Kamis, 31 Januari 2013

Narkoba Terpopuler dan Efeknya

Asal Usul Khat di Cisarua dari Yaman

Penulis : Fabian Januarius Kuwado | Rabu, 6 Februari 2013 | 09:35 WIB
Asal Usul Khat di Cisarua dari Yaman KOMPAS.COM/ FABIAN JANUARIUS KUWADO Warga penanam khat tengah berdiskusi dengan Kepala Humas BNN Kombes Sumirat di Cisarua, Jawa Barat, Selasa (5/2/2013). BNN menyatakan bahwa khat mengandung bahan narkotika golongan I karena mejadi bahan baku katinon.

JAKARTA, KOMPAS.com — Daunnya berbentuk oval dengan lancip di bagian ujungnya, berwarna hijau segar dengan tekstur kasar. Masam serta sedikit getir adalah rasa daun itu saat dikunyah. Ada yang memiliki batang berwarna merah, ada pula yang memiliki batang berwarna hijau. Namun jenis yang mana saja, tanaman itu ternyata berbahaya. Tanaman khat atau yang bernama latin Catha edulis adalah tanaman yang belakangan menjadi perbincangan banyak orang.
Bukan tanpa alasan, Badan Narkotika Nasional menemukan zat baru dalam narkotika saat penggerebekan di rumah Raffi Ahmad bernama methylone. Zat itu adalah turunan dari cathinone, hasil ekstraksi dari khat. Namun, belakangan baru diketahui, meski turunan dari cathinone, narkoba Raffi berbahan sintesis. Nanang Surantawijaya alias Jack (47), warga Jalan Pasir Tugu, Kampung Inpres, RT 01 RW 05, Cisarua, Bogor, Jawa Barat, adalah satu dari banyak petani khat. Dengan lahan tidur seluas 300 meter persegi milik orang lain, Jack membudidayakan tanaman tersebut seorang diri.
"Saya dapat pohon ini tahun 2005. Dikasih lima pohon beginian dari orang Yaman. Ternyata pas ditanam di sini tumbuh subur," ujarnya saat BNN melakukan kunjungan ke kebun khat yang digarapnya, Selasa (5/2/2013) siang.
Tak disangka, pucuk daun pohon tersebut rupanya dicari oleh turis Timur Tengah, Arab khususnya, untuk dikonsumsi. Menurut mereka, sejumlah khasiat daun muda itu antara lain penambah vitalitas bagi pria, obat diabetes, dan obat diare. Atas dasar itulah, keberadaan khat di Cisarua mulai berkembang. Tak hanya Jack, warga lain mulai berbondong-bondong menanam tanaman khat yang hingga kini mencapai 3 hektar dan berlokasi terpisah di 55 titik.
Harga satu paket plastik kecil pucuk daun khat dari para petani Rp 300.000, paket plastik medium Rp 500.000, dan paket plastik besar dihargai Rp 1,2 juta. Tak jarang jika musim liburan tiba, petani khat bisa meraup untung Rp 3,5 juta per minggunya. Untuk Jack, pekerjaannya menjadi sopir travel turis asing pun akhirnya hanya menjadi sampingan saja.
"Promosinya relasi saja. Saya kan sopir travel. Lalu kalau ada turis Arab, kami bawa ke sini. Mereka beli, begitu saja," ujarnya.
Namun, proyeksi usaha Jack dan petani khat lainnya tampaknya harus dikubur dalam-dalam. Pascapemberitaan kasus penyalahgunaan narkotika oleh artis terkenal Raffi Ahmad, BNN memberikan garis polisi di sejumlah kebun khat di wilayah Cisarua. Tanaman yang menguntungkan tersebut menurut polisi terbukti mengandung cathinone, zat narkotika golongan I dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Tanaman khat berbahaya
Pakar farmasi-kimia Badan Narkotika Nasional, Komisaris Besar Mufti Djusnir, mengungkapkan, hingga saat ini belum ada penelitian resmi yang menyatakan bahwa daun khat memiliki khasiat dalam menyembuhkan penyakit. Zat yang ada di khat hanya terbukti mengandung chatinone. Dalam batas konsumsi yang wajar, ujar Mufti, pucuk daun khat tersebut tak memiliki efek negatif. Namun, dalam jumlah konsumsi tertentu, zat chatinone yang ada dalam daun khat dapat menimbulkan reaksi layaknya zat amphetamine, bahan dasar pembuat sabu atau ekstasi, yakni memiliki efek stimulan dalam jangka panjang.
"Padahal efek itu membuat kerja jantung meningkat, aliran darah meningkat. Kalau tubuh masih bisa toleransi, masih bisa tahan. Tapi kalau tidak, pasti jatuh. Artinya, lebih besar negatifnya daripada positifnya," ujar Mufti.
Kini, Jack hanya pasrah saat BNN memberi garis terhadap "kebun uangnya". Namun, Jack tak menyerah, pria tiga anak tersebut berniat meminta ganti rugi kepada BNN atas tanaman khat yang akan dihancurkan. Ia meminta BNN agar mengalihkan kebunnya untuk ditanami komoditas lain agar dia dan petani lain tak mengalami kerugian.
"Harapannya diganti pakai pohon apa saja. Dihancurin nggak apa-apa. Asal saya nggak melanggar hukum," ujarnya.
Kepala Humas BNN Kombes Sumirat Dwiyanto mengungkapkan, pihaknya akan memprogramkan pengembangan alternatif bagi para petani khat di Cisarua. Program itu untuk menuntun petani agar tak kembali menanam tanaman berbahaya dan mengambil keuntungan dari komoditas lainnya. Namun, Sumirat belum memastikan kapan target program itu tercapai. Pihaknya harus koordinasi dengan tim pelaksana program tersebut.
Editor :
Hertanto Soebijoto

BNN: Cathinone Lebih Berbahaya dari Sabu-sabu

Jakarta (ANTARA) - Staf Ahli Kimia Farmasi Badan Narkotika Nasional (BNN) Mufti Djusnir mengatakan, efek samping menggunakan cathinone lebih berbahaya dari sabu-sabu maupun ekstasi sehingga perlu diwaspadai peredarannya.
"Efek samping menggunakan cathinone lebih dahsyat dari sabu-sabu maupun ekstasi yang struktur dasarnya adalah MDMA yakni 3,4 methylene dioxy methacathinone," kata Mufti di Jakarta, Kamis.
Cathinone sebenarnya bukan barang baru dan jauh lebih awal diketemukan oleh ahli di Eropa. Namun karena bahaya daripada golongan cathinone lebih besar, sehingga orang beralih dan keluar zat baru amphetamin derivat, katanya.
"Jadi kalau cathinone dari alam kemudian diisolasi, misalnya kita lihat kalau disubstitusi senyawa dasar cathinone itu gugusnya dengan gugus methil maka cathinone berubah menjadi metcathinone," kata Mufti.
Bahaya dari zat tersebut mengalami psikoaktif, siapapun yang menggunakan tanpa takaran jelas menyebabkan overdosis menyebabkan kejang, keram dam berakhir dengan kematian, katanya.
Hal ini, terkait dengan pengerebekan BNN yang dilakukan di rumah artis Raffi Ahmad di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Minggu (27/1). Pada pengerebekan itu, BNN mengamankan 17 orang termasuk artis Raffi, Zaskia Sungkar, Irwansyah dan Wanda Hamidah.
Saat ini, BNN telah memulangkan sembilan orang karena hasilnya negatif, sementara delapan orang masih diperpanjang waktu penyidikannya 3x24 jam termasuk Raffi.
Lima orang yang menggunakan campuran ganja, ekstasi dan cathinone yakni K, N, MF, W, J dan yang murni gunakan zat turunan cathinone adalah Raffi dan RJ. Sedangkan yang negatif tapi masih ditahan adalah UW. (ar)


Senin, 28/01/2013 16:00 WIB, Healthy Life

Oleh : Innes Sabatini

Ekstasi
Foto : parentingteens
​Ghiboo.com - Obat-obatan terlarang atau narkoba menjadi topik hangat beberapa hari ini.

Narkoba, baik dalam bentuk apapun, bisa membawa perubahan fisik maupun psikologis. Obat-obatan ini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat, bahkan pada otak, dimana dapat mengubah cara pikir, berperilaku dan perasaan seseorang.

Berikut ini tiga jenis narkoba paling populer digunakan di masyarakat dan efeknya pada kesehatan.
1. Ganja (bentuk daun kering)
Menurut laporan PBB tentang penggunaan obat-obatan terlarang, ganja menduduki posisi paling banyak diproduksi, diperdagangkan dan dikonsumsi di seluruh dunia pada tahun 2010. Diperkirakan sekitar empat juta dari populasi orang dewasa di dunia menggunakan ganja setiap tahunnya.

Produk psikoaktif dari tanaman Cannabis sativa ini memberikan efek dalam hitungan detik setelah pemakaian. Asap rokok ganja dapat menyebabkan efek medis jangka pendek, seperti detak jantung cepat, menurunkan tekanan darah, marah merah, pusing, mulut kering, hingga sesak nafas. Bahkan efek psikologis, seperti perubahan mood, grogi, pelupa, mudah cemas hingga cepat parno.

Ganja memiliki lebih dari 400 bahan kimia dengan dua bahan aktif paling kuat, yaitu THC dan CDC. Pria yang menggunakan ganja cenderung mengalami penurunan kuantitas testosteron dan sperma. Sedangkan wanita berisiko mengalami gangguan siklus kesuburan, sehingga sulit hamil.
2. Ekstasi (bentuk pil)
Para pengguna ekstasi mengaku ekstasi memberikan rasa bahagia, empati dan kesenangan. Karena sifatnya obat stimulan, bila digunakan di klub malam bisa membuat penggunanya mampu tahan lama untuk terus menari.
Ekstasi bisa memberikan efek merugikan seperti mual, menggigil, berkeringat, kram otot, cemas, depresi hingga penglihatan menjadi kabur. Bagi pengguna yang memakainya hingga overdosis, bisa menyebabkan tekanan darah tinggi, dehidrasi, pingsan, serangan panik, kehilangan kesadaran hingga kejang-kejang.
Dalam kasus ekstrim, ekstasi bisa menyebabkan hipertemia (kenaikan suhu tubuh) yang memicu gagal ginjal. Ekstasi juga dengan cepat diserap dalam aliran darah dan dapat menganggu kemampuan tubuh untuk memetabolisme, sehingga timbul masalah gagal jantung.
3. Sabu-sabu (bentuk serbuk)
Methamphetamine atau lebih dikenal dengan sabu-sabu dengan cepat masuk ke otak dan merangsang produksi hormon norepinefrin, dopamin dan serotonin. Akibatnya, penggunanya merasakan euforia kebahagiaan, merasa 'hidup', meningkatkan konsentrasi, energik hingga lebih percaya diri. Inilah pemicu mengapa sabu sangat adiktif.

Sabu-sabu yang biasanya dipakai dengan mengenduskan bubuk ke hidung, menggosokkan pada gigi atau merokok dapat menyebabkan sesak nafas, peningkatan detak jantung dan suhu tubuh, pelebaran pupil mata dan tidak nafsu makan.

Pemakaian sabu-sabu dalam jumlah besar (terutama dalam waktu singkat) dapat menyebabkan mudah panik, parno-an dan kelelahan ektrim. Bahkan efek fisik lebih sangat berbahaya karena bisa menyebabkan masalah di jantung, seperti irama detak jantung abnormal dan serangan jantung.
(Berbagai Sumber)

Tidak ada komentar: