Kamis, 05 Juni 2014

Perjalanan hidup Capres Joko Widodo dan Prabowo

Jejak Letjen (Purn) Prabowo Subianto dalam Gambar

Thu, 05 Jun 2014 16:30:00 GMT | By PlasaMSNJejak Letjen (Purn) Prabowo Subianto dalam Gambar (© REUTERS/Beawiharta)
Dua kali ikut bertarung dalam pemilihan presiden tak membuat Letjen (Purn) Prabowo Subianto kapok. Dengan mengantongi 14.760.371 suara, setara dengan 73 kursi di DPR, ia yang diraih di 29 provinsi atau nomor tiga ia merasa percaya diri maju bertarung. Dengan mengandeng Ketua Umum PAN, Hatta Rajasa, Prabowo bakal bertarung dengan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang diusung PDI Perjuangan dan empat partai lainnya.
Jejak Letjen (Purn) Prabowo Subianto dalam Gambar (© REUTERS/Beawiharta)
1. Keluarga
Prabowo Subianto berasal dari keluarga ilmuwan. Kakeknya, Margono Djojohadikusumo, merupakan pendiri Bank Negara Indonesia, pemimpin pertama Dewan Pertimbangan Agung Sementara, dan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Ayahnya, Sumitro Djojohadikusumo, seorang begawan ekonomi. Pernah juga dipercaya Soeharto menjadi Menteri Riset dan Teknologi.
Prabowo yang lahir di Jakarta, 17 Oktober 1951 banyak menghabiskan masa kecilnya di luar negeri. Anak ketiga dari empat bersaudara ini menyelesaikan pendidikan dasar dalam waktu 3 tahun di Victoria Institution, Kuala Lumpur, Sekolah Menengah di Zurich International School, Zurich, pada 1963-1964, dan SMA di American School, London pada kurun waktu 1964-1967.
Jejak Letjen (Purn) Prabowo Subianto dalam Gambar (© REUTERS/Beawiharta)
2. Masuk AKABRI
Di sinilah karir militernya dimulai. Selepas SMA, ia langsung masuk ke Akademi Angkatan Bersenjata di Magelang pada 1970 dan lulus pada 1974.
Selepas dari AKABRI, karir Prabowo di dunia militer terus melejit. Tercatat, pada 1976 ia pernah menjadi Komandan Pleton Para Komando Grup I Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha) dan ditugaskan sebagai bagian dari operasi Tim Nanggala di Timor Timur.
Pada 1978, Prabowo memimpin pasukan Den 28 Kopassus yang ditugaskan untuk membunuh pendiri dan Wakil Ketua Fretilin, Nicolau dos Reis Lobato.
Pada 1983, Prabowo dipercaya menjadi Wakil Komandan Detasemen 81 Penanggulangan Teroris (Gultor) Komando Pasukan Khusus TNI AD.
Jejak Letjen (Purn) Prabowo Subianto dalam Gambar (© REUTERS/Beawiharta)
3. Kawin dengan Anak Soeharto
Dalam buku 'Jejak Perlawanan Begawan Pejuang-Sumitro Djojohadikusumo' (2000), Sumitro mengungkap benih-benih cinta antara anaknya dengan Titiek Soeharto.
Titiek sebenarnya bukanlah kisah cinta pertama. Prabowo muda dikenal 'playboy'. Sebelum menjalin cinta dengan Titiek, ia pernah menjalin hubungan serius dengan seorang gadis Yogya. Sayang hubungan itu putus di tengah jalan lantaran Prabowo sibuk menjalankan tutasnya sebagai tentara.
Tak hanya itu, Prabowo juga pernah memiliki beberapa teman wanita lain. Namun rupanya tak mendapat respons bagus dari keluarganya.
Sampai suatu hari, Prabowo meminta izin kepada Sumitro jika ia hendak memperkenalkan seorang teman wanita. Saat ditanya siapa wanita itu? Prabowo hanya menjawab, pacarnya itu salah satu murid ayahnya.
Belakangan Sumtro mengetahui bahwa murid yang dimaksud anaknya itu adalah salah satu putri Presiden Soeharto. Sumitro pun bilang ke Prabowo. 'Kalau kali ini
kamu tidak serius, payah deh kamu,' kata Sumitro.
Setelah itu, Prabowo menggadang-gadang Titiek ke neneknya. Prabowo masih tidak membuka identitas Titiek. Sang nenek juga masig mengira Titiek itu pacar Prabowo asal Yogya yang mondok di kawasan Menteng.
Sang nenek baru tahu identitas Titiek justru dari saudara Prabowo. Sang nenek kaget.
Sampai kemudian pada suatu upacara di Istana Negara, Ibu Tien mendekati Sumitro dan berbisik soal kedekatan Prabowo dan Titiek. Tak berapa lama setelah itu datang Tjoa Hok Sui, kepercayaan Probosutedjo, dan berkata hal yang sama bahkan mendorong Sumitro agar segera meresmikan hubungan Prabowo dan Titiek.
Setelah menanyai keseriusan Prabowo, akhirnya datang melamar Titiek. Pacaran yang dijalaninya selama dua tahun itu akhirnya berakhir di pelaminan pada Mei 1983. Dari perkawinannya itu, Prabowo-Titiek dikarunia seorang anak.
Namun pasca reformasi, biduk rumah tangga mereka retak dan mereka bercerai.
Jejak Letjen (Purn) Prabowo Subianto dalam Gambar (© REUTERS/Beawiharta)
4. Menjadi Danjen Kopassus
Pada tahun 1983, Prabowo dipercaya sebagai Wakil Komandan Detasemen 81 Penanggulangan Teror (Gultor) Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Setelah menyelesaikan pelatihan Special Forces Officer Course di Fort Benning, Amerika Serikat, Prabowo diberi tanggungjawab sebagai Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara.
Pada tahun 1995, ia tercatat menjabatan Komandan Komando Pasukan Khusus.
Pada tahun 1996, Komandan Kopassus Prabowo Subianto memimpin operasi pembebasan sandera Mapenduma. Operasi ini berhasil menyelamatkan nyawa 10 dari 12 peneliti Ekspedisi Lorentz '95 yang disekap oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM). 5 orang yang disandera adalah peneliti biologi asal Indonesia, sedangkan 7 sandera lainnya adalah peneliti dari Inggris, Belanda dan Jerman.
Tak lama setelah itu, ia diangkat menjadi Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus.
Saat menjabat Danjen Kopassus, Prabowo memprakarsai pendakian Gunung Everest. Tim yang terdiri Kopassus, Wanadri, FPTI, dan Mapala UI berhasil mengibarkan bendera merah putih di puncak tertinggi dunia setelah mendaki melalui jalur selatan Nepal.
Jejak Letjen (Purn) Prabowo Subianto dalam Gambar (© REUTERS/Beawiharta)
5. Diangkat menjadi Pangkostrad
Dua tahun (1998) menjabat Komandan Jenderal Kopassus, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat. Usianya terbilang muda, 47 tahun, saat ia menjabat institusi ini. Ini adalah jabatan strategis di Angkatan Darat.
Tahun itu, kondisi sosial politik tanah air sedang mendidih. Demonstrasi menuntut Soeharto mundur merebak dimana-mana.
Di Jakarta, aksi gelombang massa secara terus menerus dilakukan. Sejumlah aktivis dan kaum intelektual turun jalan. Mereka mengepung dan menduduki sejumlah lembaga strategis seperti gedung MPR/DPR.
Puncaknya, 21 Mei 1998, Soeharto mundur sebagai presiden dan digantikan Wakilnya, BJ. Habibie. Situasi Jakarta mencekam.
Jejak Letjen (Purn) Prabowo Subianto dalam Gambar (© REUTERS/Beawiharta)
6. Menculik Aktivis
Kabar tak sedap mulai mencuat saat ia baru menjabat sebagai Pangkostrad. Ia memerintahkan pasukan di bawahnya untuk menculik sejumlah aktivis yang saat itu kerap mengkritik pemerintahan Orde Baru.
Tak hanya itu, saat peralihan pemerintahan dari Soeharto ke Habibie, kabar tak sedap kembali muncul. Menurut Habibie, pada 22 Mei 1998 di Istana Merdeka, dirinya mendapati Panglima ABRI Jenderal Wiranto yang ingin bertemu dengannya. Waktu itu, Habibie ingin mengumumkan kabinetnya sehari setelah diangkat menggantikan Soeharto.

Saat bertemu, kata Habibie, Wiranto menjelaskan ada gerakan pasukan Kostrad dari berbagai daerah masuk ke Jakarta tanpa sepengetahuannya. Beberapa pesawat militer yang mengangkut prajurit Kostrad terdeteksi menuju bandara. Hal itu dianggap Wiranto berbahaya karena di luar komando resmi.  Mendapati itu, Habibie segera memerintahkan Wiranto untuk mencopot Prabowo sebelum matahari terbenam.
Jejak Letjen (Purn) Prabowo Subianto dalam Gambar (© REUTERS/Beawiharta)
7. Diberhentikan dari Militer
Meniti karier di militer selama 24 tahun, saat menduduki posisi puncak, dia sempat dituduh melakukan kudeta hingga memimpin operasi penculikan aktivis.
Untuk membuktikan tudingan itu, Panglima ABRI, Jenderal Wiranto pada 3 Agustus 1998 membentuk Dewan Kehormatan Perwira. Dewan Kehormatan Perwira ini dibentuk untuk menyelidiki kasus penculikan aktivis dan kekerasan Mei 1998.
Dewan Kehormatan Perwira dipimpin oleh KSAD Jenderal TNI Subagyo HS dengan anggota pada waktu itu diantaranya Kassospol ABRI Letjen TNI Soesilo Bambang Yudhoyono dan Gubernur Lemhanas Letjen TNI Agum Gumelar.
Pada 24 Agustus 1998, DKP mengeluarkan hasil penyelidikannya. Mereka memberhentikan Letjen Prabowo Subianto dari dinas aktif militer dan memberhentikan Mayjen Muchdi Purwopranjono sebagai Danjen Kopassus.
Prabowo memang nama yang tak asing di telinga kita. Saat menjabat sebagai tentara, sejumlah dugaan tak sedap muncul. Ia pernah terlibat kasus penculikan sejumlah aktivis yang buntutnya membuat ia dicopot dari dinas kemiliteran.Jejak Letjen (Purn) Prabowo Subianto dalam Gambar (© REUTERS/Beawiharta)
8. Hijarah ke Yordania
Tak lama setelah diberhentikan dari dinas militer, ia hijrah ke Yordania dan beberapa negera Eropa. Ia menekuni dunia bisnis, mengikuti adiknya Hashim Djojohadikusumo yang pengusaha minyak. Kenapa Yordania? karena Raja Yordania Abdullah II itu sahabat kental Prabowo. Raja Abdullah II dan Prabowo adalah kawan lama semenjak mereka masih menjadi perwira tentara di negaranya masing-masing. Bahkan keduanya sama-sama alumni Fort Banning, lembaga Pendidikan Militer Amerika yang mencetak pasukan khusus.
Jejak Letjen (Purn) Prabowo Subianto dalam Gambar (© REUTERS/Beawiharta)
9. Terjun ke Politik, Ikut Konvensi
Lama bermukim di Yordania, tiba-tiba ia muncul lagi di tanah air. Saat itu, Indonesia sedang mau menggelar Pemilu 2004.
Ia pun mencoba peruntungan dengan mengikuti konvensi calon presiden yang digelar Partai Golkar. Namun, langkahnya ini tak mulus. Ia tak terpilih menjadi calon presiden yang diusung Partai Golkar.
Jejak Letjen (Purn) Prabowo Subianto dalam Gambar (© REUTERS/Beawiharta)
10. Mendirikan Partai
Bersama adiknya Hashim Djojohadikusumo, mantan aktivis mahasiswa Fadli Zon, dan mantan Deputi V Badan Intelijen Negara Bidang Penggalangan Muchdi Purwoprandjono serta sederetan nama lainnya, Prabowo mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya atau Partai Gerindra pada 6 Februari 2008. Di partai itu, ia menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Dewan Pimpinan Pusat (DPP).
Tujuan pendirian partai ini tak lain adalah untuk kendaraan Prabowo menggapai cita-citanya untuk menjadi presiden.
Jejak Letjen (Purn) Prabowo Subianto dalam Gambar (© REUTERS/Beawiharta)
11. Ikut Bertarung di Pilpres Bersama Megawati
Perolehan suara Partai Gerindra yang kurang begitu membanggakan membuat partai ini tak bisa mengusung Prabowo menjadi presiden. Terpaksa mereka harus berkoalisi. Partai ini pun kemudian membangun koalisi dengan PDI Perjuangan, dimana Megawati menjadi calon presiden dan Prabowo menjadi calon wakil presiden. Namun pasangan ini kalah dengan pasangan SBY-Boediono.

Jejak Letjen (Purn) Prabowo Subianto dalam Gambar (© REUTERS/Beawiharta)
12. Mencalonkan menjadi Presiden
Seakan tak kapok kalah seperti pada pencalonannya dua periode lalu, kali ini ia mencalonkan diri kembali menjadi presiden dengan berpasangan dengan Hatta Rajasa. Pasangan ini bakal bertarung dengan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada Pilpres, 9 Juli nanti.

Jokowi: Perkenalkan Istri Saya, Iriana... Irian

Kamis, 5 Juni 2014 | 11:03 WIB

JAYAPURA, KOMPAs.com — Calon presiden Joko Widodo memperkenalkan istrinya, Iriana Widodo, kepada warga adat di Kampung Yoka, Jayapura, Papua, Kamis (5/6/2014) siang. Dia kemudian menceritakan asal nama Iriana.

Bertempat di rumah adat Yoka, persis di tepi Danau Sentani, semula Jokowi diberikan kesempatan untuk memberi pidato sambutan. Baru menyelesaikan dua kalimat pembuka, Jokowi kemudian mengalihkan topik.

"Saya perkenalkan istri saya, namanya Iriana. Irian," ujar Jokowi yang langsung disambut tepuk tangan warga.

Iriana kemudian berjalan ke arah Jokowi dan berdiri di samping Jokowi. Keduanya kompak mengenakan kemeja motif kotak-kotak.

"Kenapa namanya Iriana? Karena kakeknya pernah jadi guru di sini. Ndak tahu berapa puluh tahun di sini. Kemudian pulang, cucunya diberi nama Iriana. Satu saja, ndak ada lanjut namanya, Iriana," sambung Jokowi.

Jokowi pun menjadikan silsilah nama sang istri tersebut sebagai ajang kampanye untuk memilih dirinya dan Mohammad Jusuf Kalla pada pemilihan presiden 9 Juli 2014 yang akan datang.

"Istri saya saja namanya Iriana, masa Bapak Ibu ndak milih saya. Apalagi ibu-ibunya," ujar Jokowi.

Pantauan Kompas.com, selain membawa serta istrinya, Jokowi juga mengajak kedua anaknya, yakni Kahesang Pangarep dan Kahiyang Ayu. Kedua anaknya juga memakai kemeja kotak-kotak. Namun, keduanya tidak tampil di publik. Keduanya hanya berada di belakang panggung saja.

Kedatangan Jokowi di Kampung Yoka adalah rangkaian dari safari politik kampanye hari kedua Jokowi di Bumi Cendrawasih. Masyarakat adat setempat menyatakan dukungannya kepada pasangan Jokowi-Jusuf Kalla dalam pilpres mendatang.

"Bapak adalah calon presiden yang pertama kali datang ke Papua. Tuhan memberkati Bapak untuk menjadi presiden," ujar salah satu pendeta setempat.

Saat Jokowi memasuki kawasan kampung itu, suasana cukup meriah. Masyarakat setempat dengan dedaunan di tangan kiri dan kanan yang dilambai-lambaikan menyambut Jokowi yang mengenakan topi baling, topi kebesaran raja.


Perjalanan karir Joko Widododalam gambar


Wed, 04 Jun 2014 17:45:00 GMT | By PlasaMSN, TEMPO/STR/Eko Siswono ToyudhoShow Thumbnails
Perjalanan karir Joko Widodo boleh dibilang cukup berwarna. Ayahnya yang berprofesi sebagai pedagang kayu, rupanya menginspirasinya jalan hidupnya.
Lulus kuliah dari Fakultas Kehutanan UGM, ia sempat bekerja di sebuah perusahaan kertas. Hanya betah dua tahun, lalu ia memutuskan untuk membuka usaha sendiri: berdagang kayu. Ia pun membuka usaha mebeler.
Di dunia bisnis inilah, benih-benih pengaruhnya mulai dirasakan komunitas seprofesinya. Jokowi dianggap orang yang punya pengaruh dan banyak memberi inspirasi. Ia pun lalu digadang-gadang untuk terjun di panggung politik.
Seperti apa perjalanan hidupnya?
Perjalanan hidup Jokowi dalam Gambar (© TEMPO/STR/Eko Siswono Toyudho)
1. Masa kecil prihatin
Joko Widodo atau akrab disapa Jokowi lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 21 Juni 1961. Masa kecilnya penuh keprihatinan. Dalam buku 'Memimpin Kota, Menyentuh Jakarta' (2012) karya Alberthiene Endah, Jokowi berkisah tentang masa kanak-kanaknya. Katanya, ia hidup di sebuah kampung yang sederhana, cenderung kumuh di bantaran sebuah kali di Surakarta.
Kehidupannya identik dengan kehidupan nomaden, pindah dari bantaran ke bantaran lain dengan rumah berdinding gedek (anyaman bambu) yang penuh dengan tumpukan kayu dagangan ayahnya. Setiap malam, kata dia, rumahnya dan rumah-rumah tetangganya hanya diterangi lampu semprong. 'Redup tapi damai,' katanya.
Hidup prihatin itu, 'Saya jadikan 'pelajaran' pertama tentang kehidupan rakyat.'Perjalanan hidup Jokowi dalam Gambar (© TEMPO/STR/Eko Siswono Toyudho)
2. Hidup dari kayu
Jokowi lahir dari pasangan Noto Mihardjo dan Sujiatmi Notomiharjo. Masa kecil hingga dewasa dihabiskannya di Solo, Jawa Tengah.
Ayahnya yang berprofesi pedagang kayu tampaknya mengilhami Jokowi yang pada masa kecilnya memiliki nama Mulyono ini. 'Saya menyimpan gambaran kayu dan bambu sebagai penolong kami,' kata Jokowi.
Perjalanan hidup Jokowi dalam Gambar (© TEMPO/STR/Eko Siswono Toyudho)
3. Masa kuliah
Latar belakang keluarganya yang menggeluti dunia perkayuan membuatnya jatuh cinta dengan dunia kayu. Ia pun kemudian memutuskan untuk memilih Fakultas Kehutanan UGM. 'Simpel, saya ingin mendalami masalah perkayuan melalui kesempatan mamasuki dunia akademis,' katanya.
Tak hanya jadi mahasiswa kulihan saja, ia juga rajin mengikuti diskusi-diskusi dan aktivitas mahasiswa lainnya. Tak hanya itu, sewaktu mahasiswa ia juga punya hobi mendaki gunung.
Perjalanan hidup Jokowi dalam Gambar (© TEMPO/STR/Eko Siswono Toyudho)
4. Blusukan ke hutan
Lulus kuliah pada usia 24 tahun (1985), ia pun harus mencari pekerjaan. Lamaran pun dikirim kemana-mana. Sampai akhirnya ia diterima di sebuah perusahaan kertas ternama. Ia pun ditempatkan di kawasan Aceh Tengah.
Perjalanan hidup Jokowi dalam Gambar (© TEMPO/STR/Eko Siswono Toyudho)
5. Harga cincin nikah Rp 24 ribu
Beberapa bulan bertugas di Aceh, ia memutuskan untuk pulang dan menikah dengan perempuan yang sudah dipacarinya sejak Jokowi kuliah tingkat satu. Iriana, perempuan itu, kala itu masih duduk di bangku SMA kelas tiga.
Keduanya berjanji sehidup semati di depan penghulu tepat sehari menjelang perayaan Natal 1986. 'Cincin kawin saya seharga Rp 24 ribu,' kata Jokowi.
Perjalanan hidup Jokowi dalam Gambar (© TEMPO/STR/Eko Siswono Toyudho)
6. Merintis bisnis
Tak tahan dengan lingkungan kerjanya, akhirnya Jokowi memutuskan untuk merintis bisnis sendiri setelah dua tahun bekerja di Aceh (1988).
Karena modal yang dipunyainya masih cekak, ia memutuskan untuk ikut nebeng bekerja di perusahaan Pak De-nya. Selama setahun menyerap ilmu di pabrik Pak De-nya, Jokowi pun memutuskan untuk merintis usaha kayu sendiri dengan mendirikan CV Rakabu.
Dalam perjalanannya bisnis yang dirintis Jokowi berkembang pesat.
Perjalanan hidup Jokowi dalam Gambar (© TEMPO/STR/Eko Siswono Toyudho)Dalam perjalanan hidupnya, Jokowi nyaris tak pernah melonggarkan pikirannya untuk dunia politik. 'Saya ini tercebur ke dunia politik,' katanya polos.
Awalnya, ia hanya menggagas lahirnya organisasi yang bisa memayungi perajin dan pengusaha mebel di Solo. Sampai akhirnya pada 2002 ia didaulat untuk menjadi Ketua Asosiasi Pengusaha Mebel Indonesia atau Asmindo Komda Surakarta.
Rupanya sepak terjangnya di Asmindo ini mendapat sorotan luas masyarakat Surakarta dan orang-orang politik. Pada 2004, para pengurus dan anggota Asmindo Surakarta pun mulai kasak-kusuk agar ia mau maju mencalonkan diri sebagai walikota Surakarta periode 2005-2010. 'Saya tertawa mendengar slentingan itu,' katanya.
Perjalanan hidup Jokowi dalam Gambar (© TEMPO/STR/Eko Siswono Toyudho)
8. Mencalonkan diri menjadi walikota Surakarta
Tampaknya slentingan itu serius. Teman-temannya terus membujuk Jokowi agar mau dicalonkan menjadi calon walikota. Awalnya ia menolak tapi, menurut pengakuannya, setelah melalui perenungan akhirnya desakan itu ia amini.
Ia pun kemudian memilih PDI Perjuangan sebagai kendaraan politiknya. PDI Perjuangan yang punya kader FX Hadi Rudyatmo kemudian diperkenalkan untuk menjadi pendampingnya. Pasangan ini disokong oleh PDI Perjuangan dan PKB.
Dalam pemilihan ini, pasangan Jokowi-Hadi Rudyatmo berhasil memenangi pemilihan dengan meraih suara 36,63%.
Setelah terpilih, dengan berbagai pengalaman di masa muda, ia mengembangkan Solo yang sebelumnya buruk penataannya dan menghadapi berbagai penolakan masyarakat untuk ditertibkan. Di bawah kepemimpinannya, Solo mengalami perubahan dan menjadi kajian di universitas luar negeri.
Perjalanan hidup Jokowi dalam Gambar (© TEMPO/STR/Eko Siswono Toyudho)
9. Kembali dicalonkan
Kepemimpinannya pada periode pertama membuat masyarakat Surakarta tergiur untuk kembali mencalonkan pasangan Joko Widodo-FX Hadi Rudyatmo. Lagi-lagi pasangan ini mampu meraup 90,09 % suara.
Perjalanan hidup Jokowi dalam Gambar (© TEMPO/STR/Eko Siswono Toyudho)
10. Dicalonkan jadi Gubernur DKI
Belum genap dua tahun memerintah di Surakarta (2012), Joko Widodo dicalonkan oleh partainya untuk bertarung pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Ia berpasangan dengan Basuki T Purnama atau yang biasa disapa Ahok dari Partai Gerindra.
Pada pemilihan dua putaran itu, Jokowi-Ahok mampu menyingkirkan calon petahana, Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli
Perjalanan hidup Jokowi dalam Gambar (© TEMPO/STR/Eko Siswono Toyudho)
11. Diusung menjadi calon presiden
Belum genap menyelesaikan tugasnya menjadi Gubernur DKI, lagi-lagi PDI Perjuangan mengusungnya menjadi calon presiden 2014.
Pada Pilpres yang akan dilangsungkan 9 Juli nanti, Jokowi memilih berpasangan Jusuf Kalla. Pasangan ini diusung oleh PDI Perjuangan, Nasdem, PKB, Hanura, PKPI.
Akankah Jokowi mendulang kesuksesan seperti saat dia bertarung di pemilihan walikota Surakarta dan Gubernur DKI? Kita lihat 9 Juli nanti.
Perjalanan hidup Jokowi dalam Gambar (© TEMPO/STR/Eko Siswono Toyudho)

Tidak ada komentar: