses penyem¬buhan luka serta daya tahan tubuh melawan infeksi dan stres. Rata-rata kebutuhan tubuh akanvitamin C adalah 75 mg per hari pada wanita dan 90 mg per hari pada pria (Maryati, 2007).

Kandungan vitamin A pada petai juga cukup baik, yaitu 200 IU per 100 g. Vitamin A berperan menjaga agar kornea mata selalu sehat. Mata yang normal biasanya mengeluarkan mukus, yaitu cairan lemak kental yang dikeluarkan sel epitel mukosa, sehingga membantu mencegah terjadinya infeksi. Namun, bila kekurangan vitamin A, sel epitel akan mengeluarkan keratin, yaitu protein yang tidak larut dalam air dan mukus. Penelitian yang dilakukan oleh Widiarti (2002) membuktikan bahwa konsumsi petai sangat bermanfaat bagi kesehatan.

Selain nilai gizinya yang tinggi, petai juga mengandung beberapa senyawa kimia lain seperti Cyclic polysulphida dan Thiozoline-4-Carbocyclic (TCA), yang dapat digunakan untuk berbagai pengobatan (Maryati, 2007).

Petai sebagai Alternatif Baru Penanggulangan HipertensiTanaman petai sangat diremehkan oleh banyak masyarakat bahkan mendengar namanya saja kita sudah enggan, apalagi memakannya karena petai sendiri mengeluarkan bau yang tidak sedap dan bisa membuat kentut menjadi sangat bau. Bau tersebut sebenarnya berasal dariasam amino yang terdapat di dalam biji petai itu sendiri, namun asam amino itu didominasi oleh asam amino yang mengandung unsur sulfur (S).

Ketika terdegradasi atau terpecah-pecah menjadi komponen yang lebih kecil, asam amino itu akan menghasilkan berbagai komponen flavor yang sangat bau. Salah satu gas yang terbentuk dari unsur itu adalah gas H2S (hidrogen sulfida) yang terkenal sangat bau. Akan tetapi, untuk mengatasi bau petai dapat dilakukan dengan caramengunyah sedikit bubuk kopi selama beberapa menit, kemudian minum air putih dingin. Selain itu, konsumsi mentimun dan minum air hangat juga dapat mengurangi bau petai(Maryati, 2007).

Petai atau pete di masyarakat kita sudah sangat terkenal, khususnya masyarakat kalangan menengah ke bawah, buah petai memang seringkali menjadi menu makanan sehari-hari. Akan tetapi, banyak di antara kita yang belum mengetahui kandungan yang terdapat pada petai.

Bagian dari buah petai yang paling penting untuk dimanfaatkan adalah bijinya karena di dalam biji petai ternyata memiliki kandungan gula alami yaitu Sukrosa, Glukosa dan Fruktosa dengan kombinasi serat. Kombinasi kandungan ini mampu memberikan dorongan tenaga yang instan namun cukup lama dan cukup besar efeknya. Penelitian juga membuktikan bahwa petai tidak hanya memberikan energi, namun juga mampu mencegah bahkan mengatasi beberapa macam penyakit dan kondisi buruk sehingga tidak heran apabila petai menjadi salah satu makanan penting dalam makanan keseharian kita karena petai sanga mempunyai banyak manfaat di dunia kesehatan(Maryati, 2007).

Dari berbagai macam pengobatan yang sudah tersedia, banyak sekaliefek-efek samping lainnya yang timbul akibat pengobatan bagi penderita hipertensi yaitu salah satunya pengobatan diuretik yang dapat menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan menyebabkan hilangnya kalium melalui urine oleh karena itu dengan adanya vitamin B6 dan B12 yang dikandungnya bersama dengan kalium dan magnesium, membantu mengatasi penyakit darah tinggi atau hipertensi karena petai mengandung kalium yang berfungsi untuk menstabilkan kembali tekanan darah tersebut supaya menjadi normal kembali. Hal ini dikarenakan kalium yang terdapat pada petai berfungsi untuk mengatur detak jantung supaya tetap normal, sehingga mengakibatkan tekanan darah pun menjadi normal(Maryati, 2007).

Buah tropis unik ini sangat tinggi kalium, tetapi rendah garam, sehingga sangat sempurna untuk memerangi tekanan darah tinggi. Kalium merupakan kation penting di dalam cairan intraseluler yang berperan dalam keseimbangan pH dan osmolasitas. Tubuh manusia mengandung 2,6 mg kalium per kilogram berat badan bebas lemak, sel-sel syaraf dan otot banyak mengandung kalium.

Begitu tingginya kadar kalium yang terdapat dalam petai tersebut sehingga FDA Amerika mengizinkan perkebunan petai untuk melakukan klaim resmi mengenai kemampuan buah ini untuk menurunkan resiko tekanan darah dan stroke. Selain itu, menurut risetdalam"The New England Journal of Medicine", mengkonsumsi pete sebagai bagian dari makanan sehari-hari akan menurunkan resiko kematian karena stroke sampai 40%(Maryati, 2007).

Salah satu faktor dari terjadinya penyebab hipertensi yaitu stres dan obesitas (kegemukan). Dimana untuk mengatasi dua hal tersebut dapat pula diatasi dengan mengonsumsi petai.Salah satu survei menunjukkan bahwa di antara pasien penderita depresi atau stres, banyak yang merasa menjadi lebih baik setelah makan petai.Hal itu terjadi karena petai mengandung triptofan (suatu asam amino essensial), atau asam amino yang dapat diubah tubuh menjadi serotonin.Serotonin merupakan suatu neurotransmitter yang dapat memberikan efek kalem (calming effect).

Efek tersebut akan membuat tubuh menjadi rileks, mood membaik, dan secara keseluruhan dapat membuat seseorang merasa lebih bahagia. Hal itu disebabkan oleh kemampuan tirptofan untuk mengendurkan saraf di otak.Selain itu, ketika kita stress maka kecepatan metabolisme kita akan meningkat, sehingga akan mengurangi kadar kalium dalam tubuh. Hal ini dapat diseimbangkan lagi dengan bantuan makan petai yang tinggi kalium (Maryati, 2007).

Sedangkan untuk menurunkan obesitas (kegemukan), kita perlu menahan atau menghindari nafsu makan yang secara berlebihan atau tidak terkendali. Berdasarkan suatu laporan penelitian menyimpulkan bahwa, untuk menghindari nafsu makan kita butuh mengendalikan kadar gula dalam darah dengan ngemil makanan tinggi karbohidrat setiap dua jam untuk mempertahankan kadarnya tetap. Sehingga kandungan vitamin B6 yang terdapat dalam pete berfungsi untuk mengatur kadar gula darah, dan pada akhirnya dengan menurunnya obesitas diharapkan pula dapat mengurangi penyebab terjadinya hipertensi. (*)

Sumber :
Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT Rineka Cipta
Indriyani, Widian Nur. 2009. Deteksi Dini Kolestrol, Hipertensi & Stroke. Millestone
Jamila, Winasroi Falkhan. 2009. Hubungan Antara Stres Kerja dengan Keadian Hipertensi pada Pekerja Perusahaan Pialang Berjangka (Studi Kasus di PT.Russley Futures Indonesia Cabang Jember). Tugas Akhir. Jember: Universitas Jember
Maryati, Sri dkk. 2007. Biologi untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Gelora Aksara Pratama. Erlangga
Panjaitan, Ruth. 2009. Hubungan Antara Stres Kerja, Merokok dan Usia dengan Hipertensi pada Guru SMA Negeri di Jakarta Timur. Tugas Akhir. Jember: Universitas Jember
Sugiantoro, Moh. Yoki. 2010. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Laki-laki Usia 40 Tahun ke Atas (Studi pada Pasien Rawat Jalan di Poli Jantung RSD di Soebandi Jember).Tugas Akhir. Jember: Universitas Jember
Suhardjo dkk. Prinsip-prinsip Ilmu Gizi. Bogor: Kanisius

Tidak ada komentar: