Minggu, 30 April 2017

Alutsista Militer Indonesia Akan Makin Mengerikan Dengan Sentuhan Ilmuwan Indonesia

By  
Metode Repetitive Press Roll Forming (RPRF) merupakan metode terbaru yang dikembangkan oleh Agus Pramono, Ph.D dari Tallinn Institute of Technology Estonia, sebuah Negara Nordic – Baltic kawasan Eropa Utara yang dulu merupakan pecahan dari Negara Uni Soviet, yang kini bernama Rusia.  Metode ini merupakan penyempurnaan metode Accumulative Roll Bonding (ARB) yang dikembangkan oleh ilmuan Jepang Nobuhiro Tsuji. Untuk menghasilkan logam berkekuatan tinggi proses ARB memerlukan pengulangan tekanan rolling sampai puluhan kali, bahkan untuk logam baja industri pengulangan bisa mencapai 18 kali, namun dengan menggunakan metode RPRF tidak diperlukan pengulangan untuk menghasilkan material berkekuatan tinggi dengan sifat ringan. Dosen Metalurgi Universitas Negeri Tirtayasa Banten ini mengembangkan metode RPRF untuk aplikasi perangkat kemiliteran, saat ini persyaratan teknis untuk produk perangkat militer dibutuhkan persyaratan; kekuatan tinggi dengan bahan yang ringan, hal ini sesuai dengan metode RPRF yang mampu menghasilkan kekuatan tinggi dengan sifat yang ringan. Selain untuk aplikasi perangkat kemiliteran, di Eropa perusahaan seperti Metallicum telah mengkhususkan diri dalam logam berstruktur nano. Saat ini teridentifikasi lebih dari 100 pasar khusus untuk nano-metals dalam bidang aerospace, transportasi, peralatan medis, pengolahan produk olahraga, makanan dan bahan kimia serta bahan bahan piranti elektronik.
Alutsista Militer Indonesia Akan Makin Mengerikan Dengan Sentuhan Ilmuwan Indonesia

Hasil Rancangan metode RPRF tersebut telah dipresentasikan di beberapa Negara di kawasan Eropa dan Rusia, dintaranya di Helsinki pada 24 Januari 2015, di Moscow, Rusia pada 7 Mei 2015. Dalam manivesto moskow yang dihadiri duta besar Indonesia untuk Rusia Dosen yang juga merupakan Rois Aam Pembina PCI NU Rusia ini juga sempat merekomendasikan kemutakhiran perangkat kemiliteran terkait rencana dan strategi pertahanan yaitu: 1) Menetapkan secara jelas standarisasi, spesifikasi, dan perangkat kemiliteran sesuai dengan sektor pertahanan (darat, laut dan udara). 2) Meningkatkan kecakapan personil TNI berupa keahlian dalam perangkat kemiliteran. Manivesto tersebut direkomendasikan kepada duta Besar Indonesai untuk Rusia bapak Djauhari
Oratmangun untuk diteruskan kepada pemerintah Reublik Indonesia dalam hal ini adalah Departemen Pertahanan dan Keamanan sebagai pemangku kebijakan.
Konferensi berikutnya diadakan oleh Persatuan Pelajar Indonesia Nordik-Baltik di Stockholm yang diselenggarakan oleh Persatuan Pelajar Indonesia di Swedia pada 5 Desember 2015, Agus kembali memaparkan penemuannya kepada audiens yang dihadiri para mahasiswa Indonesia di kawasan Negara Eropa Utara seperti Pelajar-pelajar dari Swedia, Denmark, Finlandia dan Norwegia.
Alutsista Militer Indonesia Akan Makin Mengerikan Dengan Sentuhan Ilmuwan Indonesia

Dalam pemaparannya Dosen yang hobi main musik ini berharap agar Indonesia juga menerapkan metode RPRF untuk perangkat kemiliteran di semua sektor fabrikasi pembuatan perangkat kemiliteran sesuai dengan rekomendasi yang pernah dituangkan dalam kesepakatan manivesto moskow. Dalam penelusuran literaturnya teknologi Severe Plastic Deformation atau dalam kalangan industri yang lebih dikenal dengan istilah advanced metal forming. Beberapa metode selain RPRF diantaranya; Reversed shear spinning (RSS) dari German, Metode Accumulative Press Bonding (APB) dari UK dan Accumulative continuous extrusion (ACE) hasil penemuan Yongfeng Shen ilmuwan China akan diterapkan oleh Russia dan Negara-negara anggota NATO untuk aplikasi perangkat ALUTSISTA yang mulai diproduksi pada pertengahan tahun 2017.
Gus Pram sapaan akrab dosen yang hobi main musik ini berharap Indonesia juga bisa menjadi negara yang akan menerapkan beberapa teknologi yang awalnya berasal dari Russia tersebut. Teknologi ini pertama kali dibangun untuk perangkat kemiliteran di Soviet saat itu. Sejarah mencatat bahwa beberapa ilmuwan Russia yang telah mengembangkan riset hingga menjadi produk perangkat militer dari senjata maupun peralatan kendaraan tempur. Selain Mikhail Kalashnikov yang mengembangkan AK-47, ilmuwan Russia yang telah mengembangkan dan melakukan riset kemiliteran sejak tahun 1979 adalah Vladimir Segal dilanjutkan pada tahun 1980 oleh Alexander Merzhanov dan pada tahun 1997 oleh Ruslan Valiev. Ilmuwan Russia tersebut mengembangkan dari skala laboratorium hingga menjadi perangkat kemiliteran. Teknologi Equal Channel Angular Extrussion (ECAE) yang digagas oleh Vladimir Segal kemudian disempurnakan oleh Ruslan Valiev yang kemudian menjadi Equal Channel Angular Pressing (ECAP) dan High Pressure Torsion (HPT).
ilmuwan-3 ilmuwan-4
Sedangkan teknologi lain Self-propagating High-temperature Synthesis (SHS) yang dikembangkan oleh Alexander Merzhanov lebih mengarah ke aplikasi senjata dan mesiu. Sampai saat ini perangkat tersebut banyak dikembangkan oleh Russia maupun Negara-negara anggota NATO dalam kerjasama riset untuk membangun kemutakhiran perangkat kemiliteran. Dan selama kurun waktu 4 tahun belajar di bekas Negara pecahan Uni Soviet tersebut Agus Pramono yang juga pernah mengajar di AURI Halim Perdana Kusuma ini telah melakukan eksperimen menggunakan semua metode tersebut mulai dari ECAP, ARB dan SHS sampai munculnya ide RPRF di pertengahan tahun 2015. Dia berharap sebagai anak bangsa metode RPRF ini mampu membangun transformasi ipteks kemiliteran di Indonesia sehinga Indonesia tidak perlu lagi melakukan revers teknologi dari Eropa sehingga Indonesia akan menjadi terdepan dalam teknologi perangkat kemiliteran di kawasan Asia – Afrika.

Tidak ada komentar: