Sabtu, 27 Mei 2017 – 19:44 WIB
jpnn.com, JAKARTA - Pemilihan presiden 2019 butuh kehadiran tokoh baru di luar nama-nama yang selama ini muncul sebagai kandidat calon presiden.
Hal ini agar masyarakat juga punya alternatif pilihan lain yang dinilai cukup baik untuk memimpin Indonesia periode 2019-2024.
"Memang
sekarang orang itu belum terlihat. Nah ini yang harus didorong oleh
media massa, masyarakat sipil dan lain-lain mencari tokoh baru," ujar
peneliti dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya
Fernandes kepada JPNN, Sabtu (27/5).
Menurut Arya, penantang terberat Jokowi pada pilpres mendatang masih Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Namun sayangnya popularitas mantan Danjen Kopassus tersebut dinilai stagnan.
"Saya
kira ini pekerjaan rumah (bagi Prabowo,red) yang harus dijawab
bagaimana mengakhiri stagnasi ini. Paling tidak agar massa pendukungnya
di pilpres 2014 lalu bisa dipertahankan," ucap Arya.
Saat ditanya peluang Jusuf Kalla maju pada pilpres 2019 mendatang, Arya menilai kecil kemungkinan mampu melawan Jokowi.
Apalagi basis suara JK lemah di Pulau Jawa dan hanya punya basis suara di sebagian wilayah Indonesia timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar