Kamis, 03 April 2014

Masyarakat Mulai Bosan, Elektabilitas Jokowi Cenderung Turun, Elektabilitas Prabowo-Hatta Semakin Melesat

Elektabilitas Prabowo-Hatta Semakin Melesat
Kamis, 12 Juni 2014 08:26 WIB
Elektabilitas Prabowo-Hatta Semakin Melesat
Jokowi-JK

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemilihan Presiden 2014 yang tinggal tiga minggu lagi mulai memasuki tahapan yang semakin mendebarkan. Waktu untuk menentukan masa depan bangsa lima tahun ke depan semakin dekat waktunya.

Bersamaan dengan itu, persetujuan dan dukungan publik terhadap pasangan Prabowo-Hatta semakin meningkat eskalasinya. Dimulai dengan ribuan  orang yang mendatangi Rumah Polonia sebagai Sekretariat Tim Kampanye Nasional Prabowo-Hatta mendeklarasikan dukungan mereka kepada Prabowo-Hatta.

Dukungan mengalir dari seluruh lapisan masyarakat dan penjuru Indonesia. Di tengah-tengah begitu derasnya dukungan tersebut, arus dukungan kepada Prabowo-Hatta terbukti dengan melesatnya elektabilitas Prabowo-Hatta secara signifikan menjelang Pemilihan Presiden 2014.

Hal ini berdasarkan kepada analisa yang dilakukan tim Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID) yang dihimpun dari beberapa hasil survey terkini, Fokus Survei Indonesia (FSI) Survei dan Polling Indonesia (SPIN), Lembaga Survei Indonesia (LSI), Populi Center, dan Pusat Data Bersatu (PDB).

Jajat Nurjaman, Direktur Eksekutif NCID, mengatakan bahwa salah satu alasan semakin menanjaknya elektabilitas Prabowo-Hatta disebabkan oleh sudah mulai bosannya masyarakat dengan gaya pencitraan yang dilakukan pasangan Jokowi-JK, serta cara tim suksesnya yang cenderung selalu memojokan pasangan lain.Berikut hasil survei terbaru elektabilitas pasangan capres-cawapres;

 • SPIN (Prabowo-Hatta 44,9% dan Jokowi-JK 40,1%), • Lembaga Survei Indonesia (LSI) (Prabowo-Hatta 35% di DKI, 33,53 di Banten dan Jokowi-JK 30,66% di DKI, 26,25% di Banten),

• Populi Center (Prabowo-Hatta 36,9% dan Jokowi-JK 47,5%)
• PDB (Prabowo-Hatta 26,5% dan Jokowi-JK 32,2%).
Budi Purnomo, Direktur Komunikasi dan Media Tim Kampanye Nasional Prabowo-Hatta, mengatakan dirinya bersyukur dengan dukungan publik tersebut.

"Kami terutama sangat bersyukur, bahwa di tengah-tengah begitu banyak tudingan terhadap kami mengenai kampanye hitam yang menghantam kami, ternyata masyarakat tidak terpancing dengan isu-isu yang sengaja diciptakan untuk menjatuhkan Prabowo-Hatta," katanya.

Dirinya juga bersyukur masyarakat kemudian mampu melihat komitmen dan profesionalitas kami dalam melaksanakan kampanye yang damai dan bersih dari kampanye hitam.
Penulis: Wahyu Aji
Rabu, 2 April 2014 | 20:58 WIB
Kompas.com/Kurnia Sari Aziza Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (tengah) saat meninjau jalan inspeksi di Jati Pulo, Jakarta, Minggu (5/1/2014).

JAKARTA, KOMPAS.com — Survei Pusat Data Bersatu (PDB) menunjukkan, elektabilitas bakal calon presiden Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Joko Widodo alias Jokowi mengalami penurunan. Peneliti PDB Agus Herta Sumarto mengatakan, lembaganya membandingkan dengan data elektabilitas para capres mulai September 2013.


“PDB mengukur elektabilitas para bakal capres mulai dari bulan September 2013 lalu, hingga bulan Maret 2014 kemarin,” kata Agus saat memaparkan hasil survei PDB, di Jakarta, Rabu (2/4/2014).

Pada September 2013, kata dia, elektabilitas Jokowi sebesar 36 persen. Sebulan kemudian naik menjadi 37,6 persen. Namun, pada bulan November, elektabilitas Jokowi turun menjadi 33,5 persen. Pada Januari 2014, elektabilitas Jokowi turun cukup jauh ke angka 28 persen. Sementara pada Februari 2014, elektabilitas Jokowi kembali naik menjadi 31,4 persen. Namun, pada bulan Maret kembali turun ke angka 29,8 persen.
“Dengan catatan, bulan Maret yang kami ukur di sini adalah 1-14 Maret, sebelum Jokowi dideklarasikan. Setelah deklarasi, mungkin suaranya akan naik lagi, namun grafik sejauh ini menunjukkan suara Jokowi turun,” ujar Agus.

Menurut Agus, penurunan elektabilitas Jokowi karena masyarakat mulai bosan dan jenuh terhadap ekspose media terhadap Gubernur DKI Jakarta itu.
 “Jokowi ini terlalu lama diekspos oleh media. Tapi isunya itu-itu saja, kalau suaranya mau naik lagi harus ada isu hangat yang positif. Mungkin isu deklarasinya kemarin bisa membuat suara dia naik,“ kata Agus.

Sementara itu, Chairman PDB Didik J Rachbini menilai, penurunan suara Jokowi karena banyaknya masalah yang terjadi selama dia menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. “Masyarakat sudah mulai kritis melihat berbagai masalah, seperti kasus pengadaan bus transjakarta, monorel, banjir, itu kan belum bisa diselesaikan,” ujar Didik.

Survei ini dilakukan pada 7-14 Maret 2014, sebelum Jokowi dideklarasikan sebagai bakal capres PDI-P. Wawancara dilakukan melalui telepon dengan dipilih secara acak. Jumlah sampel sebanyak 1.500 responden di 33 provinsi atau 170 kota besar di seluruh Indonesia. Margin of error lebih kurang 2,5 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Survei dibiayai oleh PDB sendiri.

Tidak ada komentar: