Senin, 12 Maret 2018

Jejak politik trah Cendana


Senin, 12 Maret 2018 07:00 Reporter : Dedi Rahmadi
Pengundian nomor urut Parpol peserta Pemilu 2019. ©2018 Merdeka.com/Iqbal S Nugroho
Merdeka.com - Karier politik keluarga Presiden kedua RI Soeharto seakan tenggelam seiring jatuhnya rezim Orde Baru tahun 1998. Beberapa tahun berlalu, anak-anak Soeharto kembali bertaji di jagat politik Tanah Air salah satunya Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto.

Tommy sempat mencoba mengibarkan bendera keluarga Cendana dengan mencoba kembali ingin menguasai Partai Golkar pada Munaslub di Riau. Sayang, tak satupun suara memilih Tommy. Di situ, Aburizal Bakrie (Ical) terpilih sebagai ketua umum. Di urutan kedua Surya Paloh dan ketiga Yuddy Chrisnandi.
Kecewa dengan Golkar, Tommy coba membuat partai baru yakni Partai Nasional Republik. Sayang partainya tak lolos verifikasi dan gagal jadi kontestan Pemilu 2014.
Tak patah arang, Tommy kembali bikin Partai Berkarya. Partai ini akhirnya lolos verifikasi Kemenkum HAM dengan nomor M.HH/20.AH.11.01 tahun 2016. Partai Berkarya adalah gabungan dari Partai Nasional Republik dan Beringin Berkarya yang sempat dibentuknya dulu.
Karier politik Tommy makin moncer. Tommy didaulat menjadi Ketua Umum Partai Berkarya. Partai tersebut lolos menjadi peserta Pemilu 2019. Sebagian kalangan menganggap kehadiran partai tersebut sebagai kebangkitan era orde baru dengan menjual sosok dan masa keemasan Presiden Soeharto.
"Rakyat makin tahu, mana yang lebih enak dan enggak enak. Biarlah nanti rakyat yang menentukan, rakyat yang menilai zamannya siapa yang lebih enak," kata Tommy.
Tak cuma Tommy, karir politik cemerlang dimunculkan oleh Siti Hediati Hariyadi alias Titiek Soeharto. Mantan istri Prabowo Subianto ini kini menjadi anggota DPR dari Partai Golkar periode 2014-2019. Bahkan Titiek sekarang menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pakar Partai Golkar.

Titiek Soeharto 2013 Merdeka.com Titiek menggelar acara Bulan HM Soeharto untuk mengenang jasa Presiden kedua RI dalam bidang pembangunan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Minggu (11/3).
"Enggak ada urusan kebangkitan politik keluarga kami. Kami selamanya selalu concern untuk kesejahteraan rakyat Indonesia. Jadi di mana pun, kapan pun, bagaimana meneruskan cita-cita Pak Harto dan cita-cita para pendiri bangsa. Jadi bukan berarti baru sekarang" ucap Titiek di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Minggu (11/3).
Dia heran dengan dihembuskannya kembali isu upaya membangkitkan kembali orde baru dengan kehadiran partai yang digagas adiknya. Sebab, kata dia, isu tersebut pernah muncul saat Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) berencana mengusung Siti Hardiyanti Rukmana atau Mbak Tutut maju sebagai calon presiden di Pilpres 2014.
Namun, sayangnya PKPB saat itu hanya memperoleh suara 2,11 persen, sehingga rencana mengusung Tutut pun sirna. Bukan hanya itu, sebelum bersama Partai Berkarya, Pemilu 2014 Tommy pernah mendaftarkan Partai Nasional Republik (Nasrep).
"Jadi bukan berarti baru sekarang ya. Perasaan dari dulu sudah ada partainya Mba Tutut. Semua tujuannya sama," ungkap Titiek.
Dia menyebut, acara Bulan HM Soeharto sebagai ungkapan syukur atas capaian ayahnya sebagai Presiden. Buktinya, Soeharto dinobatkan sebagai Bapak Pembangunan.
"Merupakan wujud syukur kami atas apa yang dicapai negara di bawah kepemimpinan beliau. Keberhasilan pembangunan yang mendapat pengakuan dari dalam dan luar negeri," ucap Titiek.

Tutut Soeharto REUTERS Seperti diketahui, putri pertama Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana atau yang akrab disapa Tutut sempat mencalonkan diri sebagai presiden tahun 2004, namun gagal total. Partai Karya Peduli Bangsa milik Tutut hanya menjadi partai gurem. Meskipun, partai tersebut didukung oleh para menteri era Orde Baru. Bisa jadi, saat itu masyarakat masih trauma dengan kepemimpinan Soeharto yang terkenal otoriter.
Sementara Bambang Trihatmodjo, Sri Hutami Endang Adiningsih, Sigit Harjojudanto memilih untuk tak ikut-ikutan terjun ke dunia politik. Mereka sibuk mengurus bisnisnya masing-masing. [ded]

Tidak ada komentar: