Minggu, 27 April 2014

Tidak ada teman ataupun lawan yang abadi, demi kepentingan bangsa yang lebih besar.

Minggu, 27/04/2014 12:07 WIB

Prabowo-Wiranto Bertemu, Gerindra: Tak Ada Lawan Abadi

Elvan Dany Sutrisno - detikNews
Jakarta - Capres Gerindra Prabowo Subianto bertemu dengan capres Hanura Wiranto. Hubungan kedua jenderal ini kurang harmonis di masa lalu, namun rupanya dalam politik tidak ada lawan yang abadi.

"Dalam politik itu segala kemungkinan, tidak ada teman yang abadi, tidak ada lawan yang abadi," kata Ketua DPP Gerindra, Pius Lustrilanang, kepada detikcom, Minggu (27/4/2014).

Menurut Pius yang pernah menjadi korban penculikan Tim Mawar menjelang kejatuhan Soeharto, setiap pemimpin harus berjiwa besar. Melupakan masalah masa lalu demi kepentingan bangsa yang lebih besar.

"Untuk kepentingan bangsa, setiap pemimpin harus sanggup keluar dari beban masa lalu," katanya.

Prabowo dan Wiranto menggelar pertemuan rahasia di kediaman Wiranto di Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur, Kamis (23/4) lalu. Pertemuan bawahan dan atasan di era 1998 ini sangat menarik. Jenderal (Purn) Wiranto yang kala itu menjabat Pangab konon punya hubungan tak harmonis dengan Letjen (Purn) Prabowo yang kala itu menjabat Pangkostrad.

Wajar saja muncul spekulasi soal islahnya dua jenderal ini. Mengignat pertemuan ini tak hanya membuka pembahasan peluang koalisi Gerindra-Hanura, tapi ada hal lain yang lebih penting. Yakni sinyal kuat dua jenderal yang pernah berseberangan di era jatuhnya Presiden Soeharto ini islah alias rukun kembali.

Seperti apa sebenarnya kisah Prabowo-Wiranto di era jatuhnya Presiden Soeharto? Mungkinkah keduanya islah? Ikuti ulasan detikcom selanjutnya.Minggu, 27/04/2014 13:40 WIB
Pertemuan Letjen (Purn) Prabowo Subianto dan Jenderal (Purn) Wiranto beberapa hari lalu bisa jadi merupakan sejarah baru. Kedua capres ini punya jejak hubungan panas di masa lalu. Akankah keduanya islah demi mengawal kepentingan bangsa?

Ayah Prabowo Subianto, Sumitro Djojohadikusumo mengungkap hubungan Prabowo-Wiranto dalam sebuah buku berjudul 'Jejak Perlawanan Begawan Pejuang, Sumitro Djojohadikusumo'. Buku yang diterbitkan pertama kali tahun 2000 silam ini berisi perjalanan hidup Sumitro, salah satunya tentang sosok anaknya yang jadi petinggi militer di era Soeharto, Prabowo Subianto.

Seperti dikutip detikcom dari buku Sumitro, Minggu (27/4/2013), begawan ekonomi itu mengisahkan sulitnya posisi Prabowo di akhir era kepemimpinan Presiden Soeharto. Sumitro mengisahkan Soeharto memendam prasangka buruk bahwa Prabowo bersama BJ Habibie bersekongkol untuk menumbangkannya. Cerita semacam ini jadi spekulasi panas di awal tahun 1998.

Cerita miring tersebut meluas dengan cepat, dijelaskan Sumitro dalam bukunya, di luar istana terdapat barisan perwira ABRI yang cemburu terhadap melejitnya karier Letjen Prabowo. Salah satu yang tidak lagi menyembunyikan rasa tidak sukanya terhadap Prabowo, disebutkan Sumitro, adalah Pangab Jenderal Wiranto.

Sumitro menyebut Wiranto tak menyia-nyiakan peluang untuk menghempaskan Prabowo. Dalam buku tersebut dituliskan bahwa sekitar 21 Mei 1998 Wiranto mengeluh kepada Soeharto mengenai pergerakan Prabowo. Mendengar keluhan itu, Soeharto pun menginstruksikan agar Prabowo dicopot dari kostrad.

Malam hari sebelum pengumuman, Prabowo menelepon ayahnya memberi tahu situasi sulit yang dihadapinya. "Saya dikhianati," kata Prabowo dalam buku autobiografi ayahnya ini. Prabowo kala itu sangat kecewa dengan perlakuan keluarga Cendana. Prabowo sempat menulis surat sebagai pembelaan, namun posisinya makin sulit.

Puncaknya tanggal 25 Mei 1998, Letjen Prabowo Subianto resmi dicopot dari Pangkostrad. Prabowo langsung dikirik ke Bandung menjadi Komandan Sesko ABRI. Tak lama setelah pemeriksaan Dewan Kehormatan Perwira (DKP), dijelaskan Sumitro, bahkan karier Prabowo diakhiri oleh Wiranto

Setelah kariernya di militer kandas, Prabowo akhirnya memutuskan untuk memilih menjadi pengusaha di luar negeri dan memilai hidup baru. Sebelum berangkat Prabowo sempat berpamitan ke Wiranto. Kala itu Wiranto berkomentar singkat. "Ya, sudah pergi saja ke luar, tak apa-apa. Jauhkan pikiran kamu dari Mahmil," kata Wiranto, dalam buku Sumitro.

Masih ada cerita selain itu. Tindakan pertama ABRI setelah Soeharto lengser adalah berusaha mengungkap kasus penculikan para aktivis pro demokrasi. Wiranto sebagai Pangab mengumumkan 7 oknum anggota Kopassus sebagai tersangka kasus penculikan. Banyak pihak memuji langkah Wiranto kala itu. Wiranto lantas membentuk Dewan Kehormatan Perwira yang diketuai KSAD Jenderal Subagyo HS. DKP ini kemudian yang memeriksa Letjen Prabowo Subianto, Mayjen Muchdi PR, dan Kolonel Chairawan. Hasilnya, Prabowo Subianto diberhentikan dengan hormat dari ABRI.

Sementara itu Muchdi PR dan Chairawan dibebaskan dari semua tugas dan jabatan struktural di ABRI. Mereka terkena sanksi sehubungan kasus penculikan yang dilakukan oleh Tim Mawar antara bulan Februari 1998 sampai Maret 1998.Tercatat belasan aktivis pro demokrasi diculik, tiga di antaranya dapat meloloskan diri yakni Desmond Mahesa, Pius Lustrilanang, dan Nezar Patria. Kasus orang hilang hingga kini belum tuntas, di depan DKP Prabowo mengungkapkan mengenai daftar sembilan aktivis yang harus diculik yang ia dapat dari atasannya. Kala itu Prabowo menegaskan kesembilan orang itu menjadi tanggungjawabnya dan telah ia lepaskan serta semuanya masih hidup. Setelah itu pengusutan kasu spenculikan berhenti.

Dalam bukunya Sumitro masih bicara panjang lebar soal hubungan Prabowo-Wiranto. Dengan jejak hubungan panas di masa lalu mungkinkah Prabowo-Wiranto islah dan berada di satu kubu di Pilpres 2014?

Tentu saja persoalan masa lalu sudah mulai dilupakan, Prabowo dan Wiranto sudah bertemu beberapa hari lalu. Menurut Ketua DPP Gerindra Pius Lustrilanang, dalam politik tidak ada teman ataupun lawan yang abadi, demi kepentingan bangsa yang lebih besar.

Tidak ada komentar: