Senin, 28 April 2014 , 06:56:00
Amien Rais. Foto: dok.JPNN,
JAKARTA -
Elektabilitas bakal calon presiden (capres) dari Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDIP) Joko Widodo alias Jokowi hanya bisa disaingi
oleh pembentukan poros koalisi Indonesia Raya. Selain hal tersebut,
kemenangan Jokowi dalam Pilpres 2014 bisa dibilang pasti.
Hal tersebut diutarakan oleh pakar
komunikasi politik Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing
dalam diskusi di Hotel Grand Alia, Cikini, Jakarta Pusat (Jakpus),
kemarin (27/4).
Emrus mengatakan bahwa koalisi yang
digagas oleh Amien Rais tersebut bisa saja terjadi di tengah kebingungan
para bakal capres dalam mencari pendampingnya.
"Boleh saja. Politik itu dinamis,
transaksional, dan dalam hitungan detik bisa saja mereka mereka
melakukan itu. Makanya kalau ingin mengalahkan Jokowi adalah semua
partai bergabung, apa bisa atau tidak itu soal kedua," kata Emrus.
Dia juga menekankan bahwa banyaknya
koalisi justru menguntungkan kubu Jokowi karena akan memecah suara
konstituen menjadi berkeping-keping. "Jadi kalau ada 3 atau 4 poros,
pasti akan dimenangkan Jokowi," ujar Emrus.
Bahkan, lanjutnya, poros koalisi dari
partai-partai Islam yang disebut-sebut mampu menandingi elektabilitas
Jokowi, tidak akan bertahan di dalam pertarungan Pilpres nanti.
Menurutnya, partai-partai Islam juga harus bersahabat dengan
partai-partai nasionalis, sekaligus membentuk kekuatan baru di dalam
koalisi Indonesia Raya.
"Kalau koalisi partai Islam tapi partai
nasionalis tidak menyatu juga, tetap tidak bisa. Karena kalkulasi partai
nasionals versus partai Islam saya kira masih menang yang nasionalis.
Tapi terkecuali kalau partai Islam bergabung dengan partai nasionalis
kecuali PDIP, itu akan berbeda lagi peta politiknya," ucap dia.
Emrus juga mengatakan, dengan terbentuknya
koalisi tersebut, PDIP dengan Jokowi-nya otomatis akan gagal melanggeng
ke tahap pendaftaran capres.
"Jokowi jadi sendirian bahkan dia tidak
akan mencalonkan diri karena tidak mencapai syarat presidential treshold
20 persen. Kalau mau strategi, itu adalah satu-satunya cara. Gabungkan
semua partai tanpa PDIP. Luar biasa itu," ujar Direktur Emrus Corner
tersebut.
Kendati demikian, koalisi tersebut nyaris
menjadi utopia. Pasalnya, tidak mudah menyatukan partai-partai ke dalam
koalisi politik yang besar. Ditambah tidak ada kesamaan niat di antara
partai-partai politik Islam untuk membentuk koalisi, menjadi kendala
terberat membentuk koalisi indonesia Raya.
"Tapi tidak gampang menyatukan ini semua.
Namun sangat perlu diperhitungkan. Karena kalau menyatu poros Indonesia
Raya ini, kalau kita hitung-hitunganan itu bisa mengancam Jokowi,"
tuturnya.
Sementara itu, untuk mencari capres yang
diboyong bersama-sama oleh partai-partai yang tergabung dalam koalisi
super tersebut juga tidak mudah.
"Saya kira sangat dinamis ya. Tapi mungkin
pertama adalah dari Partai Gerindra dengan Prabowo-nya karena
elektabilitasnya tertinggi kedua, lalu bisa juga Mahfud M.D.," pikirnya.
(dod)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar