Prabowo Ajak Masyarakat Ponpes Berpolitik
Jakarta
(Antara) - Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto,
mengajak masyarakat yang tinggal di pondok pesantren (ponpes) untuk
berperan serta dalam pembangunan politik nasional.
"Salah satu bentuk partisipasi itu adalah politik. Politiklah, yang sampai saat ini membawa kita untuk merealisasikan cara bagaimana kita bisa mengubah nasib," katanya dalam keterangan pers yang dirilis Media Center Prabowo Subianto di Jakarta, Kamis.
Prabowo mengemukakan hal itu saat menyerahkan bantuan dua ekor sapi kurban kepada Pondok Pesantren Darul Amal, Sukabumi, Jawa Barat, bersama mantan Dubes Indonesia untuk RRC Mayjen TNI (Purn) Sudrajat selaku pembina pondok pesantren tersebut pada Rabu (16/10).
Dalam kesempatan itu, Prabowo juga mengutip ayat dalam Al Quran yang berbunyi "Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum manakala kaum itu tidak berusaha untuk mengubah nasibnya sendiri".
Artinya, lanjut Prabowo, dalam konteks mengubah nasib yang bersumber dari ayat Al Quran tersebut menunjukkan bahwa sebaik-baik manusia adalah manusia yang berguna bagi manusia lain dan manusia yang berjuang untuk hal yang lebih besar dari dirinya sendiri.
"Karena itu, kita harus hargai orang-orang yang mau dan sanggup untuk berpolitik. Menawarkan diri untuk mengabdi kepada rakyat, itulah arti sebenarnya dari politik," jelasnya.
Ia menjelaskan yang menjadi tugas bangsa Indonesia sebagai rakyat adalah bagaimana masyarakat bisa memilih pemimpin-pemimpin politik yang baik dan mengutamakan kepentingan rakyat melebihi kepentingan pribadi dan golongannya.
"Masa depan Indonesia harus ditentukan oleh seluruh rakyat Indonesia. Jangan mau kalau hanya ditentukan oleh segelintir elite di Jakarta. Rakyat harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Indonesia adalah negara yang besar, negara yang sangat kaya tapi rakyat kita masih banyak yang miskin," ujarnya.
Ia menambahkan sejak dirinya menjadi anggota TNI dan melakukan latihan militer di daerah Jampang Kulon Sukabumi beberapa tahun lalu, ia melihat kondisinya masih sama seperti dulu dengan sekarang.
Hal itu terjadi karena kekayaan yang ada di kawasan Sukabumi ini tidak digunakan dengan efisien dan tidak digunakan dengan baik.
Berdasarkan data yang dimilikinya, Indonesia rugi tiap tahun Rp1.000 triliun dan ada segelintir elite yang mencuri uang rakyat, dan uang itu digunakan membeli dukungan politik yang melanggengkan kekuasaannya.
"Makanya rakyat kita sampai kapanpun akan tetap miskin, jika tidak ada perubahan. Intinya adalah rakyat harus memilih, mau terus seperti ini, terus miskin di tengah-tengah melimpahnya kekayaan bangsa kita, atau bangkit membangun Indonesia yang jauh lebih baik," ucapnya.(rr)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar