Jokowi dinilai Ruhut mencuri start kampanye
Senin, 2 Juni 2014, 14:09
Yudho Raharjo, Nur Eka Sukmawati
Juru Bicara Partai Demokrat Ruhut Sitompul. (ANTARAFOTO/Rosa Panggabean) (ANTARAFOTO/Rosa Panggabean)
VIVAnews - Juru bicara Partai Demokrat, Ruhut Sitompul, menilai curi start kampanye yang diduga dilakukan calon presiden Joko Widodo bagian dari demam panggung.
"Curi start bagian demam panggung, karena sudah bermimpi nomor satu," ujarnya di Gedung DPR Jakarta, Senin 2 Juni 2014.
Menurut anggota Komisi Hukum DPR-RI itu, demam panggung yang mendera Jokowi terjadi, karena Gubernur DKI Jakarta itu belum bisa mengubah diri.
"Kinerja sebagai gubernur nggak selesai, sekarang sudah mau memegang 33 provinsi," ungkapnya.
Terkait dukungan suara dari Partai Demokrat, Ruhut meminta agar publik menunggu hasil laporan Ketua Harian Partai Demokrat Syarief Hasan ke Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. "Tunggulah tanggal 3 Juni," ujarnya.
"Curi start bagian demam panggung, karena sudah bermimpi nomor satu," ujarnya di Gedung DPR Jakarta, Senin 2 Juni 2014.
Menurut anggota Komisi Hukum DPR-RI itu, demam panggung yang mendera Jokowi terjadi, karena Gubernur DKI Jakarta itu belum bisa mengubah diri.
"Kinerja sebagai gubernur nggak selesai, sekarang sudah mau memegang 33 provinsi," ungkapnya.
Terkait dukungan suara dari Partai Demokrat, Ruhut meminta agar publik menunggu hasil laporan Ketua Harian Partai Demokrat Syarief Hasan ke Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. "Tunggulah tanggal 3 Juni," ujarnya.
Sebelumnya tim advokasi Prabowo-Hatta akan melaporkan dugaan
pelanggaran kampanye dalam pidato yang dilakukan Jokowi di kantor Komisi
Pemilihan Umum. Hal itu, diungkapkan anggota tim advokasi
Prabowo-Hatta, Habiburokhman, dalam pesan singkat kepada VIVAnews.
"Pelaporan dugaan pelanggaran kampanye pidato Jokowi dan pemutaran lagu Jokowi-JK di KPU ke Bawaslu," ujar dia.
Laporan tersebut akan dilayangkan kepada Bawaslu sekitar pukul
11.00 WIB. Setelah pelaporan dilakukan, rencananya tim advokasi
Prabowo-Hatta juga akan menggelar konferensi pers.
Sebelumnya, Jokowi diberikan kesempatan untuk memberikan sambutan
usai mengambil nomor urut. Jokowi bersama wakilnya, Jusuf Kalla akhirnya
mendapatkan nomor urut dua.
"Nomor dua, simbol keseimbangan. Ada capres, ada cawapres. Ada mata
kanan, ada mata kiri. Ada tangan kanan kiri. Semua harmoni dalam
sebuah keseimbangan. Dan, untuk menuju Indonesia yang harmoni penuh
keseimbangan, pilihlah nomor dua," kata pria yang masih menjabat sebagai
Gubernur DKI Jakarta itu. (asp)
JAKARTA, KOMPAS.com - Peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat, Pramono Edhie Wibowo, mendukung sikap bakal capres Partai Gerindra Prabowo Subianto yang kerap menyinggung mengenai capres boneka. Menurutnya, capres boneka memang tidak layak untuk memimpin Indonesia.
"Kalau saya jadi presiden, tidak mau jadi boneka. Mau boneka asing atau boneka dalam negeri," kata Pramono saat menghadiri kampanye Partai Demokrat di JiExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (3/4/2014) siang.
Dia khawatir, jika nantinya presiden Indonesia bermental boneka, Indonesia bisa dengan mudah dikontrol oleh negara luar, khususnya negara superpower seperti Amerika Serikat. "Indonesia negara besar masa indonesia jadi boneka. Amerika tak boleh ikut campur dalam menentukan pemimpin indonesia. Itu hak penuh rakyat Indonesia," ujarnya.
Hal yang sama disampaikan oleh juru bicara Partai Demokrat, Ruhut Sitompul. Ruhut yang mendukung pencalonan Pramono sebagai capres menilai bahwa pernyataan yang kerap dilontarkan Prabowo itu ada benarnya.
"Jadi rakyat perlu awasi semua capres yang didukung parpol, sebenarnya yang dikatakan Prabowo harus dihormati. Bahkan rekam jejak juga perlu dilihat. Perkataan Prabowo harus disambut positif, jangan capres atau presiden jadi boneka," kata Ruhut.
Dalam kampanye akbar Partai Gerindra di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (23/3/2014), Prabowo mengatakan bahwa Pemilu 2014 menjadi pertarungan antara yang ingin Indonesia berdaulat dan yang ingin Indonesia dikuasai antek asing.
Prabowo mengatakan, Partai Gerindra tidak membenci pihak asing. Ia siap bekerja sama sebagai sahabat, mitra, partner, dan sekutu negara lain. Kendati demikian, kerja sama itu tidak berarti bahwa bangsa Indonesia berlutut di hadapan bangsa lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar