Senin, 05 Oktober 2015

Jokowi: Saya Yakin Pertumbuhan Ekonomi Semester Dua Naik, mulai Setember!

Jokowi: Mulai September, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Akan Meroket

Rabu, 5 Agustus 2015 | 19:23 WIB
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN Presiden Joko Widodo memberikan gambaran makro ekonomi Indonesia dalam silaturahmi dengan dunia usaha di Jakarta Convention Center, Kamis (9/7/2015).
BOGOR, KOMPAS.com — Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2015 akan berada di level 4,67 persen. Dia yakin angka itu akan melambung jauh pada semester kedua mulai bulan September.
"Mulai agak meroket September, Oktober. Nah, pas November itu bisa begini (tangan menunjuk ke atas)," kata Jokowi di Istana Bogor, Rabu (5/8/2015).
Dia menganggap lambatnya pertumbuhan ekonomi hingga kuartal kedua ini karena serapan anggaran baik di tingkat pusat maupun daerah yang belum tersalurkan. Selain itu, ada juga faktor eksternal yang membuat negara-negara lain termasuk Indonesia mengalami perlambatan.
Namun, memasuki semester kedua, Jokowi yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia akan membaik. Saat ditanyakan apakah pemerintah optimistis hingga akhir tahun ini pertumbuhan bisa mencapai lebih dari 5 persen, Jokowi belum bisa memastikan. Hal ini karena pertumbuhan ekonomi dipengaruhi banyak faktor.
"Banyak hal yang pengaruhi. Bukan hanya masalah serapan anggaran saja, tapi juga spending dari BUMN, belanja dari swasta. Itu pengaruh sekali. Jadi kalau bertanya seperti itu, jawabannya pada akhir Desember," kata Jokowi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi triwulan-II 2015 mencapai 4,67 persen secara tahunan. Angka itu lebih rendah jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan-I 2015, yakni 4,72 persen, dan triwulan II-2014, yakni 5,03 persen. (Baca: Kuartal II, Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,67 Persen)
BPS menyebutkan, pertumbuhan pada triwulan II melambat karena dipicu masih rendahnya harga berbagai komoditas, baik migas maupun nonmigas. Misalnya, harga gandum, harga beras, kedelai, kopi, ikan, dan gula cenderung menurun pada triwulan kedua. Harga batu bara, gas, biji besi, uranium, dan timah juga mengalami penurunan secara global.
Pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang Indonesia cenderung stagnan, bahkan melemah, seperti Amerika Serikat yang melemah dari 2,9 persen pada triwulan-I 2015 menjadi 2,3 persen pada triwulan-II 2015, serta Tiongkok yang stagnan pada posisi pertumbuhan 7 persen.
Selain itu, ketidakpastian kondisi pasar keuangan terkait dengan ketidakpastian kenaikan Fed Fund Rate juga menjadi penyebab lemahnya kondisi ekonomi.
Penulis : Sabrina Asril
Editor : Bayu Galih
Senin, 5 Oktober 2015 | 17:21 WIB
KOMPAS.com/Sabrina Asril Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama Ibu Negara Iriana saat acara peluncuran investasi padat karya di Tangerang, Senin (5/10/2015).
TANGERANG, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta seluruh pihak tetap optimistis menghadapi perlambatan ekonomi yang saat ini terjadi. Dia yakin, pada semester kedua, pertumbuhan ekonomi bisa meningkat disokong dengan penyerapan anggaran yang semakin besar.
"Saya yakin semester dua, pertumbuhan ekonomi sudah naik. Di saat negara lain saat ini anjlok lebih dari 1 persen, kita hanya turun 0,3 persen," kata Jokowi di Tangerang, Senin (5/10/2015).
Jokowi tidak menyebutkan berapa perkiraan pertumbuhan ekonomi yang akan dicapai dalam semester kedua 2015. Dia hanya mengaku sudah mendapatkan data soal pertumbuhan ekonomi dipastikan akan meningkat.
"Karena apa? Karena belanja APBN, APBD Provinsi, APBD kabupaten/kota juga sudah di atas 60 persen. APBN juga sudah 64 persen," ucap dia.
Jokowi menargetkan pada akhir tahun 2015, total penyerapan APBN mencapai 92-94 persen. Sehingga, Jokowi berharap hal itu akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
"Optimisme itulah yang terus kita sampaikan, jangan sampai pada situasi saat ini yang ada pesimisme. Tidak! Yang harus kita tumbuhan adalah optimisme, kita harus optimistis Indonesia akan naik pertumbuhannya," kata Jokowi.
Sebelumnya, Jokowi memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meroket mulai bulan September. Hal itu disebutkan Jokowi ketika merespon soal melorotnya pertumbuhan ekonomi kuartal II-2015 pada level 4,67 persen.
"Mulai agak meroket September, Oktober. Nah, pas November itu bisa begini (tangan menunjuk ke atas)," kata Jokowi di Istana Bogor, Rabu (5/8/2015).
Untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi, Jokowi memfokuskan pada penyerapan anggaran yang ketika itu masih kecil. Pemerintah pun mengumpulkan penegak hukum agar tidak memidanakan kebijakan.
Hal itu yang dianggap sebagai faktor ketakutan pejabat dalam menggunakan anggaran sehingga anggaran pun hanya terserap sedikit.
Penulis : Sabrina Asril
Editor : Sandro Gatra

Tidak ada komentar: