Sabtu, 20 Juli 2013

Megawati “Setujui” Pesan Prabowo


OPINI | 20 July 2013 | 07:07
Berita
Pernyataan peneliti LIPI bahwa PDIP bodoh jika tak mencapreskan Jokowi, mendapat tanggapan keras dari Ketua FPDIP Puan Maharani. Semua pihak diingatkan tidak memaksa partainya mengusung Jokowi sebagai bakal capres hanya karena hasil survey menunjukkan tingginya popularitas icon baru PDIP itu.  “Kami mempunyai mekanisme sendiri. Jangan kami dipaksa mencalonkan seseorang yang mungkin dianggap cukup hasil surveinya,” tegas Puan di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Jumat (19/7/2013).   Urusan pencapresan adalah perkara keputusan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Berbagai survei yang bermuculan belakangan ini dia nilai tidak bisa memastikan realitas elektabilitas seorang bakal capres pada 2014 kelak. (detik.com)
Opini
Pesan atau motto Prabowo melalui Partai Gerindra sederhana saja Kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi. Jargon ini sudah sangat populer di masyarakat karena sering digaungkan pada kesetiap kesempatan Prabowo tampil di publik.  Seolah kalimat sakti ini sudah menjadi trade merk Gerindra. Didalam motto tersebut terdapat kata mukjizat KITA.  Kini timbul pertanyaan, siapakah KITA yang anda maksudkan di slogan itu  Pak Prabowo ?.
So pasti yang jelas KITA  adalah kader militan Gerindra dan simpatisan Prabowo.  Namun pengertian KITA secara umum bisa jadi adalah anda kompasianer, bisa juga Pak SBY, Ibu Megawati, Jokowi, Mahfud MD,  ARB, Yusf Kalla dan Amin Rais serta sesiapa warga negara Indonesia. Kata KITA berlainan dengan pengertian KAMI dalam Bahasa Indonesia,  sehingga tak eloklah bila KITA hanya diakui sebagai milik Fans Gerindra.  Keinginan sesungguhnya dari Pak Prabowo, KITA itu adalah semua rakyat Indonesia yang menginginkan terjadi perubahan drastis di negeri ini menjadi Indonesia Baru pada pemilu konstitusional tahun 2014
Oleh karena itu kata KITA bisa digunakan secara umum oleh siapa saja tanpa melanggar hukum.  Setuju Pak Prabowo ?, tentu setuju banget, karena kondisi ini merupakan promosi gratis bagi Partai Gerindra. Baik sekarang mari kita ganti kata kita dengan Jokowi dengan memohon izin kepada Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Ibu Megawati Soekarno Putri. Nah kalimatnya menjadi  begini : “Kalau bukan Jokowi siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi. Nah cocok bukan Ibu Megawati ? dengan demikian Ibu “setuju” dengan pesan Prabowo seperti tajuk yang awak tawarkan di judul diatas.
Membaca pernyataan Puan Maharani  “Kami mempunyai mekanisme sendiri. Jangan kami dipaksa mencalonkan seseorang yang mungkin dianggap cukup hasil surveinya,” yang disampaikan di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Jumat (19/7/2013) awak jadi tersenyum geli.  “Punya jagoan koq disa siakan, ntar diambil orang lho !!! “  demikian komentar sebagian pengamat.  Jokowi memang asset PDIP, menjadi Gubernur Jakarta memakai kendaraan berwarna merah bermoncong banteng.  Kenapa malu malu mencalonkan Jokowi menjadi Presiden 2014, apakah PDIP punya calon lain ?  Inilah pertanyaan yang timbul dibenak awak dan mungkin juga di dalam pikiran Mas Jokowi.
Kekuasaan Megawati yang begitu superior dalam menentukan calon presiden sungguh sangat luar biasa.  Makna demokrasi secara akademis nampaknya agak diabaikan disini mengingat otoritas itu  sepenuhnya ada ditangan Ketua Umum PDIP. Nah bagaimana dengan Prabowo ?.  Survey mengatakan bahwa apabila Prabowo di pasangkan dengan Jokowi, maka duet ini merupakan pasangan Presiden dan Wakil Presiden yang maha dahsyat.  Sangat sulit bagi kombinasi pasangan capres manapun untuk mengalahkan pasangan putra terbaik negeri saat ini. Jadi PDIP sebaiknya jangan menghilangkan momentum kedigjayaan Jokowi, karena dalam sepuluh tahun kedepan belum tentu ditemukan kualitas kader politik sepopuler Jokowi.
Tapi entahlah, perkembangan politik begutu cepat berubah dinegeri ini.  Bisa jadi Ibu Megawati ingin meneruskan Trah Soekarno dalam kepemimpinan Nasional.  Tentu caranya  dengan memposisikan salah seorang dari anaknya untuk mendampingi Jokowi.  Atau bisa jadi pada injury time ketika hasil pemilu 2014 sudah didapatkan dimana PDIP berhasil atau tidak berhasil meraih 20 % suara, Jokowi akan dilepas kepasaran bebas.  Inilah moment  yang menarik untuk kita ikuti dalam sejarah perpolitikan tanpa prinsip di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Terlepas nantinya Ibu Megawati setuju atau tidak setuju dengan ikon Prabowo, biarlah semua pernak pernik pencalonan capres berjalan sesuai dengan perkembangan ipoleksosbudhankam di nusantara tercinta. Kembali meminjam jargon Partai Gerindra maka sebaiknya  kita renungkan lagi makna filosofi sesungguhnya yang sangat dalam dari kalimat Kalau bukan kita siapa lagi,  kalau bukan sekarang kapan lagi.  Semua itu bermuara kepada kepedulian dan kebersamaan Rakyat Indonesia dalam rangka mewujudkan Indonesia Baru nan beradab, adil makmur sejahtera ………..

Tidak ada komentar: