Kamis, 22 Februari 2018

Alumni 212 Ini Sebut Anies Baswedan Seperti Kacang Lupa Kulit

Reporter: Muhammad Hendartyo
Editor:Widiarsi Agustina
Kamis, 22 Februari 2018 09:14 WIBAlumni 212 Ini Sebut Anies Baswedan Seperti Kacang Lupa Kulit
Salah satu kandidat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memenuhi undangan seminar yang digelar Ketua Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab, 1 Januari 2017. (Twitter.com)
TEMPO.CO, Jakarta - - Faisal Assegaf, salah satu aktivis Presidium Alumni 212 kecewa dengan sikap Anies Baswedan dan Sandiaga Uno yang terkesan membiarkan Rizieq Shihab menghadapi masalah sendirian. Menurut Faisal, apa yang dilakukan Anies Baswedan yang terpilih menjadi Gubernur DKI dan Wakilnya Sandiaga Uno, seperti kacang yang melupakan kulitnya.
"Faktanya, Anies dan Sandi Tampak membiarkan Rizieq digoreng oleh isu-isu SARA dan politik destruktif. Sikap demikian tidak elok, kacang lupa kulit. Padahal mereka punya otoritas untuk menertibkan dan melindungi warganya," kata Faizal Assegaf kepada Tempo yang menghubunginya, Rabu, 21 Februari 2018.

Menurut Faizal, Rizieq Shihab punya kontribusi besar menjadikan Anies Baswedan dan Sandiga Uno sebagai Gubernur dan Wakil Guberdur DKI Jakarta. "Kedua tokoh mesti mengambil langkah konkret mengakhiri kegaduhan politik," ujar Faizal.
Faisal juga mengingatkan, Rizieq dan gerakan 212 sangat berkontribusi besar membawa Anies-Sandi ke kursi kekuasaan. "Seharusnya mereka bersikap peduli, mencari solusi bagi HRS. Rizieq adalah warga negara ber-KTP Jakarta yang punya hak untuk mendapatkan jaminan ketenangan dan kenyamanan dari Pemprov DKI," kata Faizal.
Menurut Faisal mengatakan kasus dan polemik yang menyeret Rizieq bukan masalah nasional, tapi merupakan persoalan lokal dan tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Apalagi sejauh ini, hubungan Rizieq dengan Anies Baswedan intensif dan mesra." Mestinya Anies menggunakan kewengannya untuk membujuk Rizieq agar kembali ke Indonesia dengan cara-cara yang damai dan bermartabat," ujar Faizal.
Menurut Faizal kalau hal itu tidak dilakukan Anies, ia khawatir publik akan mencurigainya ikut terlibat membiarkan Rizieq terzalimi oleh isu-isu politik yang provokatif, berbau SARA dan bertujuan untuk mengacaukan stabilitas politik nasional.
HENDARTYO HANGGI

Tidak ada komentar: