Selasa, 06 Mei 2014

Hasil Survei Prabowo-Hatta Vs Jokowi-JK Versi LSN, Jokowi Sadar Elektabilitasnya Turun

Hasil Survei Prabowo-Hatta Vs Jokowi-JK Versi LSN
12 Jun 2014 16:18, Luqman Rimadi,
Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK (2)
Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Survei Nasional (LSN) melakukan survei mengenai pasangan capres-cawapres yang paling berpeluang memenangkan Pemilu Presiden 2014. Dalam surveinya, LSN menyebut, jika pemilu presiden digelar hari ini, pasangan Prabowo-Hatta yang akan menjadi pemenang.

Peneliti utama LSN, Gema Nusantara mengatakan, dalam survei yang ia rilis, alasan responden memilih pasangan Prabowo-Hatta lantaran keduanya dianggap mempunyai integritas dan tegas dalam mengambil sikap.

"Sebanyak 46,3%, mengaku akan memilih Prabowo-Hatta, dan 38,8% yang mengaku memilih Jokowi-JK, sedangkan 14,9% menyatakan belum mempunyai pilihan," ujar Gema dalam penyampaian hasil survei peta dukungan terhadap capres-cawapres, di Hotel Le Meridien, Jakarta Pusat, Kamis (12/6/2014).

Dari jumlah responden yang lebih memilih pasangan yang diusung oleh Partai Gerindra, PAN, PPP, PKS, Partai Golkar, dan PBB itu, mayoritas responden menganggap sosok Prabowo merupakan figur yang mempunyai sikap tegas. Sebagian lain menganggap Prabowo dirasa pilihan yang tepat karena berasal dari militer.

"Alasannya responden 56,6% karena menilai Prabowo tegas, dan 13,4% masyarakat mendambakan figur Presiden yang berasal dari TNI. Publik masing menganggap sosok yang berasal dari militer mampu mempunyai ketegasan, memang ada keterkaitan," ucapnya.

Sementara itu, untuk pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla, dipilih karena lebih didominasi oleh faktor Jokowi yang dianggap sebagai seorang pemimpin yang merakyat dan sederhana. "40% Jokowi-JK, Jokowi pemimpin yang merakyat dan 12% Jokowi figur yang sederhana," ujar Gema.
Battle Ground
Survei LSN juga mengungkap redupnya elektabilitas pasangan Jokowi-JK terjadi di hampir sejumlah daerah yang memiliki jumlah pemilih terbesar ‎di Indonesia. Dari 9 daerah dengan jumlah pemilih terbanyak yang disurvei, pasangan Jokowi-JK hanya unggul di Provinsi Jawa Tengah.

"Di hampir semua battle ground, yaitu 9 provinsi yang memiliki jumlah pemilih terbesar, Jokowi-JK hanya leading di Jawa Tengah. Di daerah yang selama ini dikenal menjadi pangsa pasar tradisional PDI Perjuangan itu, elektabilitas Jokowi-JK sebesar 47,5% dan Prabowo Hatta 43,3%, sementara sisanya 9,2% belum memilih," beber Gema.

Sementara itu, di 8 daerah battle ground lainnya, yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Utara, Banten, Sulawesi Selatan, DKI Jakarta, Sumatera Selatan dan Lampung, elektabilitas pasangan Jokowi-JK tertinggal dari Prabowo Hatta.

"Seperti di Jawa Barat, sebagai provinisi dengan jumlah pemilih terbanyak di Indonesia, elektabilitas Jokowi-JK tertinggal signifikan dari Prabowo-Hatta. Seandainya Pilpres dilaksanakan saat ini, sebanyak 47,6% warga Jabar mengaku akan memilih Prabowo-Hatta dan hanya 28,2% yang memilih Jokowi-JK.

Sementara itu, di provinsi Sumatera Utara yang merupakan ‎provinsi dengan jumlah pemilih terbanyak di pulau Sumatera, elektabilitas Jokowi-JK juga terpaut jauh dari pasangan Prabowo-Hatta. "Prabowo Hatta menang telak dengan elektabiloitas mencapai 51,1% sedangkan Jokowi-JK hanya mendapatkan 31,9% dan sisanya 17,0%," ucapnya.

Menurut Gema, mandeknya perolehan suara Jokowi-JK, berdasarkan temuan LSN juga disebabkan tersendatnya kinerja mesin partai-partai pendukung. "Secara agregat mesin partai pengusung Jokowi-JK baru bergerak 53,8% di bawah kinerja mesin partai pendukung Prabowo-Hatta yang sudah bergerak 65,3%," jelas Gema.

Survei LSN digelar dalam rentang waktu 1-8 Juni 2014, yang dilakukan di seluruh provinsi, Populasi dari survei ini yaitu penduduk Indonesia dan sudah tercantum dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) dengan jumlah sampel 1.070 responden dengan sampel rambang berjenjang. Margin of error sebesar 3% , dan tingkat kepercayaan 95%.
Survei Berbeda
Survei LSN ini berbeda dengan hasil riset sejumlah lembaga survei lainnya. Hasil survei Cyrus Network menunjukan, Jokowi-JK unggul 13% dari Prabowo-Hatta.

"Angka minimal Jokowi-JK 56,5% sementara angka optimum Prabowo hanya 43,5% artinya jarak masih di atas 10%," ujar Direktur Eksekutif Cyrus Network Hasan Hasbi, di D'consulate, Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Selasa 10 Juni.

Dalam survei itu juga terungkap, para pemilih yang belum diketahui pilihannya atau unidentified voters semakin mengecil yakni di angka 5,3%. "Kita tak memakai istilah undecided tapi pakai unidentified, artinya yang tidak teridentifikasi dan angkanya makin mengecil. Bahkan 2,9% dari 5,3% itu condong memilih Jokowi-JK. Jadi sulit untuk memperkecil jarak bagi Prabowo," jelas Hasan.

Survei Cyrus Network dilakukan dengan metode wawancara terbuka, melibat 1.500 responden pada 33 Provinsi. Dengan margin of error kurang lebih 3% dan tingkat kepercayaan 95%.
Sementara, hasil riset Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menunjukan adanya pertarungan dan perebutan suara di Indonesia bagian barat dan timur. Pertarungan itu lebih menitikberatkan pada ketokohan 2 cawapres yang bersaing di Pilpres 2014, Hatta Rajasa dan Jusuf Kalla.

Peneliti LSI Rully Akbar menerangkan, di teritori Timur yang meliputi Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat, ketokohan JK membantu dukungan bagi Jokowi. "Dengan kehadiran JK sebagai cawapres Jokowi ternyata menambah dukungan pasangan Jokowi-JK di teritori timur," jelasnya di Gedung LSI, Jakarta, Rabu 4 Juni.

Meski mendulang suara yang cukup banyak di Timur karena pengaruh JK, ternyata terjadi pengurangan dukungan bagi Jokowi-JK di teritori Barat (meliputi Sumatera). Penggembosan suara itu karena efek Hatta Rajasa sebagai cawapres Prabowo.

"Hadirnya JK sebagai cawapres Jokowi justru mengurangi dukungan pasangan ini dari 36,12% menjadi 32,97% di Barat," imbuhnya.

Hatta Rajasa dianggap mampu mendongkrak suara di teritori Barat. Namun, efek yang sama terjadi penggembosan suara di teritori Timur karena ada JK. "Elektabilitas Prabowo-Hatta naik dari 21,70% menjadi 24,61% di teritori Barat," ucap Rully.

Di teritori Tengah (Pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT) kurang terlihat perebutan suara oleh cawapres. JK memang dikenal sebagai tokoh Makassar, sedangkan Hatta dikenal sebagai tokoh Palembang.

Pengumpulan data survei ini dilakukan pada 1-9 Mei 2014 dengan menggunakan metode multistage random sampling. Jumlah responden sebanyak 2.400 dan dilakukan wawancara tatap muka menggunakan kuesioner dengan margin of error plus minus 2%.
LSI juga mengukur kekuatan 2 pasang capres-cawapres di 5 isu populer yaitu ekonomi, politik, hukum, keamanan, dan sosial. Dari 5 isu itu, pasangan Jokowi-JK menang telak dari Prabowo-Hatta.

"Dari 5 isu itu, Prabowo-Hatta unggul di 1 isu, sementara Jokowi-JK unggul di 4 isu lainnya," ungkap Rully.

Rully memaparkan, Prabowo-Hatta unggul di isu stabilitas politik dengan tingkat kepercayaan 37,03%. Sementara, Jokowi-JK unggul di isu ekonomi dengan tingkat kepercayaan 38,78%, isu penegakan hukum 36,54%, isu keamanan 37,31% dan isu sosial 36,26%. (Mut)
Credits: Mevi Linawati
 Seminggu Masa Kampanye, Ekektabilitas Prabowo-Hatta Melesat
Rabu, 11 Juni 2014 22:00 WIB
Seminggu Masa Kampanye, Ekektabilitas Prabowo-Hatta Melesat
Tribunnews/Dany Permana
Calon presiden Prabowo Subianto berbincang dengan Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie (kiri) saat berkampanye di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Selasa (10/6/2014). Dalam kampanye tersebut massa dari Sahabat ARB dan MPS mendeklarasikan dukungannya kepada pasangan Prabowo-Hatta dalam Pilpres pada 9 Juli mendatang. (TRIBUNNEWS/DANY PERMANA)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemilihan Presiden 2014 yang tinggal tiga minggu lagi mulai memasuki tahapan yang semakin mendebarkan. Waktu untuk menentukan masa depan bangsa lima tahun ke depan semakin dekat waktunya.Bersamaan dengan itu, persetujuan dan dukungan publik terhadap pasangan Prabowo-Hatta semakin meningkat eskalasinya.

Dimulai dengan ribuan massa yang mendatangi Rumah Polonia sebagai Sekretariat Tim Kampanye Nasional Prabowo-Hatta mendeklarasikan dukungan mereka kepada Prabowo-Hatta. Dukungan mengalir dari seluruh lapisan masyarakat dan penjuru Indonesia.

Di tengah-tengah begitu derasnya dukungan tersebut, arus dukungan kepada Prabowo-Hatta terbukti dengan melesatnya elektabilitas Prabowo-Hatta secara signifikan menjelang Pemilihan Presiden 2014. Hal ini berdasarkan kepada analisa yang dilakukan tim Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID) yang dihimpun dari beberapa hasil survey terkini, Fokus Survei Indonesia (FSI) Survei dan Polling Indonesia (SPIN), Lembaga Survei Indonesia (LSI), Populi Center, dan Pusat Data Bersatu (PDB).

Jajat Nurjaman, Direktur Eksekutif NCID, mengatakan bahwa salah satu alasan semakin menanjaknya elektabilitas Prabowo-Hatta disebabkan oleh sudah mulai bosannya masyarakat dengan gaya pencitraan yang dilakukan pasangan Jokowi-JK, serta cara tim suksesnya yang cenderung selalu memojokan pasangan lain.

Berikut hasil survei terbaru elektabilitas pasangan capres-cawapres;
FSI (Prabowo-Hatta 45,7% dan Jokowi-JK 45,2%), 

SPIN (Prabowo-Hatta 44,9% dan Jokowi-JK 40,1%), 
Lembaga Survei Indonesia (LSI) (Prabowo-Hatta 35% di DKI, 33,53% di Banten dan Jokowi-JK 30,66% di DKI, 26,25% di Banten), 
Populi Center (Prabowo-Hatta 36,9% dan Jokowi-JK 47,5%)
PDB (Prabowo-Hatta 26,5% dan Jokowi-JK 32,2%)


Budi Purnomo, Direktur Komunikasi dan Media Tim Kampanye Nasional Prabowo-Hatta, mengatakan dirinya bersyukur dengan dukungan publik tersebut.

"Kami terutama sangat bersyukur, bahwa di tengah-tengah begitu banyak tudingan terhadap kami mengenai kampanye hitam yang menghantam kami, ternyata masyarakat tidak terpancing dengan isu-isu yang sengaja diciptakan untuk menjatuhkan Prabowo-Hatta. Belum lagi kami bersyukur masyarakat kemudian mampu melihat komitmen dan profesionalitas kami dalam melaksanakan kampanye yang damai dan bersih dari kampanye hitam," tegas Budi.
Senin, 5 Mei 2014 | 19:33 WIB
KOMPAS.com/Fabian Januarius Kuwado Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo saat meninjau pembangunan Pasar Tradisional Manggis, Manggarai, Jakarta Selatan pada Senin (5/5/2014)

JAKARTA, KOMPAS.com - Bakal calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Joko Widodo, menyadari bahwa elektabilitasnya mengalami penurunan. Ia yakin elektabilitasnya akan kembali naik setelah ia menunjuk calon wakil presiden.
"Ya, kan kadang-kadang naik, kadang-kadang turun," ujar Jokowi seusai blusukan di Pasar Manggis, Manggarai, Jakarta Selatan, Senin (5/5/2014) siang.
Jokowi tidak khawatir terhadap penurunan elektabilitasnya tersebut. Ia mengatakan, dalam waktu dekat ia akan memutuskan apakah akan mundur atau nonaktif sebagai gubernur DKI Jakarta untuk fokus pada urusan pencalonannya sebagai presiden. "Kan sekarang kerja lima hari, dua harinya (fokus ke capres). Nanti kalau sudah memutuskan, akan kelihatan (elektabilitas)," kata Jokowi.
Sebelumnya, lembaga survei Saiful Mujani Research & Consulting menyebutkan bahwa elektabilitas Jokowi menurun. Menurut survei tersebut, ada dua sosok calon wakil presiden yang dianggap mampu mengangkat elektabilitas Jokowi, yakni Jusuf Kalla dan Mahfud MD. Survei itu menyimpulkan bahwa Mahfud mampu menaikkan elektabilitas Jokowi sebesar 47,6 persen, sementara Kalla 46,1 persen. Bila Jokowi memillih salah satu dari kedua tokoh itu, maka pesaing terkuatnya, yakni Prabowo Subianto, hanya akan mendapatkan modal elektabilitas pada kisaran 27-28 persen.

Tidak ada komentar: