Senin, 17 Maret 2014

REVOLUSI PUTIH


Latar Belakang Informasi Revolusi Putih

Revolusi Putih adalah gerakan meningkatkan konsumsi susu terutama bagi anak dan remaja agar terjadi peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia. Dengan tujuan agar terjadi peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui perbaikan gizi sejak dini.
Bagi negara, Revolusi Putih tidak sekedar meningkatkan konsumsi susu masyarakat tetapi juga produksi susu yang mampu menopang target konsumsi susu. Hal tersebut harus mulai dari politik anggaran yang memprioritaskan perbaikan sumber daya manusia Indonesia. Hasil riset UNDP (United Nations Development Program) untuk Indeks Pembangunan Manusia menyebutkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-124 dari 187 negara yang disurvei sehingga menempatkan Indonesia di bawah Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand dan Filipina di antara negara-negara ASEAN. Perlu adanya perbaikan gizi anak bangsa yang dimulai dengan segera dan dapat menginspirasi masyarakat Indonesia serta pemerintah untuk bergerak mencanangkan program perbaikan gizi secara serius dan konsisten.
Survei yang dilakukan Kementerian Pertanian Republik Indonesia pada tahun 2011 memaparkan fakta bahwa konsumsi susu di Indonesia paling rendah dibandingkan konsumsi susu di negara ASEAN maupun Eropa. Konsumsi susu masyarakat per kapita per tahun di Cina 24 liter, Vitenam 12,1 liter, Filipina 22,1 liter, Malaysia 22,1 liter, Thailand 33,7 liter, India 42,8 liter, dan Indonesia 11,9 liter. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa konsumsi susu masyarakat Indonesia hanya lima tetes sehari, masih sangat rendah.
Untuk rata-rata 11,9 liter perkapita berarti bahwa konsumsi susu masyarakat Indonesia hanya lima tetes sehari dengan 70 persen bahan baku susu masih dari luar negeri terutama dari Selandia Baru.
India adalah salah satu negara yang memulai Revolusi Putih pada tahun 1970 melalui programnya ‘Operation Flood’ yang diprakarsai oleh Dr. Verghese Kurien.
Revolusi Putih India yang berhasil meningkatkan produksi dan konsumsi susu, gizi masyarakat, dan ekonomi rakyat. Berkat Revolusi Putih yang dilakukan, India berhasil meningkatkan angka konsumsi susu masyarakatnya hingga mencapai 42,8 liter per kapita per tahun dan menjadi produsen susu terbesar di dunia.
Revolusi Putih di Jepang diawali dengan memberi susu kepada semua anak-anak sedini mungkin sekaligus memperkenalkan produk-produk selain susu cair/bubuk seperti yogurt, keju, gelato, es krim dan banyak variasi lain.
Di Indonesia prevalensi kekurangan gizi pada anak balita komposisinya sekitar 13 persen anak mengalami gizi kurang dan 4,9 persen gizi buruk sesuai dengan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010.
Revolusi Putih berfungsi sebagai upaya memperbaiki gizi bangsa dan mengurangi bahkan mengentaskan gizi buruk. Dengan memperbaiki gizi bangsa berarti memperbaiki kualitas sumber daya manusia, meningkatkan indeks perkembangan manusia serta meningkatkan kesejahteraan. Semakin tinggi kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan maka kemiskinan juga dapat berkurang.
Menurut Ketua Lembaga Penelitian Psikologi UI Prof. Dr. M. Enoch Markum, Revolusi Putih adalah Suatu Perubahan Sosial. Ia menyampaikan bahwa pada proses Revolusi Putih tidak sekedar sebagai usaha yang bertujuan melakukan perubahan sosial tetapi juga berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat, peningkatan gizi anak dan ibu, serta peningkatan kualitas manusia pada aspek kesehatan. “Dalam usaha Revolusi Putih sebagai perubahan sosial terdapat fokus untuk melakukan kecenderungan perubahan psikologis dan perilaku yang meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, cara pandang, dan predisposisi tingkah laku,” jelasnya.
Untuk mendukung pencapaian Revolusi Putih perlu dilakukan perubahan struktur dan kultur di masyarakat, ketersediaan dan akses terhadap susu yang mudah, serta manfaat dari kandungan susu itu sendiri yang diakui dan disadari oleh masyarakat.
Pada awal tahun 1950-an Prof Poorwo Sudarmo (Bapak Gizi Indonesia) mencetuskan empat sehat lima sempurna dengan menempatkan susu pada urutan terakhir. Program peningkatan gizi tersebut sempat berjalan dengan baik selama beberapa waktu namun tidak mampu dijalankan secara konsisten dan nasional sehingga peningkatan gizi anak bangsa belum mencapai target yang diinginkan dan mengubah kualitas penduduk bangsa Indonesia seperti pada negara Jepang, Cina dan India.
Khasiat susu sebagai makanan tambahan dan gizi utama:
“Satu gelas susu mengandung 150 kalori dan sekitar delapan gram lemak. Delapan ons (sekitar 235 ml) susu skim (rendah lemak), menghasilkan 90 kalori.” -Vandana Sheth, juru bicara untuk Academy of Nutrition and Diabetetic
“Susu merupakan sumber protein yang lengkap, kaya kalsium, vitamin D dan potasium. Susu memiliki delapan gram protein dan 12 gram karbohidrat dalam setiap gelasnya. Susu sapi murni - tanpa fortifikasi - mengandung 300 miligram kalsium, dapat mencukupi 30 persen dari jumlah asupan harian yang direkomendasikan untuk kebanyakan orang dewasa. Selain itu segelas susu memiliki vitamin D yang sangat diperlukan oleh tubuh dan setengah asupan harian vitamin B12 yang direkomendasikan.” - Dr Amanda Powell, dari Medicine Endocrinology, Diabetes and Nutrition Department di Boston Medical Center
“Jika dirata-ratakan, orang Indonesia hanya minum susu sembilan hari sekali. Konsumsinya masih rendah, padahal kandungan gizinya sangat banyak,” ujar dokter spesialis gizi klinik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Dr dr Fiastuti Witjaksono MSc MS SpGK.

Tidak ada komentar: