Kamis, 30 Januari 2014

Elektabilitas Jokowi Menurun, Ini Alasannya, Prabowo Moncer, Jokowi Terpuruk,

Elektabilitas Jokowi Menurun, Ini Alasannya

Sabtu, 28 Juni 2014, 19:05 WIB
Capres nomor urut 1 Joko Widodo saat menghadiri kampanye terbuka di Lapangan Rejomulyo, Madiun, Jawa Timur, Sabtu (28/6).
Capres nomor urut 1 Joko Widodo saat menghadiri kampanye terbuka di Lapangan Rejomulyo, Madiun, Jawa Timur, Sabtu (28/6).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PDIP dinilai terlalu percaya diri akan memenangkan pemilihan presiden (Pilpres) 9 Juli mendatang. Hal itu menjadi blunder lantaran kini elektabilitas Jokowi telah terlampaui Prabowo.“Pertama, PDIP menganggap sebelah mata elektabilitas Prabowo. Menurut saya, psikologi politik yang dibangun PDIP ini terlampau prematur," kata pengamat politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Rendy Pahrun Wadipalapa kepada wartawan, Sabtu (28/6).

Rendy mencontohkan, bentuk rasa jemawa itu terungkap dari pernyataan Jokowi akan menang, meski dipasangkan dengan siapa pun. “Saat itu banyak sekali statemen dari pengamat yang bilang jika Jokowi dipasangkan dengan sandal jepit pun bisa jadi presiden,” katanya.

Kesalahan kedua, kata dia, adanya kubu yang tida solid dalam tubuh parpol pengusung. PDIP sendiri tidak satu kata dalam mengangkat Jokowi. “Polarisasi dan konflik internal inilah yang ikut menyurutkan elektabilitas Jokowi,” kata Rendy.

Ketiga adalah, strategi di media sosial. “Dengan memakai Jasmev sebagai unjung tombak, dia hanya memindahkan strategi ketika gubernur Jakarta ke pemilihan presiden,” kata Rendy.

Menurut Rendy, media sosial memang penting untuk mengejar kue kelas menengah sekaligus pemilih pemula. Namun tipikal pemilih Indonesia sangat berbeda dengan Jakarta. “Kesibukan berlebihan di sosmed membuat timses Jokowi kecolongan dalam menggarap daerah dan massa riil,” kata Rendy.

Sebelumnya, laman The Sidney Morning Herald, Kamis (26/6), melaporkan sejumlah lembaga survei yang memiliki hubungan dengan Joko Widodo menahan publikasi hasil survei yang sudah dilakukan. Pasalnya, survei tersebut dikhawatirkan akan membuat mendorong para pemilih untuk mengalihkan dukungannya ke Prabowo.

Survei FSI: Prabowo Capres yang Disukai Masyarakat

Ralian Jawalsen Manurung
Prabowo Subianto (Jaringnews/ Dwi Sulistyo)
Prabowo Subianto (Jaringnews/ Dwi Sulistyo)
Jokowi dinilai elektabilitasnya menurun.
JAKARTA, Jaringnews.com - Prabowo Subianto menempati keterpilihan tertinggi dengan elektabilitas sekitar 33,6 persen hasil jejak pendapat Masyarakat yang di rilis Fokus Survei Indonesia (FSI)  terkait elektabilitas calon presiden menjelang pelaksanaan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014.

Direktur FSI, Soedarsono mengatakan, pengetahuan masyarakat terhadap tokoh partai politik lebih banyak memlih Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra tersebut.

"Prabowo-Gerindra 33,6 persen, Mega-PDI-Perjuangan 18,2 persen, ARB-Golkar 12,3 persen, Akbar Tanjung - Golkar 8,4 persen, Amin Rais-PAN 7,1 persen, Wiranto-Hanura 5,2 persen," papar Sudarsono Hadisiswoyo di Bumbu Desa, Cikini, Jakarta, Rabu (29/1).

Yang mengejutkan dalam temuan survei FSI ini adalah terkait elektabiltas Jokowi-PDIP yang menurun. Elektabilitas Jokowi dalam temuan survei FSI ini hanya mencapai 5,2 persen, Pramono Edhi- Partai Demokrat 3,7 persen, Any Yudhoyono-PD 2,7 persen, Muhaimin Iskandar-PKB 1,4 persen, Yusril Ihza Mahendra 1,1 persen.

"Surya Paloh-NasDem 1,1 persen, Sutiyoso-PKPI 1,1 persen, Suryadharma Ali 0,9 persen, Hidayat Nur Wahid-PKS 0,8, Hatta Rajasa-PAN 0,7 persen," katanya.

Keterpilihan Prabowo, lanjutnya, menunjukan bahwa masyarakat lebih suka sosok dan gaya kepemimpinannya. Karena di anggap lebih dapat membawa perubahan yang lebih baik.

"Survei FSI di laksanakan mulai tanggal 3-21 Januari 2014, dengan metode multistage random sampling dari sempel populasi jumlah DPT pemilu 2014 yang di tentukan KPU sebanyak 186.612.255 pemilih," bebernya.

Responden dari sampel yang di tetapkan, kata Darsono, sebanyak 3274 tetapi yang berhasil di analisis sebanyak 3256 sampel. Sedangkan toleransi kesalahan (margin of error) sebesar 1.72 persen! dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Rabu, 29 Januari 2014 , 20:40:00, 
JAKARTA - Hasil penelitian Fokus Survei Indonesia (FSI) menempatkan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto di posisi pertama dalam hal elektabilitas calon presiden (capres). Prabowo berada di posisi teratas dalam hal elektabilitas dengan raihan 33,6 persen.
Menurut Direktur FSI, Soedarsono, tingginya elektabilitas Prabowo karena rasa penasaran masyarakat yang ingin lebih mengenal sosok mantan Danjen Kopassus TNI itu. Soedarsono menyebut tingginya elektabilitas Prabowo menunjukan bahwa masyarakat lebih suka sosok dan gaya kepemimpinan yang dianggap dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik bagi Indonesia.
"Bangsa kita buruh strong leadership, tegas, menyelesaikan kasus korupsi, mencegah disintegrasi bangsa yang terjadi agar kita tidak dilecehkan pihak-pihak asing. SBY - Boediono tingkat kepercayaan masyarakat menurun. Keinginan perubahan yang tegas saat ini melihat Pak Prabowo," kata Soedarsono dalam jumpa pers di Cikini, Jakarta, Rabu (29/1).
Sementara di bawah Prabowo, ada nama Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Presiden RI kelima itu berada di peringkat kedua dengan elektabilitas 18,2 persen. Sedangkan di posisi ketiga ada nama Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie (12,3 persen), Akbar Tanjung (8,4 persen), Amien Rais (7,1 persen) dan Wiranto 5,2 persen.
Yang mengejutkan, survei FSI menempatkan elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi di posisi bawah. Padahal, nama Jokowi selama ini selalu merajai hasil survei.
Berdasarkan survei FSI, elektabilitas Jokowi hanya mencapai 5,2 persen. Di bawah Jokowi ada nama mantan Kepala Staf TNI AD (KSAD) Pramono Edhie Wibowo (3,7 persen), Ani Yudhoyono (2,7 persen), Muhaimin Iskandar (1,4 persen) , Yusril Ihza Mahendra (1,1 persen), Surya Paloh (1,1 persen), Sutiyoso (1,1 persen). Sedangkan tiga nama petinggi partai politik ada di daftar nol koma, yakni Suryadharma Ali (0,9 persen), Hidayat Nur Wahid (0,8 persen) dan Hatta Rajasa (0,7 persen).
Landas mengapa elektabilitas Jokowi versi FSI tak setinggi survei-survei lain?  Sudarsono membeber sejumlah alasan. Di antaranya, Jokowi tak menuntaskan jabatannya sebagai Wali Kota Surakarta, ditambah persoalan-persoalan saat ini politisi PDI Perjuangan itu sudah menjabat sebagai gubernur.
"Apalagi, Jokowi belum mampu menghadapi tekanan yang lebih besar. Selain itu, PDI Perjuangan juga belum tentu mencalonkan Jokowi pada Pilpres 2014," papar Soedarsono.
Survei FSI dilaksanakan pada 3 Januari - 21 Januari 2014 dan menggunakan metode multistage random sampling dengan jumlah sampel 3.274. Sampel yang berhasil dianalisis sebanyak 3.256.
Survei ini dilakukan dengan wawancara tatap mudak dengan margin error sekitar 1,72 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. Survei ini juga dilakukan di seluruh kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Adapun sumber pendanaan berasal dari Ausesia Consultant Pte Ltd yang berkedudukan di Australia. (dil/jpnn)

Tidak ada komentar: