Manuel Neuer dan Roman Weidenfeller: Konsentrasi Penuh!
AFP/Guenther Schiffman & Pierre-Philippe Marcou
Sirajudin Hasbi
Kedua klub Jerman akan bertemu di final Liga Champions dan memakai jasa kiper negeri sendiri. Manuel Neuer di pihak Bayern Muenchen, sementara Roman Weidenfeller di sisi Borussia Dortmund.
Menarik untuk menanti kiprah keduanya di partai final mendatang. Siapakah yang akan lebih sedikit kebobolan dan bisa mengantarkan timnya menjadi juara Liga Champions musim ini?
Sebagai pemain yang memiliki area jelas untuk dijaga, di dalam kotak penalti, kiper tidak memiliki jangkauan yang luas seperti pemain lainnya. Oleh karenanya, kiper setiap pertandingan maksimal hanya akan berlari dan bergerak sejauh 5 km. Bagi kiper, soal aktif bergerak ini tidak terlalu masalah, bahkan jika dia hanya diam saja pun tidak masalah asal tidak kebobolan.
Andal menyetop bola
Pemuda kelahiran 27 Maret 1986 yang kini menjaga gawang Muenchen merupakan didikan Schalke 04. Bahkan Neuer sempat mengenakan ban kapten di lengannya sebelum akhirnya menerima pinangan Bayern setelah Piala Dunia 2010.
Kiper bertinggi 193 cm ini dikenal andal menghalau dan menghentikan bola yang menuju arahnya. Di Liga Champions musim ini saja dirinya sudah tampil sepanjang 1080 menit dan kebobolan 10 gol, artinya dia rata-rata kebobolan hanya 0,83 gol per pertandingan. Rata-rata penyelamatan 1,2 per pertandingannya.
Dia berhasil membuat gawang Bayern tidak kebobolan dalam lima pertandingan. Lebih hebatnya lagi, Neuer belum kebobolan sejak memasuki perempat final walau bertemu dengan tim kuat, Juventus dan Barcelona.
Neuer juga tentunya memiliki andil untuk membantu serangan. Bola untuk memulai serangan sering berasal dari dia dan ke sisi mana dia mengarahkan bola akan menentukan titik serangan Muenchen. Rata-rata passingnya 19,1 per pertandingan dengan akurasi mencapai 68,1 persen.
Sementara Weidenfeller tidak jauh berbeda dengan Neuer. Dia juga pandai menghentikan tendangan penyerang lawan. Pria berusia 32 tahun ini bermain dalam 12 pertandingan dan mencetak empat kali tanpa kebobolan. Rata-rata penyelamatan 1,0 per pertandingan. Sementara operannya setiap pertandingan berkisar pada angka 19,5 dengan akurasi 51,13 persen. Untuk soal distribusi bola, Neuer lebih akurat darinya.
Komando lini pertahanan dan konsentrasi
Kiper yang hebat harus bisa melakukan komando di lini pertahanan sendiri agar bisa mengatur posisi bek dengan baik untuk menjaga gawang dari serangan lawan.
Untuk hal yang satu ini, Neuer bisa dibilang masih lemah. Terutama ketika menghadapi bola silang. Neuer kerap kali kesulitan mengatur pertahanan menghadapi umpan silang, bola tendangan bebas, dan sepak pojok.
Ketika kebobolan melawan Arsenal di babak perdelapan final (ketika Muenchen menang 3-1 di Emirates Stadium), Neuer secara jelas menunjukkan kelemahannya ini. Hal ini bisa berbahaya ketika menghadapi Dortmund yang dikenal memiliki gelandang sayap mematikan, Marco Reus. Neuer perlu segera memperbaiki koordinasinya dengan teman-temannya di lini belakang.
Sementara itu, Weidenfeller cenderung lebih baik soal menjadi komando lini pertahanan. Kelemahan Weidenfeller dibanding Neuer adalah dia tidak memiliki pengalaman sebanyak Neuer di partai puncak seperti final Liga Champions. Pengalaman yang minim bisa mengganggu konsentrasi dan menimbulkan rasa kurang percaya diri yang bisa berujung pada salah mengambil keputusan.
Menarik ditunggu kiprah keduanya di Wembley, 25 Mei mendatang. Terlebih lagi jika pertandingan harus dilanjutkan babak adu tendangan penalti. Neuer walaupun dikenal punya kemampuan yang cukup bagus dalam menahan tendangan penalti, punya pengalaman pahit di final Liga Champions tahun lalu ketika timnya kalah adu penalti dari Chelsea.
Oleh karenanya, keduanya perlu menambah porsi latihan tendangan penalti dan mencoba menganalisis kebiasaan tendangan penalti pemain lawan yang biasa ditunjuk sebagai algojo. Dengan kemampuan keduanya yang relatif berimbang, sangat mungkin adu tendangan penalti menjadi penentu siapa yang jadi juara Liga Champions musim ini.
Final kali ini adalah yang ketiga bagi Bayern dalam empat tahun terakhir. Tim Hollywood jelas tidak mau kalah untuk ketiga kalinya. Sementara bagi Dortmund, inilah final mereka setelah tujuh belas tahun sehingga jelas tidak mau melepas begitu saja. Apalagi musim depan, kepergian Mario Gotze sedikit banyak akan mengurangi kekuatan mereka.
Mari kita tunggu bersama, siapa yang akan bermain lebih baik antara Neuer dan Weidenfeller. Terkadang, walaupun sudah memberi penampilan terbaik, timnya tetap bisa kalah. Karena keberuntungan tetap ambil bagian dalam suatu pertandingan sepak bola.
Hubungan Dortmund-Bayern memanas
Iman Rahman Cahyadi
Jum'at, 3 Mei 2013 − 08:58 WIB
Manajer umum Dortmund Hans-Joachim Watzke /ist
Apalagi Dortmund dan Bayern akan bertemu dalam final Liga Champions di Stadion Wembley, 25 Mei mendatang. Dan pertemuan keduanya di Signal Iduna Park dalam lanjutan Bundesliga, Sabtu (4/5/2013) menjadi ajang pemanasannya.
Manajer umum Dortmund Hans-Joachim Watzke mengatakan mereka tidak akan makan siang dengan kepala Bayern saat kedua tim bertemu.
“Saya selalu berbicara tentang Bayern dengan penuh hormat dan kekaguman. Tapi Saya harus mengatakan sekarang bahwa hal-hal yang telah mendingin sedikit. Ada beberapa iritasi baru,” katanya dilansir Bild, Jumat (3/5/2013).
“Semuanya harus pergi dalam cara olahraga yang adil pada laga nanti, tetapi tidak akan ada pelukan di sekitar seperti sebelumnya.. Tidak akan makan siang apapun dengan Bayern, hanya jabat tangan saja.”(irc)
Drama berakhir, Real Madrid vs Dortmund 2-0
Rabu, 1 Mei 2013 04:11 WIB | 9766 Views
Gol terlambat dari Benzema menit 83 yang ditambahi oleh Sergio Ramos menit 88 belum cukup untuk membawa Real Madrid meraih tiket final karena kalah agregat gol 3-4 dari Dortmund.
Semangat Real Madrid yang terpompa kuat setelah gol Benzema hanya mampu menambah satu gol lagi, namun upaya keras Madrid harus pupus setelah lima menit injury time habis.
Madrid gagal membuat gol ketiga yang seharusnya bisa mengantarnya ke final, karena jika itu terjadi agregat 4-4 tetap menjadi milik Real Madrid yang telah mengantongi satu gol tandang.
Real Madrid yang berjuang keras untuk memenuhi harapannya membalas kekalahan pada leg pertama, beberapa serangannya berhasil dipatahkan Dortmund dan sedikitnya dua tendangan ke gawang Dortmund pada babak pertama berhasil dihadang kiper Weidenfeller.
Gencar menyerang dan memenangkan penguasaan bola, Real Madrid langsung mendapatkan beberapa peluang bagus pada awal babak pertama.
Higuain yang sudah berhadapan dengan kiper Dortmund pada menit keempat, sepakannya berhasil dihadang kiper Dortmund Weidenfeller, demikian juga tendangan Ronaldo pada menit 13.
Beberapa menit kemudian, Ozil, Di Maria, dan kembali Ronaldo melepaskan tendangan, tapi lagi-lagi masih melenceng.
Pada babak kedua, Dortmund sedikit bisa mengimbangi permainan Real Madrid, bahkan Lewandowski sempat nyaris mencetak gol pada menit 50, tapi bola tendangannya membentur mistar gawang atas, memantul di bibir gawang, dan bergulir ke luar lapangan.
Setelah tidak berhasil menembus gawang Dortmund hingga hampir 10 menit babak kedua, Jose Mourinho akhirnya memasukkan Benzema menggantikan Higuain pada menit 57.
Permainan Real sedikit berubah, hingga akhirnya pada menit 83 Benzema mencetak gol, disusul kemudian dengan gol Sergio Ramos menit 88.
Semangat pemain Real Madrid yang membara tersulut gol Benzema tidak juga membuat Real Madrid menyamai agregat gol dari Dortmund, dan merelakan klub Jerman itu melangkah ke final menghadapi pemenang laga antara Barcelona melawan Bayern Munchen.
Tidak jauh berbeda dengan rekannya Real Madrid, Barca membawa beban berat karena harus menyarangkan sedikitnya 5 gol untuk bisa meraih final setelah pada leg pertama mereka kalah 0-4 dari Munchen.
Editor: Aditia Maruli
Mourinho: Real Madrid harus lebih agresif hadapi Dortmund
Terbaru 29 April 2013 - 22:11 WIB
Jose Mourinho mengatakan Real harus bermasin seperti menghadapi Atletico Madrid,Jose Morinho mendesak agar Real Madrid lebih agresif dalam menghadapi Borussia Dortmund di laga kedua semifinal Liga Champions.
Mourinho Ingin Real Madrid Lebih Kejam
Reuters/Javier Barbancho
Real memerlukan kebangkitan hebat setelah empat gol Robert Lewandowski membantu klub Jerman itu menang 4-1 pada pertandingan pertama pekan lalu, dan Mourinho percaya bahwa timnya harus tampil dengan agresivitas yang sama seperti yang mereka perlihatkan saat menang 2-1 atas Atletico Madrid pada Sabtu.
"Tim ini naif. Kami bermain melawan pemain yang mencetak empat gol dan tidak dilanggar sepanjang pertandingan, sedangkan Cristiano (Ronaldo) dilanggar lima kali dan saat itu pertandingan baru dimulai. Ini seperti kami memainkan pertandingan persahabatan."
"Secara fisik dan mental kami perlu menjadi lebih kuat. Di Calderon pada Sabtu saya melihat tim yang tahu bagaimana untuk menderita dan bertahan. Tim yang kompak, bersatu, agresif, dan bekerja bersama untuk satu tujuan."
Bagaimanapun, Mourinho menegaskan bahwa hasil pertandingan kedua tidak akan berpengaruh terhadap masa depannya di klub. "Masa depan saya tidak bergantung pada hal itu. Pada prakteknya di semua klub, bukan hanya Madrid, kesuksesan adalah berkat para pemain dan kegagalan disebabkan oleh manajer."
"Kami memiliki 90 menit untuk bermain dan kami tertinggal 1-4. Apa yang saya perhatikan dengan menganalisis apa yang terjadi di Dortmund dan apa yang harus kami lakukan besok (Selasa)."
"Pertandingan di Dortmund begitu buruk maka saya tidak memperhatikan tentang itu, saya memperhatikan mengenai apa yang harus kami lakukan untuk tampil lebih baik. Tidak ada pemain yang bersembunyi, kami semua berada di perahu yang sama dan semua dari mereka ingin bermain, yang memberi saya kepercayaan diri dan harapan untuk pertandingan itu. Di sepak bola, semuanya mungkin."
Mourinho mengonfirmasi bahwa Ronaldo telah berlatih pada Senin pagi dan akan bermain meski masih merasakan dampak akibat cedera paha yang ia dapat pada pertandingan pertama Rabu silam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar