Selasa, 26 Mei 2015

Organesasi Papua Merdeka, unjuk Nyali .........tantang TNI dan Densus

Senin, 25 Mei 2015 , 18:02:00

TNI. Foto: dok.JPNN
TNI. Foto: dok.JPNN
JAKARTA -- Kelompok teroris-separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang bermarkas di Lany Jaya, Papua, pimpinan Puron Wenda dan Enden Wanimbo menantang TNI dan Polri serta masyarakat non Papua, perang secara terbuka. OPM  menolak segala macam dialog, dan menganggap perang terbuka merupakan harga mati.
 
Menanggapi hal itu, Anggota Komisi III DPR Aboebakar Alhabsy, meminta TNI dan Polri khususnya Kepala Densus 88 Polri tidak diam saja.
Aboebakar cukup prihatin kenapa Panglima TNI dan Kepala Densus 88 hanya diam dengan ancaman teror dari Kelompok separatis OPM dimaksud.
"Ini adalah bentuk teror yang nyata dan secara terbuka telah disampaikan ke publik. Hal ini seharusnya ditanggapi secara serius oleh Kepala Densus 88 dan Kepala BNPT," kata Aboebakar, Senin (25/5).
Dia mengaku, masyarakat banyak yang menanyakan kepada DPR selaku mitra kerja kenapa Densus 88 hanya diam saja dengan teror yang terang benderang seperti itu.
Akhirnya, kata dia, beberapa kalangan membandingkan persoalan ini dengan penembakan yang dilakukan Densus terhadap Nurdin pada September tahun yang lalu, yang ditembak saat salat Ashar karena diduga sebagai teroris.
"Namun orang-orang ini (OPM) yang sudah melancarkan ancaman teror secara terbuka hanya diam saja. Akhirnya sebagian orang menyimpulkan, bahwa aparat memiliki standar ganda dalam mengkategorisasikan teroris," kritik Aboebakar

Sabtu, 09 Mei 2015 | 08:03

OPM Minta Jokowi Bebaskan Semua Tapol Papua

Panglima Tinggi Tentara Pembebasan Nasional-Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM) Goliath Tabuni (mengenakan ikat kepala merah).
Panglima Tinggi Tentara Pembebasan Nasional-Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM) Goliath Tabuni (mengenakan ikat kepala merah). (Istimewa)
Jayapura - Organisasi Papua Merdeka (OPM) mendesak Presiden Joko Widodo untuk membebaskan seluruh tahanan politik di Papua.
"Bebaskan saja semua tahanan politik, karena mereka telah berteriak soal hak-hak hidup dan berpendapat bagi masyarakat Papua yang sejak dulu tertindas," kata Sekretaris Jenderal Tentara Pembebasan Nasional- Papua Barat (TPN-PN) Organisasi Papua Merdeka (OPM) Antonnego Obet Tabuni kepada SP, Sabtu (9/5) pagi.
Pernyataan Anton tersebut terkait kunjungan presiden selama dua hari ke Papua dan Papua Barat.
Dia mengatakan, para tahanan politik (tapol) dan narapidana politik (napol) Papua layak dibebaskan. "Mereka pejuang ‎ bagi rakyat Papua," kata Anton.
Antonnego Obet Tabuni merupakan tangan kanan Goliat Tabuni, panglima tertinggi TPN Papua Barat yang resmi dilantik 11 Desember 2012 di Markas Tingginambut, Puncak Jaya, Papua.
Goliat Tabuni bersama Kelly Kwalik di Timika bermarkas di Kali Kabur. Saat penyenderaan peneliti Lorentz di Mapunduma tahun 1996, Goliat merupakan anggota dari Kelly Kwalik.
Kini ia berada di Puncak Jaya memimpin pasukannya dan beraksi melawan pemerintah sejak 2014.
Sementara Kelly Kwalik ditembak aparat pada 16 Desember 2006 sekitar pukul 3. 00 WIT dalam penyergapan sekitar gorong-gorong Timika, Kabupaten Mimika.
Anton juga menolak adanya dialog-dialog yang akan diadakan pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat (LSM). "Kami mau merdeka tak perlu ada dialog-dialog," ujarnya.
Disinggung SP bahwa Kapolda Papua Irjen Pol drs Yoje Mande akan terus mengejar kelopok-kelompok yang mengganggu kedaaulatan negara.
"Itu eforia saja," kata Anton dengan enteng.
Sementara dari info yang diperoleh SP, Presiden Jokowi direncanakan memulai ‎ agenda kerja hari ini di mana pukul 8.00 WIT menuju pasar Prahara dan peresmian Venue PON XX Tahun 2020 di Kampung Harapan, Sentani.
Lalu pukul 10.00 WIT menuju Kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Regional Papua untuk peresmian Kampus IPDN.
Kemudian pukul 12.00 WIT ke tempat pelelangan ilan kelurahan Hamadi, Distrik Jayapura Selatan penyerahan KKS, KIP dan KIS, dan pukul 13.00 WIT menuju lokasi Jembatan Layang Hamadi Holtekamp untuk melakukan peresmian.

Roberth Isidorus Vanwi/FEB

Tidak ada komentar: