Minggu, 03 Desember 2017

Elektabilitas Gerindra Lampaui PDI-P berkat UU Ormas dan Pilkada DKI

Estu Suryowati
Kompas.com - 03/12/2017, 13:30 WIB
Rilis hasil survei nasional Organisasi Kesejahteraan Rakyat (Orkestra), menunjukkan elektabilitas Partai Gerindra tertinggi diantara partai-partai lain, Jakarta, Minggu (3/12/2017). Isu UU Ormas dan Pilkada DKI Jakarta melambungkan keterpilihan Partai Gerindra.
Rilis hasil survei nasional Organisasi Kesejahteraan Rakyat (Orkestra), menunjukkan elektabilitas Partai Gerindra tertinggi diantara partai-partai lain, Jakarta, Minggu (3/12/2017). Isu UU Ormas dan Pilkada DKI Jakarta melambungkan keterpilihan Partai Gerindra.(KOMPAS.com/ESTU SURYOWATI)
JAKARTA, KOMPAS.com — Organisasi Kesejahteraan Rakyat (Orkestra) melakukan survei dengan hasil yang dianggap mengejutkan. Sebab, elektabilitas Partai Gerindra mengalahkan PDI-P berdasarkan survei nasional yang dilakukan lembaga tersebut.
Ketua Umum Orkestra Poempida Hidayatulloh mengatakan, berdasarkan survei yang dilakukan pada 6-20 November 2017, tingkat keterpilihan Partai Gerindra sebesar 15,2 persen, sedangkan PDI-P hanya 12,5 persen.
Berturut-turut setelahnya adalah Partai Demokrat (7,4 persen), Partai Golkar (7,3 persen), PKS (5,8 persen), PKB (5,4 persen), PPP (3,4 persen), PAN (3,3 persen), dan Partai Nasdem (3,3 persen).
Perindo sebagai partai baru diketahui memiliki elektabilitas 2,9 persen, menenggelamkan Hanura (2,4 persen).
Adapun elektabilitas PSI (2 persen), PKPI (1,8 persen), dan PBB (1,6 persen). Sementara itu, ada 25,6 persen responden yang tidak menjawab atau tidak tahu.

Poempida menuturkan, tingginya elektabilitas Partai Gerindra tidak lepas dari perannya yang bersikap kritis terhadap pemerintah. Utamanya, mengenai isu Undang-Undang tentang Organisasi Kemasyarakatan (UU Ormas).
"Isu UU Ormas cukup menggerus suara PDI-P  dan melambungkan Partai Gerindra. Ditambah dengan Pilkada DKI 2017, dengan rentetan isu tentang kepemimpinan Muslim cukup merebut simpati publik yang mayoritas Muslim," kata Poempida dalam konferensi pers hasil survei Orkestra di Jakarta, Minggu (3/12/2017).
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto saat berpidato dalam acara Konferensi Nasional Partai Gerindra di Sentul Internasional Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Rabu (18/10/2017). Partai Gerindra menggelar acara Konferensi Nasional dan Temu Kader Partai Gerindra yang dihadiri seluruh jajaran pengurus dan kader Partai Gerindra  untuk membahas masalah Pilkada serentak tahun 2018 mendatang. ANTARAFOTO/Yulius Satria Wijaya/nz/17.
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto saat berpidato dalam acara Konferensi Nasional Partai Gerindra di Sentul Internasional Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Rabu (18/10/2017). Partai Gerindra menggelar acara Konferensi Nasional dan Temu Kader Partai Gerindra yang dihadiri seluruh jajaran pengurus dan kader Partai Gerindra untuk membahas masalah Pilkada serentak tahun 2018 mendatang. ANTARAFOTO/Yulius Satria Wijaya/nz/17.(ANTARA FOTO/YULIUS SATRIA WIJAYA)
Poempida menjelaskan, responden yang memilih Partai Gerindra datang dari beragam segmen baik dari sisi geografis, ekonomi, pendidikan, dan usia. Secara geografis, dukungan terhadap Partai Gerindra merata di seluruh provinsi di Indonesia. "Gerindra juga menjadi pilihan bagi kalangan ekonomi atas dan bawah. Dari aspek pendidikan juga merata ke responden pendidikan rendah dan tinggi," ucap mantan fungsionaris Partai Golkar itu.

Partai Gerindra, menurut Poempida, juga mampu merebut kalangan anak-anak muda, dewasa, dan orang tua.
Lebih lanjut dia mengatakan, Partai Gerindra berpeluang mengukir sejarah dengan menjadi pemenang Pemilu 2019, asalkan tidak melakukan kesalahan besar. Gerindra perlu merawat basis pendukungnya di tengah stagnasi inovasi partai-partai lain.
Survei Orkestra yang dilakukan dari 6 November 2017 hingga 20 November 2017 ini melibatkan 1.300 responden dari 34 provinsi dengan tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error 3 persen.
Responden adalah penduduk Indonesia berumur minimal 17 tahun dengan didasarkan pada aspek jender, geografi, sosiokultural dan sosioekonomi, serta ideologi politik responden. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara langsung tatap muka dengan panduan kuesioner oleh surveyor.

Tidak ada komentar: