Jumat, 15 September 2017

Apa itu Endoskopi: Gambaran Umum, Keuntungan, dan Hasil yang Diharapkan

Pengertian dan Gambaran UmumHasil gambar untuk teknologi endoskopiEndoskopi adalah tindakan non bedah yang digunakan untuk memeriksa saluran pencernaan dari pasien dan, dalam beberapa kasus, disertai pengobatan, jika sudah memungkinkan. Tindakan ini menggunakan endoskop, tabung lentur (fleksibel) dengan kamera yang melekat pada salah satu ujungnya. Kamera tersebut mengambil gambar bagian dalam dari saluran pencernaan, memungkinkan dokter yang memeriksa untuk melihat gambar tersebut melalui layar televisi yang terhubung dengan endoskop.

Jenis-jenis Endoskopi

Terdapat banyak cara melakukan endoskopi. Beberapa diantaranya adalah:
  • Endoskopi atas – endoskopi atas dilakukan dengan cara memasukkan endoskop melalui mulut, tenggorokan, dan turun ke kerongkongan. Cara ini digunakan ketika dokter perlu memeriksa kerongkongan, lambung, dan usus kecil, khususnya di bagian atas.
  • Sigmoidoskopi atau kolonoskopi – adalah dua tindakan serupa yang memasukkan endoskop melalui rektum menuju usus besar atau kolon. Cara ini dilakukan ketika diperkirakan terjadi permasalahan dengan usus besar.
  • Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP) – Cara ini adalah jenis endoskopi khusus yang memeriksa kandung empedu dan pankreas. Cara ini juga digunakan untuk memeriksa bagian tubuh yang berada di sekitar tempat yang sama. ERCP juga terkadang digunakan untuk menghancurkan batu empedu yang terdapat di saluran empedu.
  • Endoscopic ultrasound (EUS) – Cara ini menggabungkan endoskopi dengan teknologi gelombang ultrasound untuk memperoleh informasi yang berguna terhadap keadaan dan kesehatan saluran pencernaan.
  • Biopsi (pengambilan contoh jaringan tubuh) – Dokter Anda juga mungkin menggunakan endoskop selama tindakan endoskopi untuk memperoleh contoh jaringan dari saluran pencernaan. Alat khusus akan digunakan untuk mengangkat jaringan dari daerah yang terinfeksi. Contoh jaringan ini kemudian akan dianalisis untuk menentukan apakah terdapat penyakit tertentu.
  • Perawatan – selama tindakan endoskopi, jika dokter Anda menemukan beberapa masalah, tindakan ini pula dapat dimanfaatkan untuk melakukan perawatan. Sebagai contoh, jika tindakan ini menunjukkan adanya pendarahan di saluran pencernaan, dokter Anda dapat memasukkan alat lain melalui endoskop untuk menghentikan pendarahan tersebut. Begitu juga jika ditemukan polip dan pertumbuhan lain, endoskop dapat digunakan untuk membersihkannya.

Kapan Endoskopi digunakan?

Endoskopi utamanya digunakan dalam mendiagnosis dan merawat gangguan pencernaan. Penyakit yang memengaruhi saluran pencernaan biasanya memengaruhi beberapa organ lainnya, dimulai dari mulut sampai ke anus.
Endoskopi biasanya digunakan untuk memeriksa penyakit-penyakit pencernaan, antara lain:
  • Radang usus buntu
  • Obstruksi usus (penyumbatan usus)
  • Peradangan saluran pencernaan
  • Batu empedu
  • Radang lambung
  • Radang lambung dan usus kecil
  • Wasir
  • Intoleransi laktosa
  • Ulkus peptikum (luka pada lambung atau usus 12 jari)
  • Kolitis ulserativa (peradangan pada usus besar)
  • Anemia
  • Pyrosis (sensasi terbakar pada ulu hati/dada)
  • Mulas
  • Penyakit celiac (Intoleransi pada gluten)
  • Kanker saluran pencernaan, seperti kanker usus besar, kanker kandung empedu, dan kanker lambung

Endoskopi digunakan untuk melihat gejala-gejala atau adanya:
  • Pendarahan saluran pencernaan bagian atas
  • Peradangan dalam saluran pencernaan/usus
  • Polip atau pertumbuhan abnormal lain dalam usus besar

Selain kegunaannya dalam pengobatan saluran pencernaan bagian atas, endoskopi juga digunakan sebagai peralatan tambahan untuk mendiagnosis atau memperkuat diagnosis yang berkaitan dengan beberapa masalah kesehatan di sistem tubuh lainnya. Berikut ini adalah beberapa contoh dari fungsi lain endoskopi:
  • Rhinoskopi – pemeriksaan pada hidung
  • Bronkoskopi – pemeriksaan pada saluran pernapasan bagian bawah
  • Otoskopi – pemeriksaan pada telinga
  • Ginoskopi – pemeriksaan pada sistem reproduksi wanita, termasuk pada mulut rahim, kandungan, dan tuba falopii
  • Selama kehamilan – untuk memeriksa ketuban atau janin
  • Bedah tulang (ortopedi) – melibatkan pelepasan endoskopi pada terowongan karpal di pergelangan tangan dan rekonstruksi sendi lutut.

Gejala utama

Para dokter biasanya menyarankan endoskopi ketika pasien mengalami gejala-gejala berikut ini:
  • Nyeri perut
  • Kesulitan menelan
  • Perubahan dalam buang air besar
  • Konstipasi/sembelit berkepanjangan/kronis
  • Diare kronis
  • Gas
  • Kembung
  • Mual
  • Muntah
  • Buang-buang air besar

Endosokopi adalah tindakan diagnosis dan perawatan yang aman serta umum digunakan. Endoskopi memiliki tingkat keberhasilan tinggi serta sedikit risiko dan kemungkinan komplikasi, termasuk:
  • Perforasi (pelubangan) dinding usus
  • Infeksi
  • Pendarahan
  • Efek negatif yang diakibatkan oleh obat penenang.

Dokter Anda akan mendiskusikan tindakan tersebut secara rinci sehingga Anda dapat mengetahui dan merasa tenang untuk menjalani endoskopi.

Siapa yang Anda Temui

Jika Anda mengalami beberapa gejala sehubungan dengan perut, daerah perut, dan buang air besar, Anda dapat menemui dokter keluarga atau spesialis bagian dalam untuk pemeriksaan. Jika penyebab lain tidak memungkinkan, dokter Anda akan menyarankan endoskopi atau sigmoidoskopi, jika memang dibutuhkan.
Jika Anda membutuhkan ERCP atau EUS, atau jika dokter keluarga Anda mencurigai adanya permasalahan yang lebih serius atau kronis, mereka mungkin akan merujuk Anda kepada spesialis pencernaan atau ahli bedah saluran pencernaan bagian atas. Mereka adalah dokter kesehatan yang memiliki spesialisasi dalam mendiagnosis dan merawat penyakit-penyakit yang berhubungan dengan saluran pencernaan bagian atas atau penyakit-penyakit yang berhubungan dengan sistem pencernaan. Dokter spesialis pencernaan dituntut untuk mengikuti pelatihan khusus tentang endoskopi karena alat ini sangat penting untuk digunakan dalam spesialisasi mereka.

Persiapan dan Penyembuhan

Jika Anda dijadwalkan untuk melakukan endoskopi, Anda harus melakukan beberapa persiapan, sebagai berikut:
  • Menjaga pola makan – Anda tidak diperkenankan untuk makan selama 6-8 jam sebelum tindakan dilakukan. Hal ini dikarenakan untuk mendukung pemeriksaan usus besar, seluruh kotoran harus dibersihkan beberapa jam sebelum tindakan dilakukan. Untuk itu, Anda akan diberikan obat pencahar pada hari sebelum Anda dijadwalkan untuk endoskopi.
  • Penenang – Anda akan diberikan obat penenang agar Anda tetap merasa nyaman selama tindakan. Obat ini akan membuat Anda tenang dan tertidur. Obat penenang ini akan membuat Anda berada dalam kondisi ini selama satu jam, selama tindakan dilakukan. Setelah terbangun, Anda akan mengingat sedikit atau bahkan tidak sama sekali bahwa Anda telah melakukan endoskopi.
  • Pembiusan umum – Endoskopi biasanya dilakukan dengan pembiusan. Beberapa contoh kasus tersebut adalah ketika pasien masih sangat belia dan ketika rencana tindakan melibatkan tindakan yang lebih rumit.

Setelah endoskopi, pengaruh dari obat bius atau obat penenang akan menghilang secara bertahap. Anda akan diminta untuk tetap tinggal di rumah sakit untuk tinjauan dan pemantauan lebih lanjut. Rasa tidak nyaman yang tertinggal seperti kembung atau sakit ringan pada tenggorokan akan hilang dengan sendirinya pada beberapa hari pertama setelah tindakan dilakukan. Dalam beberapa jam, Anda akan diperbolehkan untuk makan dan minum, dan dapat keluar dari rumah sakit namun tetap beristirahat. Bagaimana pun juga, Anda tidak akan diperkenankan untuk mengemudi pada hari yang sama karena Anda masih berada di bawah pengaruh obat bius atau obat penenang. Siapa yang akan mengemudikan Anda kembali ke rumah harus direncanakan sebelum tindakan dilaksanakan.


Referensi:
  • Gastrointestinal Endoscopy: http://www.giejournal.org
  • World Journal of Gastrointestinal Endoscopy
  • Surgical Endoscopy, Official Journal of the Society of American Gastrointestinal and Endoscopic Surgeons (SAGES) and European Association for Endoscopic Surgery (EAES)
  • Endoscopy, Journees Francophones d’Hepato-Gastroenterologie et d’Oncologie Digestive (JFHOD)

Tidak ada komentar: