Kamis, 10 Agustus 2017

Saran: Prabowo Menikahlah wujudkan keluarga penuh Cinta dan Kasih sayang, Pasti "Kesan Angker Militer Anda"di Masyarakat akan Sirna




Partai Gerindra tampaknya telah bertekad bulat untuk mencalonkan kembali ketua umumnya, Prabowo Subianto, sebagai calon presiden dalam Pemilihan Presiden 2019 kelak. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon, adalah salah satu tokoh yang paling rajin menegaskan komitmen partainya itu.
“Yang jelas kami, Partai Gerindra solid untuk memenangkan Pak Prabowo. Kami yakin Pak Prabowo adalah calon presiden yang diharapkan oleh masyarakat untuk mengatasi masalah kesulitan hidup di tengah masyarakat. Jadi tentu ini masih cerita panjang, ini kan baru tahun 2017 nanti coba kita lihat di tahun 2019,” ujarnya.
Partai Gerindra tentu tidak asal berbicara. Sejumlah lembaga survei mencatat Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memang memiliki peluang paling besar untuk mengalahkan Joko Widodo dalam Pemilihan Presiden 2019. Prabowo memiliki tingkat elektabilitas yang paling tinggi jika dibanding dengan sejumlah tokoh lain.
Hasil survei kinerja separuh masa jabatan Jokowi-Jusuf Kalla terhadap 1.200 responden di 34 provinsi yang dilakukan oleh Indo Barometer pada April lalu, misalnya, mengungkapkan tingkat kepuasan dan kepercayaan masyarakat kepada Jokowi masih tinggi, yaitu 66,4 persen. Selain itu, 31,3 persen responden mengatakan akan memilih Jokowi bila pemilihan presiden dilakukan pada saat itu. Sementara itu, Prabowo menempati urutan kedua dengan perolehan 9,8 persen suara responden. Yang menarik, posisi ketiga ternyata diduduki oleh Basuki Tjahaja Purnama yang memperoleh 8,3 persen dukungan.
Hasil survei SMRC pada Juni lalu menunjukkan hasil yang serupa, dengan menempatkan elektabilitas Jokowi di pucuk dengan perolehan dukungan 34,1 persen. Menyusul Prabowo (17,2 persen), Susilo Bambang Yudhoyono (1,9 persen), Hary Tanoesoedibjo (1,1 persen), dan Basuki Tjahaja Purnama (0,9 persen).Sementara itu, survei FTCR pada 25 Juli lalu juga mengonfirmasi Prabowo sebagai pesaing terkuat Jokowi. Sebanyak 53 persen responden menjawab Prabowo ketika ditanya mengenai siapa yang paling layak menantang Jokowi. Menyusul Basuki Tjahaja Purnama (19 persen), Panglima TNI Gatot Nurmantyo (15 persen), dan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil (13 persen).
Hasil survei ketiga lembaga itu tentu menjadi modal penting Partai Gerindra untuk mempersiapkan diri dan kandidatnya, sehingga waktu yang tersisa hingga perhelatan pilpres kelak dapat dimanfaatkan dengan optimal. Seharusnya hal ini tidak sulit dilakukan, karena Prabowo Subianto setidaknya telah dua kali mengikuti kontestasi pimpinan puncak negeri ini.
Partai Gerindra dapat mulai dengan menginventarisasi isu-isu yang selama ini telah menjadi titik lemah Prabowo Subianto. Selain isu pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang diduga dilakukannya semasa aktif di militer, isu lain yang menggerus citra dirinya adalah masalah keluarga.
Apabila kita perhatikan, setiap kali masa kampanye berlangsung, serangan terhadap kegagalan Prabowo dalam membina rumah tangga selalu muncul. Apapun alasan yang melatari berakhirnya biduk rumah tangganya dengan Titiek Soeharto, tak urung fakta itu telah menurunkan citra yang ingin dibangunnya sebagai calon pemimpin yang baik. Apalagi, anak semata wayangnya yang kini telah berusia 35 tahun pun belum menikah.
Fakta tersebut berlainan sekali dengan petahana Joko Widodo, yang selalu menampilkan citra diri sebagai sosok family man, sering tampil bersama istri, anak, menantu, dan cucu. Untuk itu, dalam waktu singkat yang tersisa, Prabowo Subianto sebaiknya segera memperbaiki citra diri dengan menikah kembali, karena citra seorang calon pemimpin dengan rumah tangga yang bahagia tampaknya masih menjadi pertimbangan penting pemilih.Apabila hal ini dilakukan, niscaya lawan-lawan politik Partai Gerindra dan Prabowo Subianto tidak akan lagi dapat melancarkan kampanye negatif dengan mengolok-olok seperti selama ini, “Memimpin rumah tangga saja tidak becus, bagaimana hendak mampu memimpin negara?” Pemikiran ini tampaknya terinspirasi oleh petuah The Great Learning, kitab klasik Konfusius, bahwa “Families are the pillars of society. One must know how to raise a family before running a country”.

Tidak ada komentar: