Sabtu, 06 Mei 2017

Pernah 'Musuhan' Prabowo saat Pilpres, Inilah Sebab Anies Tiba-tiba Dipakai Lawan Ahok dan Menang

Pernah 'Musuhan' Prabowo saat Pilpres, Inilah Sebab Anies Tiba-tiba Dipakai Lawan Ahok dan Menang
TRIBUNNEWS.COM
Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto dan Gubernur DKI Jakarta terpilih usungan Partai Gerindra, Anies Rasyid Baswedan. 
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Founder Bosowa Corporindo, Aksa Mahmud (73), akhirnya bicara tentang pencalonan Anies Rasyid Baswedan pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode tahun 2017 hingga 2022.
Aksa dan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto adalah tokoh kunci di balik paket Anies dan calon Wakil Gubernur, Sandiaga Uno.
Aksa membenarkan bahwa Wakil Presiden RI, Muhammad Jusuf Kalla (JK) juga bicara dengan Prabowo sebelum paket Anies dan Sandi, sapaan Sandiaga, diresmikan.
Cerita Aksa itu disampaikan secara kebetulan di gedung kantor Tribun Timur, Jl Cendrawasih nomor 430, Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (4/5/2017 ) malam.
Di sela kunjungan Wakil Ketua MPR RI periode tahun 2004 hingga 2009 di kantor Tribun bersama Rektor Universitas Diponegoro (Undip) Prof Dr Yos Johan Utama SH M Hum dan 10 guru besar, cerita itu terungkap.
Awalnya, seorang guru besar Undip memperlihatkan kepada Aksa berita online melalui telepon selulernya.
“Ini, Pak. Pak Romi (Ketua Umum DPP PPP Romahurmuziy) bilang, Bapak yang yang pertama kali diajukan Anies Baswedan,” kata seorang Guru Besar Undip sambil mendekatkan layar telepon selulernya kepada Aksa.
“Jadi, begini ceritanya. Cukup lama juga untuk meyakinkan Pak Prabowo bahwa Pak Anies ini harus kosong satu, tapi setelah kita lakukan beberapa kali pertemuan dan Prabowo sudah setuju, saya telepon Pak JK ke Amerika, saya minta bicara dengan Prabowo. Lalu bicaralah JK ke Prabowo. Pak JK hanya bilang, ‘Kalau mau menang, Anies kosong satu’. Itu saja yang dibilang Pak JK,” kata Aksa disambut tawa Rektor Undip dan 10 guru besar.
Rombongan Rektor Undip berkunjung di gedung kantor Tribun setelah berziarah di Makam Pahlawan Nasional, Raden Mas Ontowiryo atau yang dikenal dengan Pangeran Diponegoro (1785-1855) di Jl Pangeran Diponegoro, Kelurahan Melayu, Kecamatan Wajo, Makassar.
Ziarah ini difasilitasi oleh Aksa yang juga anggota Majelis Wali Amanah (MWA) Undip, Semarang, Jawa Tengah.
Ikut mendengar cerita Aksa, antara lain, Prof Dr Esmi Warassi P, Prof Dr Ir Bambang Pramudono MS, Prof Dr Yos Johan Utama SH MHUm, Prof Dr Sugeng Wahyudi MM, Prof Dr Ir Sunarso MS, Prof Dr Ir Ambarianto Msc, Prof Dr Ir M Arifin MSC, Tarmizi Ahmad MBA PhD, Dr Ir Bambang Purwanggono Megn, dan DR Ing Asnawi ST.
Selain itu dari staf Sekretariat MWA dan rektorat, antara lain Arsiani Sulasmiwati MPd, Fawwas MMCDp, Budi Setiono, Herniwati Retnohandayani, Imam Nurcahyono, dan Fauzan Azimah.
Lobi Langitan
Perbincangan seputar kehadiran “tiba-tiba” Anies menjadi calon gubernur dipicu oleh pernyataan Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN), Zulkifli Hasan, Selasa (2/5/2017).
"Dulu, terus terang, saudara Anies itu tidak ada yang mau. Ini saya buka rahasianya," kata Zulkifli.
Hanya saja, Zulkifli hanya menyebut peran sentral JK.
"Jam 12 malam sampai jam 1 pagi itu ada intervensinya Pak JK. Saya kan suka terus terang. Pak JK boleh enggak ngaku, saya dengar kok teleponnya. Pak JK lah yang meyakinkan sehingga berubah lah," kata Ketua MPR RI itu.
Prabowo akhirnya menyetujui Anies sebagai calon gubernur, kata Zulkifli, atas intervensi JK.
Pengakuan Zulkifli diperkuat oleh besannya, Amien Rais.
Ketua Dewan Kehormatan PAN itu mengakui, kemenangan Anies dan Sandi karena kecermatan JK.
“Itu yang terjadi. Terus terang, Anies Baswedan ini yang mula-mula menjagokan Pak JK, dan Pak JK cukup cermat, buktinya jadi,” kata Amien di kantor DPP PAN, Senopati, Jakarta, Rabu (3/5/2017) malam.
Cerita Amien senada dengan kisah diceritakan Aksa.
“Jadi Pak Prabowo itu awalnya tidak mau. Sampai jam dua subuh (pukul 02.00 WIB dini hari) saya bertemu Pak Prabowo, sejak jam sebelas seperempat (pukul 23.45 WIB). Pak Prabowo baru mulai berubah sekitar jam satu malam, setelah itu, jam dua subuh kita salaman, tanda jadi,” kata Aksa.
Setelah memastikan persetujuan Prabowo, Aksa telepon JK, minta penguatan.
“Waktu itu Pak JK di Amerika, ikut sidang PBB, di Amerika kan siang waktu itu. Saya telepon Pak JK, ‘Eh, telepon Pak Prabowo dan Imam (Presiden PKS Sohibul Imam)’. Lalu meneleponlah Pak JK ke Pak Prabowo dan Imam, bilang, kalau memang Anies kosong satu,” jelas Aksa.
Kamis lalu, Romahurmuziy juga mengungkap ungkap “lobi langitan” di balik kemenangan Anies dan Sandi.
Romi, sapaan Romahurmuziy mengungkap detik-detik nama Anies diajukan sebagai calon Gubernur DKI Jakarta.
Menurut Romi, nama Anies pertama kali diajukan oleh Aksa.
Peristiwa itu terjadi 1,5 bulan menjelang pendaftaran bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.
"Anies pertama kali dibawakan kepada saya oleh Pak Aksa Mahmud untuk dimajukan sebagai cagub, sekitar 1,5 bulan sebelum pendaftaran Pilkada DKI," kata Romi.omi pun kemudian bertemu dengan Anies.
Selain untuk melepas kangen, mereka membahas soal modal politik Anies untuk bertarung.
"Sebagai kenalan lama, kita kangen-kangenan saja dan tentu bicara modal politik apa yang memberanikan Anies untuk maju di DKI mengingat yang dihadapinya adalah giant, raksasa, mengingat hari-hari itu Ahok elektabilitasnya di survei begitu tinggi," ujar dia.
Pembicaraan kemudian berlanjut ketika Romi dan Aksa membesuk Anies, yang tengah dirawat di Rumah Sakit Mayapada karena menderita demam berdarah.
Hasilnya disepakati, Romi dengan PPP akan memasarkan Anies sebagai bakal calon gubernur.
PPP Romi akan menyodorkan nama Anies ke partai-partai lain untuk diajak berkoalisi.
Ini mengingat kursi PPP di DKI hanya 10.
"Dari sini saya mulai memasarkan Anies," kata Romi.
Peran Erwin
Aksa mengaku mulai “angkat tangan” memaketkan Anies dan Sandi, tapi tiba-tiba suatu hari, sekitar pukul 09.45 WIB, Erwin Aksa, anak sulungnya, menelepon.
“Jam 9.45, Erwin, anak saya, baru ketemu Sandi dan Prabowo. Erwin telepon saya, ‘Bapak dicari Prabowo, Pak. Ini nomor teleponnya, telepon sekarang’. Saya bilang, saya tidak mau lewat telepon, saya mau datangi langsung. Di mana Prabowo saya datangi sekarang. Itulah sampai jam dua subuh,” kata Aksa.
Orang Moderat
JK juga angkat bicara.
JK mengonfirmasi keterlibatannya dalam memenangkan Anies dan Sandi di sela pembukaan Rating Kota Cerdas Indonesia 2017 di Istana Wakil Presiden Jakarta.
"Anies, orang yang sangat moderat didampingi pengusaha, orang punya pengalaman, orang dekat Jokowi sebelumnya karena dia jubirnya selama enam bulan mendampingi tidak ada orang paling dekat dengan Pak Jokowi, selain Anies selama kampanye. Tidak ada orang lain, karena itu orang paling tepat waktu itu agar negeri ini aman, maju, serta tidak ada fitnah, hanya itu," kata JK.
Untuk itulah dirinya kemudian mengusulkan kepada partai politik untuk mengusungnya menjadi kandidat Gubernur DKI Jakarta.
JK mengaku hanya mengusulkan kepada partai politik dan tidak ada intervensi. Keputusan tetap berada di tangan partai-partai politik pengusung.
"Kalau intervensi saya memaksa keputusan, saya tidak, yang mengambil keputusan kan ketua partai, saya hanya berbicara. Apa salah?" ujar JK.
Ia mengaku berbicara dengan Prabowo untuk mengusulkan Anies.
"Saya kan ke luar negeri waktu itu tentu berbicaralah, apa salahnya, kita bicara dengan pimpinan partai agar semuanya hasilnya baik, negara aman, maju, dan damai. Coba sekarang? Damai kan?" kata JK.
 Jubir Wapres: Ini Bukan Soal Menang-Kalah
Terungkapnya peran JK di balik kemenangan Anies dan Sandi disesalkan oleh Peneliti Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Syamsudin Haris.
Menurutnya, dukungan JK kepada Anies sebaiknya tidak dibuka ke publik.
"Dukungan secara personal saya kira boleh saja dilakukan. Hanya saja, jangan dibuka kepada publik dan seolah menjadi pernyataan wapres," ujar Syamsudin.
Secara etika dan komunikasi politik, dia menilai pernyataan dukungan itu tidak baik. Sebab, pernyataan tersebut akan membuat publik bertanya-tanya.
"Jika memang benar ada dukungan, mestinya tidak dilakukan. Posisi beliau sebagai Wapres memiliki sikap politik yang sama dengan Presiden," kata Syamsuddin.
Dikonfirmasi terpisah, Juru Bicara (Jubir) Wakil Presiden RI, Husain Abdullah, mengatakan, ini bukan politik sempit menang-kalah.
“Tapi Pak JK memberi pertimbangan dalam konteks bagaimana menyelamatkan bangsa dari perpecahan atau konflik terbuka. Karena JK sudah mencium aroma gesekan berbau agama dalam kontestasi Pilgub DKI,” kata Uceng, sapaan Husain kepada Tribun.
Menurut Uceng, JK menyodorkan Anies karena dinilai figur yang paling aman dan jalan tengah untuk menghadapi Ahok.
“Maka pilihannya adalah Anies yang berlatar akademisi moderat nasionalis religius. Selain itu dekat dengan Presiden Jokowi dan pernah jadi jubir, penghuni rumah transisi, menteri, dan sama-sama alumni UGM,” kata Uceng.
“Jadi ini, bukan soal menang kalah. Tapi penyelamatan bangsa dari ancaman konflik terbuka. Bayangkan saja andaikan lawan Ahok bukan Anies,” ujar Uceng menambahkan.(*)

Tidak ada komentar: