Minggu, 12 November 2017 / 21:24 WIB
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis
minuman ringan terus tertekan. Beredarnya wacana cukai minuman kemasan
berpemanis ditengarai turut mendorong penurunan pertumbuhan bisnis,
seiring pula dengan menurunnya pertumbuhan sektor consumer goods saat ini.
Trijono Prijosoesilo, Ketua Asosiasi Minuman Ringan (Asrim) mengatakan sejak 2010 yang lalu industri minuman ringan terus mengalami penurunan pertumbuhan. "Kalau di 2004-2009 kami masih bisa double digit, tapi sejak 2010 hanya single digit," ujar Trijono kepada KONTAN (12/11).
Lebih
lanjut ia mengatakan, di 2016 pertumbuhan bisnis minuman hanya 4% saja.
Sementara sampai di kuartal kedua tahun ini pertumbuhan terperosok 3,3%
dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Mengenai targetnya sampai akhir tahun, Trijono mengatakan pelaku industri tidak muluk-muluk. "Tahun ini bisa tumbuh saja sudah bagus, dapat 2%-3% saja sudah bersyukur," urainya.
Trijono yang juga menjabat sebagai Direktur Public Affairs & Corporate Communications PT Cocal Cola Amatil Indonesia mengatakan, dampak cukai ini akan mengakibatkan perubahan harga produk menjadi naik. "Karena cukai itu menjadi biaya tambahan bagi kami," sebutnya.
Mengenai kemungkinan kenaikan harga produk, Santo Kadarusman, Public Relations & Marketing Event Manager PT Singa Mas Indonesia (SMI) mengatakan, pihaknya bakal memikirkan cara yang efisien agar bisnis tetap mulus. "Antisipasinya selain kmungkinan menaikkan harga tentu mencari penyuplai yang lainnya, yang bisa memberikan harga kompetitif tanpa mengurangi kualitas dan juga memperpendek waktu ke market," kata Santo saat dihubungi KONTAN, Minggu (12/11).
Mengenai wacana cukai minuman kemasan berpemanis, SMI mengaku tetap mendukung kebijakan yang direncanakan. "Namun sosialisasi sebaiknya jauh-jauh hari sebelum diputuskan pemberlakuan," kata Santo.
Mengenai adanya kemungkinan untuk mengalihkan produk ke tipe rendah gula, SMI mengaku bahwa kemungkinan tersebut bisa saja. Namun produsen teh Fiesta dan minuman Serr tersebut masih mengoptimalkan lini bisnis minuman kemasan berpemanis mereka.
Reporter Agung Hidayat Trijono Prijosoesilo, Ketua Asosiasi Minuman Ringan (Asrim) mengatakan sejak 2010 yang lalu industri minuman ringan terus mengalami penurunan pertumbuhan. "Kalau di 2004-2009 kami masih bisa double digit, tapi sejak 2010 hanya single digit," ujar Trijono kepada KONTAN (12/11).
Mengenai targetnya sampai akhir tahun, Trijono mengatakan pelaku industri tidak muluk-muluk. "Tahun ini bisa tumbuh saja sudah bagus, dapat 2%-3% saja sudah bersyukur," urainya.
Trijono yang juga menjabat sebagai Direktur Public Affairs & Corporate Communications PT Cocal Cola Amatil Indonesia mengatakan, dampak cukai ini akan mengakibatkan perubahan harga produk menjadi naik. "Karena cukai itu menjadi biaya tambahan bagi kami," sebutnya.
Mengenai kemungkinan kenaikan harga produk, Santo Kadarusman, Public Relations & Marketing Event Manager PT Singa Mas Indonesia (SMI) mengatakan, pihaknya bakal memikirkan cara yang efisien agar bisnis tetap mulus. "Antisipasinya selain kmungkinan menaikkan harga tentu mencari penyuplai yang lainnya, yang bisa memberikan harga kompetitif tanpa mengurangi kualitas dan juga memperpendek waktu ke market," kata Santo saat dihubungi KONTAN, Minggu (12/11).
Mengenai wacana cukai minuman kemasan berpemanis, SMI mengaku tetap mendukung kebijakan yang direncanakan. "Namun sosialisasi sebaiknya jauh-jauh hari sebelum diputuskan pemberlakuan," kata Santo.
Mengenai adanya kemungkinan untuk mengalihkan produk ke tipe rendah gula, SMI mengaku bahwa kemungkinan tersebut bisa saja. Namun produsen teh Fiesta dan minuman Serr tersebut masih mengoptimalkan lini bisnis minuman kemasan berpemanis mereka.
Editor Wahyu Rahmawat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar