Selasa, 25 Maret 2014 | 08:10 WIB
"PDI Perjuangan berpendapat bahwa serangan negatif itu sebagai
bagian dari jalan terjal yang harus dilewati oleh seorang pemimpin.
Karena itu lah, kami menanggapi hal-hal tersebut dengan tenang, bahkan
dengan senyuman, dan tidak pernah terpancing," kata Tjahjo, dalam
pernyataan pers, Selasa (25/3/2014).
Tjahjo mengatakan, Megawati juga mengajak seluruh elit bangsa untuk bersama-sama menjunjung tinggi etika demokrasi. PDI-P, lanjutnya, memberikan apresiasi kepada masyarakat yang secara bijak dan cerdas menanggapi serangan negatif sebagai bagian dari persaingan politik semata.
Tjahjo mengatakan, Megawati juga mengajak seluruh elit bangsa untuk bersama-sama menjunjung tinggi etika demokrasi. PDI-P, lanjutnya, memberikan apresiasi kepada masyarakat yang secara bijak dan cerdas menanggapi serangan negatif sebagai bagian dari persaingan politik semata.
"Karena itulah kami tidak terpengaruh, dan kami serahkan pilihan
politik kepada masyarakat Indonesia yang menginginkan perubahan bersama
PDI Perjuangan dan Pak Jokowi. Prinsip kami, yang salah akan jatuh
dengan sendirinya," kata Tjahjo.
Sebelumnya, Jokowi mendapatkan serangan politik mulai dari para politisi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta, elit-elit partai, hingga bakal capres yang menjadi saingannya. Dalam kampanyenya, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto mengingatkan untuk tidak memilih calon Presiden "boneka" dan capres pembohong.
Gerindra juga kembali "menyerang" pencalonan Jokowi sebagai bakal capres dengan mengungkit dokumen perjanjian Batu Tulis antara PDI-P dan Gerindra. Di dalam perjanjian itu, terdapat klausul bahwa PDI-P akan mendukung pencalonan Prabowo sebagai Presiden pada Pemilu 2014. Elit PDI-P sudah menyatakan bahwa perjanjian itu tak berlaku karena duet Mega-Prabowo dalam Pemilu 2009 dikalahkan pasangan SBY-Boediono.
Tak hanya Jokowi, Megawati juga disindir oleh Wakil Sekretaris Jenderal Fahri Hamzah yang dalam akun Twitter-nya membuat rentetan pernyataan #MenolakLupa tentang berbagai kebijakan Megawati saat menjadi Presiden yang justru tidak melindungi kepentingan nasional.
Sebelumnya, Jokowi mendapatkan serangan politik mulai dari para politisi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta, elit-elit partai, hingga bakal capres yang menjadi saingannya. Dalam kampanyenya, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto mengingatkan untuk tidak memilih calon Presiden "boneka" dan capres pembohong.
Gerindra juga kembali "menyerang" pencalonan Jokowi sebagai bakal capres dengan mengungkit dokumen perjanjian Batu Tulis antara PDI-P dan Gerindra. Di dalam perjanjian itu, terdapat klausul bahwa PDI-P akan mendukung pencalonan Prabowo sebagai Presiden pada Pemilu 2014. Elit PDI-P sudah menyatakan bahwa perjanjian itu tak berlaku karena duet Mega-Prabowo dalam Pemilu 2009 dikalahkan pasangan SBY-Boediono.
Tak hanya Jokowi, Megawati juga disindir oleh Wakil Sekretaris Jenderal Fahri Hamzah yang dalam akun Twitter-nya membuat rentetan pernyataan #MenolakLupa tentang berbagai kebijakan Megawati saat menjadi Presiden yang justru tidak melindungi kepentingan nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar